Laura yang telah berjanji tidak akan kemanapun selama Master Noel tidak ada bersamanya pun memutuskan untuk tetap di dalam kamarnya.
“Aku tidak ingin bertemu dengan Tatiana ataupun Evans jadi lebih baik aku tetap di dalam kamar saja!” ucap Laura dalam hati sambil duduk bersantai di balkon kamarnya dengan camilan dan teh hangat terhidang di atas meja.
“Yang Mulia, apakah ada lagi yang anda butuhkan?” tanya Rika dengan ekspresi wajah yang ceria dengan senyum yang sangat lebar.
“Tidak ada! Ini semua sudah cukup. Aku ingin sendiri. Kau bisa kembali. Aku akan memanggilmu jika membutuhkan sesuatu!” ucap Laura dengan nada suara yang sangat lembut dan senyum yang ceria.
Rika yang mendengar perkataan Laura pun bergegas pergi dan menutup pintu secara perlahan dan membiarkan Laura sendirian.
Laura yang telah berada seharian di dalam kamarnya merasa perasaannya sedikit lebih baik dan pikirannya perlahan menjadi jernih.
“Setelah aku mengetahui semua kenyataan itu, aku pun meminta Rika untuk berhenti memanggilku Nyonya saat berdua saja dan itu ternyata berhasil. Sekarang aku tidak akan melupakan siapa diriku sebenarnya lagi!” ucap Laura dalam hati dengan ekspresi wajah yang sangat lega.
“Aku akan membalas penghianatan yang dilakukan Evans padaku dan membuat Tatiana, wanita yang telah mengambil milikku mendapatkan balasannya!” ucap Laura dalam hati dengan tekad yang kuat.
“Aku pun akan membuat Putra Mahkota yang telah memberikan perintah kepada Evans menghancurkan Kekaisaranku mendapatkan balasannya! Aku akan menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkanku di kehidupan yang lalu!” ucap Laura dalam hati dengan tatapan mata yang tajam.
Laura yang tidak ingin kemanapun hanya duduk di dalam kamar membaca buku tentang Kekuatan Alam yang dibawakan oleh Rika untuknya.
“Aku akan menggunakan kekuatan yang diberikan oleh Raja Naga dengan baik. Meskipun sekarang aku belum bisa mengendalikannya sepenuhnya tapi aku yakin aku pasti akan bisa mengendalikannya untuk melawan mereka!” ucap Laura dengan suara yang rendah sambil berdiri mengambil sebuah buku.
“Buku ini sangat membantu. Meskipun aku harus meminta Rika membawa beberapa buku lain yang tidak aku butuhkan demi menyamarkan tujuanku yang sebenarnya tapi ini cukup efektif!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang senang sambil membuka dan membaca isi di dalam buku tersebut dengan perlahan.
Laura yang telah membaca Buku tentang Kekuatan Alam selama seharian sejak kepergian Master Noel pun akhirnya mendapatkan sesuatu yang penting.
“Tak disangka ternyata, Raja Naga memberiku kekuatan yang sangat berguna. Aku yakin dengan ini aku pasti akan bisa membalas mereka!” ucap Laura dengan suara yang rendah dengan senyum kecil dengan pikiran yang liar dan kejam.
Laura yang menyadari bahwa Kekuatan Alam ada di Dunia ini ada empat yaitu Kekuatan mengendalikan Air, Angin, Api dan Tanah pun menjadi sangat tertarik.
“Leluhurku, Kaisar Zion adalah Pengendali Angin yang artinya bisa mengendalikan cuaca. Apakah itu artinya aku juga bisa mengendalikan angin?” tanya Laura dalam hati dengan nada suara yang penasaran dan melanjutkan bacaannya.
Tidak semua orang bisa memiliki Kekuatan Alam, hanya orang-orang terntu dan terpilih yang bisa melakukannya dan Kekuatan Alam berbeda dengan kekuatan Penyihir yang membutuhkan media untuk mengendalikan angin sementara orang yang memiliki Kekuatan Alam tidak membutuhkan apapun.
“Hmmm, itu berarti karena Raja Naga telah memilihku maka aku memiliki kemampuan ini!” gumam Laura sambil menggenggam tangannya dengan sangat erat.
Laura yang tidak tau Kekuatan Alam apa yang dimilikinya pun memutuskan untuk mencari tau tapi sebelum Laura melakukan tiba-tiba seseorang datang.
“Aku harus mencoba mencari tau Kekuatan apa yang diberikan Raja Naga padaku dan aku harus cepat menguasainya!” ucap Laura dalam hati yang kemudian berdiri dari tempatnya.
“Tok...Tok.. Tok... Nyonya, Kepala Pelayan datang menemui anda!” ucap Rika dari luar pintu dengan suara yang pelan karena khawatir mengganggu waktu membaca Laura.
Laura yang mendengar hal itu pun langsung menyimpan Buku Kekuatan Alam di balik Gaunnya dan meletakkan buku lainnya di atas meja.
“Biarkan dia masuk!” ucap Laura dengan suara yang datar dan ekspresi wajah yang dingin sambil meminum tehnya dengan santai.
George yang merupakan Asisten Pribadi Evans yang bertugas membantu Evans mengatur Kediaman Counta Vansfold merasa sangat bingung dengan sikap Laura beberapa hari ini.
