Bertemu

Hari ini Defira datang ke kantor tak lagi telat. Justru dia datang sebelum yang lain datang. Namun, tak ada semangat sama sekali di wajahnya untuk bekerja.

Pikirannya melayang pada perkataan Bara kemarin. Semalaman dia terus saja memikirkan hal itu.

Defira mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Gadis manis itu menghela nafas dalam. “Yang benar aja. Masa sampai harus ketemu Direktur Utama,” rengeknya.

Dia menyandarkan tubuhnya di kursi sebelum kemudian memejamkan matanya. “Makanya kalau gak mau ketemu Direktur Utama, gak usah cari masalah.”

Suara bariton yang baru saja tertangkap oleh indera pendengarannya membuat gadis itu terlonjak dan meluruskan duduknya.

“Ah, enggak, Pak. Saya cuma lagi ngomong sendiri,” jawab Defira takut. Orang yang baru saja tiba itu adalah Direkturnya, Bara.

Bara terkekeh mendengar jawaban karyawannya itu. “Siang nanti saya tunggu di ruangan saya, sebelum makan siang.”

Setelah mengatakan hal itu, tanpa menunggu Defira menjawab, Bara segera berlalu dari sana menuju ruangannya.

“Hhaahh, mau apa lagi ini?” Defira menghela nafas lagi sebelum kemudian duduk kembali di kursinya.

Rasanya tak ada semangat sama sekali untuk bekerja. Dan lagi, dia harus mempersiapkan diri, siapa tahu Direktur Utamanya itu akan langsung memecatnya karena kelalaiannya.

“Mikirin apa sih?” Lagi-lagi suara seseorang membuat Defira terlonjak. Entah karena fokusnya yang sedang buyar atau memang orang-orang itu berniat mengagetkannya, Defira rasanya selalu terkejut dengan perbuatan orang-orang akhir-akhir ini.

“Ra, ngagetin aja!!” sentak Defira saking kesalnya. Klara yang mendapatkan bentakan itu hanya terkekeh.

Sejujurnya dari jauh tadi dia sudah memperhatikan temannya itu melamun, itulah kenapa dia berniat untuk mengerjainya sekali saja.

“Lagian ngelamun mulu.” “Gak ngelamun, ini lagi mikir,” jawab Defira seadanya.

“Emang mikirin apa sih?” Klara mengambil kursinya dan menggesernya ke samping Defira. Gadis itu memperhatikan wajah temannya yang terlihat sangat tak bersemangat.

“Kamu pernah ketemu sama Direktur Utama?” tanya Defira. Jujur saja, dia merasa takut karena akan bertemu dengan atasannya.

Klara menggeleng. “Gimana mau ketemu kalau dia aja jarang ke sini. Mungkin sekalinya ke sini, aku lagi gak ada di kantor,” jawab Klara.

Dia juga agak penasaran dengan wajah atasannya itu. Banyak sekali karyawan lama yang mengatakan jika Direktur Utama mereka itu sangat tampan.

“Emangnya kenapa?” lanjut Klara penasara karena temannya itu tiba-tiba bertanya soal Direktur Utama.

Defira menggeleng, biarlah dia akan menyimpan hal ini sendiri. “Kata senior di sini sih dia baik. Dia juga ganteng katanya. Atau kamu mau gebet dia?”

Klara berusaha menerka-nerka apa kiranya yang ada dalam pikiran Defira. “Hush, yang benar aja. Kalaupun iya, gak mungkin dia mau,” kekeh Defira.

Tentu saja memikirkannya saja membuat gadis itu tertawa. Bagaimana bisa seorang konglomerat menyukai gadis miskin seperti dia.

“Siapa yang tau kan kalau emang jodohnya,” jawab Klara. Defira juga tak bisa menjawab jika lawan bicaranya sudah membicarakan tentang takdir Tuhan.

