Cemburu 2

Pekerjaan yang dilimpahkan Bara padanya sangat banyak hingga dia tak bisa izin barang sehari pun untuk menemani Dafa konsultasi.

Sekarang, akhirnya Dafa pergi ke dokter bersama dengan Bastian. Meskipun Bastian sendiri yang menawarkan untuk mengantar, tetap saja Defira merasa tak enak hati karena bagaimanapun Bastian adalah Bosnya.

“Kenapa ngelamun mulu?” Klara datang di sampingnya dan berhasil membuatnya terkejut.

“Ngagetin aja!” sentak Defira kesal. “Lagian bukannya kerja, itu dokumen malah diliatin mulu,” jawab Klara.

Pandangan Defira sontak tertuju pada dokumen yang saat ini sedang berada dalam genggamannya.

“Gak apa-apa. Sana kerja lagi.” Akhirnya Defira kembali bekerja dengan fokus. Begitu juga dengan Klara. Gadis itu menggelengkan kepalanya merasa heran dengan Defira sebelum kemudian memilih untuk kembali bekerja.

“Defira, ikut saya ke kantor,” ujar Bara yang tiba-tiba datang. Defira mengangguk. Dia menyimpan sejenak pekerjaannya dan mengikuti langkah kaki Bara ke dalam ruangannya.

“Lokasi terakhir yang saya bicarakan, bisakah kamu kembali ke sana buat survei?” tanya Bara pada gadis itu saat mereka tiba di sana.

Defira mengangguk menyetujuinya. “Kamu gak pergi sendiri kok. Demian akan pergi sama kamu, dia juga bertanggung jawab untuk proyek ini,” lanjut Bara.

Defira tahu Demian, hanya saja mereka tak begitu dekat. Hanya sekedar bertemu di kantor dan bertegur sapa.

“Baik, Pak,” jawab Defira. “Kamu bisa kembali bekerja. Untuk waktu surveinya nanti saya beritahu lagi,” ujar Bara yang diangguki oleh Defira.

Meski saat ini dia adalah calon dari pemilik perusahaan ini, tapi hal itu tak mengurangi rasa hormat Defira pada Bara karena di kantor, Bara tetap atasannya.

“Saya permisi, Pak.” Setelah mendapatkan izin dari Bara, Defira akhirnya keluar dari sana.

“Jadi canggung banget sama dia. Mau hormat, dia bawahan gue. Mau seenaknya, dia calon bini atasan gue.” Bara memijit pelipisnya bingung.

**** 

Mereka telah selesai dengan dokter untuk kontrol pasca operasi. Sekarang mereka hendak pergi ke psikiater.

Trauma yang dialami pasca kecelakaan itu membuat Dafa sedikit terganggu. Kadang dia mengalami kepanikan dalam hal-hal tertentu, dia juga sering bermimpi di malam hari.

“Apa ada perbedaan semenjak kita kontrol?” tanya Bastian pada Dafa. Mereka memang sudah beberapa kali melakukan kontrol semenjak kesembuhan Dafa.

“Hmm, baiknya sekarang aku jarang mimpi tentang kecelakaan itu, Kak. Sebelumnya, hampir tiap malam aku gak bisa tidur,” jawab Dafa.

“Baguslah. Kalau gitu pilihan buat lanjut kontrol emang pilihan yang tepat.” Dafa mengangguk.

Mereka masuk ke sebuah ruangan yang sangat nyaman. Mungkin itu didesain agar pasien merasa betah di sana.

“Hai Daf, apa kabar?” tanya Dokter wanita yang sudah Dafa kenali. Dokter dengan nama Wika itu tersenyum ramah.

“Baik, Dok.” Dafa dan Bastian duduk di kursi yang sudah disediakan di sana. Dokter Wika memandang Bastian.

Baru kali ini dia melihat pria itu. Biasanya Dafa akan datang bersama Defira, kakaknya. “Ah Dok, kenalin. Ini Kak Bastian, dia calon suami Kak Def.” Dafa memperkenalkan Bastian pada Dokter itu.

Dokter itu mengangguk dan mengulurkan tangannya. “Wika,” ujarnya. Uluran tangannya dibalas oleh Bastian.

Pria itu sepertinya tak ada niat sedikitpun untuk membalas senyum yang dikeluarkan Dokter Wika. “Bastian,” jawabnya singkat. Dia melepaskan tautan tangan mereka.

Pandangan Dokter Wika tak lepas dari wajah Bastian. Tentu saja, wanita mana yang akan bisa lepas dari pesona seorang Bastian

Badan tegap degan wajah yang sangat tampan membuat semua wanita mabuk kepayang dibuatnya.

“Dok, bisa kita mulai?” tanya Dafa yang mulai merasa ada yang janggal. Dokter Wika tersentak sebelum kemudian dia mengangguk.

Mereka mulai sesi terapi seperti yang biasa mereka lakukan. Sementara itu Bastian hanya diam memperhatikan mereka yang sedang melakukan terapi itu.

