George yang pergi menemui Evans di dalam Kamarnya pun langsung menyampaikan pesan dari Laura dengan hati-hati.
“Tuan Count!” panggil George dengan suara yang pelan dengan kepala tertunduk ke bawah satu kali lalu menatap lurus ke arah Evans.
“Ada apa?” tanya Evans dengan nada suara yang dingin dengan ekspresi wajah yang cuek sambil memakai pakaian untuk makan malam bersama Laura.
“Nyonya menolak makan malam dengan Tuan dan itu karena Nyonya merasa sedang tidak kurang sehat!” ucap George dengan ekspresi wajah yang cemas dengan tatapan mata ketakutan.
Evans yang sudah sejak awal tidak ingin makan bersama Laura mendengar perkataan George pun tertawa dengan sangat nyaring lalu mengusir pelayan yang membantunya bersiap-siap.
“Apakah dia sedang bermain tarik ulur denganku? Hah!” ucap Evans dengan nada suara yang sinis dengan tatapan mata yang merendahkan.
“Apakah dia pikir aku sangat ingin makan malam bersama wanita egois sepertinya?” gumam Evans dengan ekspresi wajah yang marah dengan tawa lebar yang terlihat sangat hambar yang membuat George melihatnya merasa sedikit terancam.
“Jangan hiraukan dia! Jika dia tidak ingin maka jangan kirimkan makan malam padanya!” ucap Evans dengan suara yang lantang dan tegas dengan ekspresi wajah yang marah dan tatapan mata yang tajam.
Evans yang telah kehilangan selera makannya pun pergi dari kamarnya dan melepaskan kancing atas pakaiannya lalu menggulung lengan bajunya dan pergi ke Ruang Latihan di Kediaman Count Vansfold.
George yang akhirnya dapat bernafas dengan sangat lega setelah kepergian Evans pun menarik nafas panjang lalu menemui Kepala Pelayan, Madam Anna.
“Jangan kirimkan makan malam ke kamar Nyonya. Ini adalah perintah Tuan Besar!” ucap George kepada Anna dengan suara yang tegas dan tatapan mata yang tajam yang membuat Anna terdiam lalu menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan.
Sementara itu, Rika yang tau jika waktu makan malam hampir tiba pun segera ke dapur dan mengambilkan makan malam Laura tapi sesuatu terjadi dan membuat Rika menjadi sangat kesal.
“Ada apa Rika? Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang penasaran dengan tatapan mata yang bingung.
“Sangat keterlaluan! Dasar pria tidak punya hati dan tidak tau malu! Beraninya dia melakukan ini kepada Tuan Putriku!” ucap Rika dengan nada suara yang menggebu-gebu dengan ekspresi wajah yang kesal.
“Ada apa? Apa yang dilakukan Evans sehingga membuatmu sangat marah?” tanya Laura dengan sangat sabar dengan senyum yang lembut sambil mencoba menenangkan Rika yang sedang tersulut emosi.
Laura yang menyadari sesuatu yang berbeda pada Rika yang datang kembali setelah mengatakan akan membawakan makan malam untuknya.
“Hmmm, Rika! Dimana makan malamku? Bukankah kau bilang akan membawakannya dari dapur?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang bingung dengan tatapan mata yang penasaran.
Rika yang mendengar Laura bertanya seperti itu membuat Rika tak bisa menahan kekesalannya dengan menangis dan berlutut di hadapan Laura.
“Ada apa? Kenapa kau menangis?” tanya Laura dengan ekspresi wajah yang bingung dengan tatapan mata yang penasaran.
“Sebenarnya inilah yang ingin saya katakan Tuan Putri. Saat saya datang ke dapur untuk mengambil makan malam untuk anda. Madam Anna datang dan menyampaikan bahwa tidak ada menu makan malam untuk Yang Mulia malam ini dan itu adalah perintah dari Tuan Count!” ucap Rika dengan suara yang sangat keras sambil menangis dengan sangat lantang.
Laura yang tidak merasa kaget dengan sikap picik yang dimiliki Evans pun hanya tersenyum sinis dan mencoba menenangkan Rika yang sedih karena memikirkan dirinya.