“Udah ah, sana kerja!” Defira mengalihkan pembicaraannya. Dia tak ingin banyak berfikir tentang atasannya itu. Bahkan tanpa memikirkan itu, saat ini otaknya sudah terasa ingin meledak.

Klara menggeser kembali tempat duduknya ke asalnya. Dia mulai membuka dokumen-dokumen yang ada di hadapannya begitupun dengan Defira.

“Bagaimana caraku dapat uang buat operasi? Bagaimana kalau aku jual diri? Atau pinjam uang sama Klara? Dia kan kaya.”

Berbagai pertanyaan hinggap di otaknya selama dia bekerja. Dia bahkan tak menyadari jika dia sudah menyelesaikan pekerjaannya untuk hari ini dan waktu telah berlalu berjam-jam.

“Def, dipanggil Pak Bara ke ruangannya,” ucap Sita, sekretaris Bara. Defira melihat jam yang  melingkar di tangannya. Benar saja, jam sudah menunjukan pukul sebelas siang.

“Ah oke. Makasih.” Setelah mendapatkan jawaban dari Defira, Sita segera kembali ke tempatnya.

“Hhaahh semoga gak dipecat.” Terdengar sangat berharap. Bekerja di sini adalah penghasilan yang cukup besar bagi Defira, itulah kenapa dia tak ingin keluar dari sana.

Defira segera pergi ke ruangan Bara, tak ingin atasannya itu menunggunya terlalu lama. Tangan Defira dengan ragu terangkat untuk mengetuk pintu atasannya itu.

Namun, sebelum itu terjadi, ada seseorang di belakangnya yang terlebih dulu membuka pintu itu hingga badan kecil Defira agak terdorong ke depan.

“Astaga,” kagetnya karena badannya agak terdorong. Defira segera menolehkan pandangannya pada orang yang masih berada di belakangnya itu.

Pandangan mereka bertemu. Defira agak bingung dengan orang ini. Pasalnya dia tak pernah melihat pria itu sama sekali.

“Hei, masuk sini! Kenapa pada di sana sih?!” teriak Bara dari dalam ruangannya yang membuat dua orang yang berada di ambang pintu itu mengalihkan atensinya pada Bara.

Tanpa mengatakan apapun, pria jangkung yang membuka pintu tadi segera masuk. Lain halnya dengan Defira yang masih berdiri di tempatnya.

“Ngapain kamu masih di sana? Sini masuk!” perintah Bara. Defira agak terkejut dan kebingungan.

“Ah, i-iya Pak.” Defira masuk dengan ragu. “Duduk!” Defira menuruti perintah Bara dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

“Ini orangnya,” ucap Bara pada pria itu. Pandangan pria itu langsung tertuju pada Defira. Melihat gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala seperti sedang melakukan scanning.

“Keluar, biar kita berdua di sini,” ucap pria itu dengan dingin. Pandangannya masih mengarah pada Defira begitupun Defira yang menatap pria itu.

Gadis itu menunjuk dirinya. “Saya yang keluar?” tanya Defira ragu. “Kamu diam di sini, saya yang keluar.” Bukan pria itu yang menjawab melainkan Bara.

Defira semakin dibuat kebingungan, gadis itu terus memandang Bara yang beranjak keluar hingga punggungnya hilang tak terlihat ketika pintu tertutup.

Defira memilin jari-jari tangannya. Sekarang dia memiliki firasat jik yang sedang berada di hadapannya itu adalah Direktur Utama.

“Kamu tau siapa saya?” tanya pria itu dengan tajam. Entahlah mungkin gaya bicaranya memang seperti itu.

Gadis yang ditanya itu menggelengkan kepalanya dengan takut pertanda dia tak tahu siapa orang yang sedang berbicara di depannya. Ingin menjawab, namun dia takut salah. Jadi untuk mencari aman, dia hanya menggelengkan kepalanya saja.

Tanpa diduga, pria itu mengulurkan tangannya sambil menatap Defira dengan lekat. Melihat Defira yang tak menerima uluran tangannya, pria itu kembali memberikan kode agar Defira menjabat tangannya.