Dia baru tahu ada hal seperti ini. Apakah rasa traumanya juga bisa hilang jika dia melakukan terapi ini?

Bastian segera membuang jauh pemikirannya. Dia baik-baik saja, dia tak perlu melakukan pengobatan apapun.

Cukup lama Bastian menunggu akhirnya mereka telah selesai. Dafa mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Walaupun pengobatan ini seperti menggali masa lalunya, tapi hasilnya cukup signifikan.

Dafa kembali duduk di samping Bastian begitu juga dengan Dokter yang duduk di kursi kebanggaannya.

“Keadaannya sepertinya semakin membaik. Untuk kedepannya jika dirasa sudah tak harus melakukan ini lagi, kita bisa mengakhirinya,” ujar Dokter itu yang mendapat anggukan dari Dafa dan Bastian.

Mereka telah selesai. Bastian dan Dafa hendak keluar namun pergerakan mereka terhenti oleh panggilan Dokter Wika.

“Tunggu sebentar. Bisa saya bicara dengan Bastian?” tanya Dokter itu. Bastian heran, kenapa dia harus berbicara?

“Aku tunggu di luar ya Kak.” Dafa yang paham akhirnya pergi keluar dari ruangan itu sementara Bastian kembali duduk di kursi yang semula dia duduki.

“Ada apa?” tanya Bastian singkat. “Bisakah saya memiliki kontak Anda. Jadi jika ada sesuatu saya bisa sampaikan kepada Anda,” ujar Dokter itu.

Bastian mengernyitkan dahinya. “Saya bukan Kakak kandungnya. Harusnya Anda sudah memiliki kontak Kakaknya, kan?” tanya Bastian.

Kenapa juga dia harus memberikan nomor ponselnya. Bukankah yang lebih berhak mengetahui keadaan Dafa adalah Defira?

“Saya sudah punya. Tapi siapa tahu Kakaknya sedang memiliki gangguan seperti sekarang, jadi saya bisa menghubungi Anda,” ucapnya.

Akhirnya dengan terpaksa karena tak ingin terjebak di sana terlalu lama, Bastian memberikan kontaknya.

“Oke, makasih.” Dokter Wika tersenyum puas ketika dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan.

Tanpa meminta izin lagi, Bastian segera keluar dari sana. Sementara itu Wika masih tersenyum dengan puas.

Wanita dengan paras yang cantik itu sepertinya memiliki perasaan lebih pada Bastian. “Masih calon, kan? Belum jadi suami?” tanyanya dengan seringaian.

Entah kenapa niat licik muncul begitu saja dalam benaknya. Dia memutar ponsel yang ada di tangannya sebelum kemudian dia kembali bekerja.

Sementara itu Bastian dan Dafa sekarang sudah dalam perjalanan pulang. “Kakak langsung pulang?” tanya Dafa dalam perjalanan.

“Mau ke kantor dulu bentar. Kenapa? Mau ikut?” tanya Bastian. “Enggak deh malu. Aku pulang aja.” Bastian mengangguk, tak mungkin juga dia memaksa Dafa untuk ikut dengannya.

Akhirnya Bastian mengantar Dafa pulang terlebih dahulu. “Kalau kamu kesepian sendiri di rumah, kamu bisa ke rumah Kakak. Ada Ibu di sana,” ujar Bastian.

“Enggak kok. Aku ke rumah aja, nanti kapan-kapan kalau mau aku pasti ke sana,” jawab Dafa yang kemudian diangguki oleh Bastian.

Mereka tiba di rumah Dafa. Sangat sepi karena memang tak ada siapapun lagi di sana selain dirinya dan Defira. Sekarang Defira ada di kantor, jadi di rumah hanya ada dirinya saja.

“Makasih, Kak. Aku masuk dulu ya, Kakak gak mau mampir?” tanya Dafa pada Bastian. “Sama-sama. Enggak dulu deh, masih ada yang harus Kakak kerjain di kantor,” jawabnya.

Dafa mengangguk. Setelah pria itu masuk ke dalam, Bastian segera berlalu dari sana.