“Apa yang terjadi? Kenapa Nyonya tidak mengatakan apapun saat melihatku datang?” tanya George dalam hati dengan kepala yang tertunduk dengan ekspresi wajah yang bingung.
“Apakah Nyonya marah karena Tuan Count pergi ke Ibukota tidak mengajak dirinya pergi?” tanya George pada dirinya sendiri yang masih belum berani mengatakan apapun sebelum Laura mempersilahkannya bicara.
Laura yang merasa sangat tidak nyaman dan tidak ingin ada orang lain datang menemuinya pun menoleh ke arah George dan menatap George dengan tatapan mata yang dingin lalu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya.
“Ada apa kau kemari, George? Apakah ada sesuatu yang penting?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang datar sambil menatap George seperti menunggu jawaban.
George yang mendengar pertanyaan Laura menjadi sangat terkejut dan sangat yakin akan prediksinya.
“Hmmm, Nyonya pasti sangat marah. Aku sangat yakin dengan hal itu. Untung saja aku sudah mengatakan hal ini kepada Tuan Count dan Tuan Count mau mendengarkanku!” ucap George dalam hati dengan senyum yang lebar dengan perasaan yang sangat bangga akan dirinya.
George yang mengingat kembali saat dirinya datang menemui Evans sebelum memutuskan untuk bertemu dengan Laura.
“Tuan Count, Nyonya telah beberapa hari tidak keluar dalam kamarnya. Sepertinya Nyonya marah karena tidak diajak ke Ibukota. Apakah tidak sebaiknya Tuan melakukan sesuatu?” ucap George dengan ekspresi wajah yang sedikit peduli.
“Biarkan saja dia. Bukankah itu bagus jika dia tidak keluar dari kamarnya? Dia tidak akan membuat masalah untuk sementara waktu.” Ucap Evans dengan nada suara yang dingin dengan sikap yang sangat cuek.
“Tapi Tuan, anda tidak bisa memperlakukan Nyonya dengan sangat dingin karena itu adalah pesan dari Yang Mulia Putra Mahkota!” ucap George yang mencoba mengingatkan Evans.
“Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin membawanya pergi bersamaku!” ucap Evans dengan nada suara yang tegas dengan ekspresi wajah yang dingin dan tatapan mata yang tidak senang.
“Tuan bisa mengajak Nyonya makan malam bersama hanya untuk sekedar meredahkan amarahnya sedikit agar perjalanan Tuan ke Ibukota menjadi lancar!” ucap George dengan ekspresi wajah yang datar.
Evans yang menyadari maksud dari George pun menyetujui saran tersebut dengan mudah dan meminta George mempersiapkann segalanya.
George yang telah memutuskan untuk memberi tau tujuan kedatangannya menjadi sangat terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Laura padanya.
“Tuan Besar meminta saya menyampaikan pesan untuk mengundang Nyonya ke untuk makan malam bersama malam ini!” ucap George dengan nada suara yang rendah dengan sikap yang hormat sambil menundukkan kepalanya.
“Aku tidak bisa. Aku masih belum pulih sepenuhnya jadi sampaikan permintaan maafku pada Tuan Count bahwa dirinya bisa makan sendiri malam ini!” ucap Laura dengan nada suara yang tegas.
“A-agh! Ka-kalau begitu saya akan segera hubungi Dokter untuk memeriksa Nyonya!” ucap George dengan nada suara yang sedikit gagap karena terkejut dengan jawaban Laura.
“Tidak perlu. Aku hanya ingin istirahat dan jangan ganggu aku!” ucap Laura dengan nada suara yang dingin dan tatapan mata yang tajam yang tanpa sadar membuat George menjadi sangat takut sama seperti saat dirinya bertemu dengan Putra Mahkota pertama kali.
“Apa ini? Kenapa aku seperti ini? Aku harus tenang!” gumam George dalam hati dengan kepala tertunduk dengan keringat yang sangat banyak mengalir ke pipinya.
“Keluarlah! Aku ingin istirahat!” ucap Laura dengan nada suara yang sangat dingin dan tatapan mata yang tajam membuat George tak punya pilihan lain selain segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Rika yang terus berdiri di sudut melihat Laura yang telah berubah sangat drastis pun menjadi sangat senang dan bahagia.
“Yang Mulia, anda sangat keren tadi!” ucap Rika dengan suara yang sangat keras dengan ekspresi wajah yang bahagia dengan senyum yang lebar.
“Apakah kau menyukai perubahanku, Rika?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang penasaran.
“Tentu saja. Aku sangat senang Yang Mulia Putri telah kembali seperti dulu!” ucap Rika dengan senyum yang sangat ceria dan nada suara yang sangat bersemangat.
“Jangan khawatir Rika. Aku telah kembali dan aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Aku akan memberikan kebahagiaan untuk orang-orang nanti!” ucap Laura dalam hati dengan ekpsresi wajah yang serius dengan tekad yang kuat.
#Bersambung#
Bagaimana respons Evans saat mengetahui penolakan Laura? Apakah Evans akan tetap bersikap dingin dan cuek ataukah menjadi penasaran tentang perubahan Laura? Yang mau tebak-tebakan, tulis jawabannya di kolom komentar ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Endang Sulistia
kenal gak Ama si Avatar ang?/Hey/
2025-03-11
0
Frando Kanan
kekuatan alam adalah element?
2022-12-19
1
AbC Home
jejak
2022-11-13
1