“Hah! Aku sudah sangat yakin bahwa Evans tidak akan menerima penolakanku begitu saja. Dia pasti akan membalasku tapi tidak disangka ternyata begini caranya!” ucap Laura dalam hati dengan ekspresi wajah yang dingin dan datar.
“Tenanglah. Ini bukanlah akhir segalanya. Aku masih bisa memakan kue yang kau siapkan tadi untukku!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang tersenyum lembut.
Namun kata-kata Laura membuat Rika semakin sedih dan tidak berhenti meneteskan air mata hingga akhirnya Rika kembali ke kamarnya.
“Aku harus segera mencari tau Kekuatan Alam apa yang aku dapatkan dari Raja Naga Claude lalu aku harus cepat menguasainya untuk bisa melawan Evans dan semuanya!” ucap Laura dengan tekad yang sangat kuat dan tatapan mata yang tajam.
Laura yang telah mengunci kamarnya pun memulai proses untuk mengetahui Kekuatan Alam yang dimiliki sama seperti di dalam buku.
Laura yang membuat Pola yang sangat besar di atas sebuah kertas lalu berdiri di atasnya kemudia memejamkan matanya dan mulai memfokuskan dirinya.
Laura yang telah melupakan semua yang terjadi dan hanya fokus dengan kekuatan yang ada di dalam dirinya pun tiba-tiba merasakan sesuatu yang muncul di atas telapak tangannya.
Laura yang penasaran pun perlahan membuka matanya pun melihat sebuah angin topan yang sangat kencang berputar-putar di atas tangan kanannya.
“I-Ini.. Apakah maksudnya bahwa aku memiliki Kekuatan Alam yang sama dengan Leluhurku?” gumam Laura dengan suara yang rendah dengan ekpsresi wajah yang terkejut.
“Kekuatan Angin! Aku bisa mengendalikan Angin sesukaku!” ucap Laura dengan ekspresi wajah yang bahagia dengan senyum yang lebar.
Laura yang tak ingin ketahuan pun mengepalkan tangannya sehingga membuat Angin Topan yang berputar tersebut pun menghilang.
Laura yang tak ingin meninggalkan jejak apapun pun mengambil Kertas Pola yang telah digambarnya itu lalu membakarnya di perapian hingga menjadi abu seluruhnya.
“Aku telah mengetahui Kekuatanku dan sekarang tugasku adalah mengendalikannya!” ucap Laura dengan tatapan mata yang tajam sambil menatap Kertas Segel yang perlahan hangus.
Sementara itu, Evans yang mencoba melampiaskan emosinya dengan berlatih pun mengajak semua Prajurit Kediaman Count Vansfold bertarung namun tak ada seorang Prajurit pun yang berhasil mengalahkannya sehingga membuat Evans semakin kesal.
Evans yang tak tau alasan dirinya menjadi sangat kesal pun melemparkan pedang yang ada di tangannya lalu pergi mengendarai kuda ke Danau terdekat.
“Hah! Ada apa denganku? Kenapa aku merasa sangat panas?” tanya Evans pada dirinya sendiri dengan ekspresi wajah yang kesal sambil menyeburkan diri ke dalam Danau.
Evans yang merasa sangat panas pun berenang di dalam Danau yang sangat dingin lalu keluar dari dalam danau dan kembali ke Kediaman Count Vansfold dalam keadaan basah yang membuat George yang melihatnya sangat khawatir.
“Tuan Count! Apa yang terjadi? Kenapa tubuhmu basah semua?” tanya George dengan ekspresi wajah yang terkejut dengan mata yang terbuka lebar sambil memerintahkan pelayan segera membawakan handuk dan menyiapkan air hangat serta teh hangat untuk Evans.
#Bersambung#
Apa yang sebenarnya terjadi pada Evans ya? Apakah Evans adalah manusia yang sangat dingin dan berhati batu kepada Laura? Lalu apakah Laura berhasil mengendalikan Kekuatan Angin miliknya? Tunggu jawabannya di BAB selanjutnya ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Eaakhy Fitry
emang enak d cuekin...sedapkan rsax
2023-04-25
3
Cahaya yani
mmpuskau di cuekin
2023-01-13
2
Lala Kusumah
sptnya kesal ga jd mkn mlm ya count....
2022-11-07
1