Episodes
1 PROLOG
2 Biaya Operasi
3 Bertemu
4 Nikah Kontrak
5 Calon Mertua
6 Trauma
7 Kunjungan Bara
8 Calon Kakak Ipar
9 Penjelasan Pada Bara
10 Gadis Polos
11 Aku Mendengarnya
12 Akal-Akalan Bastian
13 Cemburu
14 Cemburu 2
15 Demian
16 Telat
17 Gosip
18 Dokter Pengganggu
19 Terpesona
20 The Wedding
21 Cinta?
22 Liza
23 Kedekatan Bastian dan Liza
24 Bertukar Cerita
25 Gundah
26 Tiba-Tiba
27 Penjelasan
28 Cemburu Berkelanjutan
29 Mission Completed
30 Makan Malam
31 Anggrek Biru
32 Pacar Baru Bastian
33 Mimpi Buruk
34 Canggung
35 Tragedi Pagi Hari
36 Pengobatan
37 Protektif
38 Tentang Bastian
39 Honeymoon
40 Konflik Bara
41 Kisah Sesungguhnya
42 Secret
43 Berkunjung
44 Familiar
45 I Know
46 Flashback
47 Ingin Mempertahankan
48 Kissing
49 Aneh
50 Senyum
51 Berbicara
52 Bertemu Orang Asing
53 Bara Tak Membantu
54 Nomor Tak Dikenal
55 Bantuan Bara
56 Hari Pertemuan
57 Julian Family
58 Pelukan Nyaman
59 Rencana
60 Dinner
61 Kak
62 Mama
63 Rebutan
64 Klara
65 Kesaksian Reynaldi
66 Mata Panda
67 Perduli
68 Manusia Berhati Iblis
69 Semuanya Akan Baik-Baik Saja
70 Rain
71 Apa Lagi Ini?
72 Bagaimana?
73 Pengakuan
74 Runyam
75 Pengertian
76 Dia Cantik
77 Konferensi Pers
78 Pindah Rumah
79 Kembali bekerja
80 Kunjungan Mertua
81 Cerita Klara
82 Rencana Brilian Ayah
83 Tiba
84 Kunci Rumah
85 Rayuan Gombal
86 Sotong Bakar
87 Ruangan Bara
88 Ciuman
89 Kebun Teh
90 Pak Iwan
91 Aku Sayang Kamu
92 Klara dan Kak Ros
93 Dipecat
94 Museum Date
95 Konfirmasi
96 Lelah
97 Tamu dimalam hari
98 Pamer Pacar
99 Will you marry me
100 Double Date
101 D day
102 Tidak Terasa
103 Murung
104 Bertemu Mereka
105 Resign
106 Perusahaan Baru
107 Bos Baru
108 Malam Indah
109 Kabar Bahagia
110 Mual
111 Jagoan
112 Dia Kembali
113 Takut
114 The Last
115 Attention!!!
Episodes

Updated 115 Episodes

1
PROLOG
2
Biaya Operasi
3
Bertemu
4
Nikah Kontrak
5
Calon Mertua
6
Trauma
7
Kunjungan Bara
8
Calon Kakak Ipar
9
Penjelasan Pada Bara
10
Gadis Polos
11
Aku Mendengarnya
12
Akal-Akalan Bastian
13
Cemburu
14
Cemburu 2
15
Demian
16
Telat
17
Gosip
18
Dokter Pengganggu
19
Terpesona
20
The Wedding
21
Cinta?
22
Liza
23
Kedekatan Bastian dan Liza
24
Bertukar Cerita
25
Gundah
26
Tiba-Tiba
27
Penjelasan
28
Cemburu Berkelanjutan
29
Mission Completed
30
Makan Malam
31
Anggrek Biru
32
Pacar Baru Bastian
33
Mimpi Buruk
34
Canggung
35
Tragedi Pagi Hari
36
Pengobatan
37
Protektif
38
Tentang Bastian
39
Honeymoon
40
Konflik Bara
41
Kisah Sesungguhnya
42
Secret
43
Berkunjung
44
Familiar
45
I Know
46
Flashback
47
Ingin Mempertahankan
48
Kissing
49
Aneh
50
Senyum
51
Berbicara
52
Bertemu Orang Asing
53
Bara Tak Membantu
54
Nomor Tak Dikenal
55
Bantuan Bara
56
Hari Pertemuan
57
Julian Family
58
Pelukan Nyaman
59
Rencana
60
Dinner
61
Kak
62
Mama
63
Rebutan
64
Klara
65
Kesaksian Reynaldi
66
Mata Panda
67
Perduli
68
Manusia Berhati Iblis
69
Semuanya Akan Baik-Baik Saja
70
Rain
71
Apa Lagi Ini?
72
Bagaimana?
73
Pengakuan
74
Runyam
75
Pengertian
76
Dia Cantik
77
Konferensi Pers
78
Pindah Rumah
79
Kembali bekerja
80
Kunjungan Mertua
81
Cerita Klara
82
Rencana Brilian Ayah
83
Tiba
84
Kunci Rumah
85
Rayuan Gombal
86
Sotong Bakar
87
Ruangan Bara
88
Ciuman
89
Kebun Teh
90
Pak Iwan
91
Aku Sayang Kamu
92
Klara dan Kak Ros
93
Dipecat
94
Museum Date
95
Konfirmasi
96
Lelah
97
Tamu dimalam hari
98
Pamer Pacar
99
Will you marry me
100
Double Date
101
D day
102
Tidak Terasa
103
Murung
104
Bertemu Mereka
105
Resign
106
Perusahaan Baru
107
Bos Baru
108
Malam Indah
109
Kabar Bahagia
110
Mual
111
Jagoan
112
Dia Kembali
113
Takut
114
The Last
115
Attention!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!