Dengan ragu, Defira menerima uluran tangan itu. “Perkenalkan, saya Bastian Casper, Direktur Utama perusahaan ini.” Setelah Defira menjabat tangannya, Bastian baru memperkenalkan dirinya.

Mata Defira terbelalak saat dia mendengar penuturan Bastian. Dengan cepat gadis itu melepaskan tautan tangan mereka dan berdiri kemudian membungkuk untuk memberikan hormat pada pria itu.

“Ahh maaf, Pak. Saya tidak tahu. Maaf,” ucap Defira beberapa kali. Bastian tersenyum tipis melihat pemandangan di hadapannya.

Episodes
1 PROLOG
2 Biaya Operasi
3 Bertemu
4 Nikah Kontrak
5 Calon Mertua
6 Trauma
7 Kunjungan Bara
8 Calon Kakak Ipar
9 Penjelasan Pada Bara
10 Gadis Polos
11 Aku Mendengarnya
12 Akal-Akalan Bastian
13 Cemburu
14 Cemburu 2
15 Demian
16 Telat
17 Gosip
18 Dokter Pengganggu
19 Terpesona
20 The Wedding
21 Cinta?
22 Liza
23 Kedekatan Bastian dan Liza
24 Bertukar Cerita
25 Gundah
26 Tiba-Tiba
27 Penjelasan
28 Cemburu Berkelanjutan
29 Mission Completed
30 Makan Malam
31 Anggrek Biru
32 Pacar Baru Bastian
33 Mimpi Buruk
34 Canggung
35 Tragedi Pagi Hari
36 Pengobatan
37 Protektif
38 Tentang Bastian
39 Honeymoon
40 Konflik Bara
41 Kisah Sesungguhnya
42 Secret
43 Berkunjung
44 Familiar
45 I Know
46 Flashback
47 Ingin Mempertahankan
48 Kissing
49 Aneh
50 Senyum
51 Berbicara
52 Bertemu Orang Asing
53 Bara Tak Membantu
54 Nomor Tak Dikenal
55 Bantuan Bara
56 Hari Pertemuan
57 Julian Family
58 Pelukan Nyaman
59 Rencana
60 Dinner
61 Kak
62 Mama
63 Rebutan
64 Klara
65 Kesaksian Reynaldi
66 Mata Panda
67 Perduli
68 Manusia Berhati Iblis
69 Semuanya Akan Baik-Baik Saja
70 Rain
71 Apa Lagi Ini?
72 Bagaimana?
73 Pengakuan
74 Runyam
75 Pengertian
76 Dia Cantik
77 Konferensi Pers
78 Pindah Rumah
79 Kembali bekerja
80 Kunjungan Mertua
81 Cerita Klara
82 Rencana Brilian Ayah
83 Tiba
84 Kunci Rumah
85 Rayuan Gombal
86 Sotong Bakar
87 Ruangan Bara
88 Ciuman
89 Kebun Teh
90 Pak Iwan
91 Aku Sayang Kamu
92 Klara dan Kak Ros
93 Dipecat
94 Museum Date
95 Konfirmasi
96 Lelah
97 Tamu dimalam hari
98 Pamer Pacar
99 Will you marry me
100 Double Date
101 D day
102 Tidak Terasa
103 Murung
104 Bertemu Mereka
105 Resign
106 Perusahaan Baru
107 Bos Baru
108 Malam Indah
109 Kabar Bahagia
110 Mual
111 Jagoan
112 Dia Kembali
113 Takut
114 The Last
115 Attention!!!
Episodes

Updated 115 Episodes

1
PROLOG
2
Biaya Operasi
3
Bertemu
4
Nikah Kontrak
5
Calon Mertua
6
Trauma
7
Kunjungan Bara
8
Calon Kakak Ipar
9
Penjelasan Pada Bara
10
Gadis Polos
11
Aku Mendengarnya
12
Akal-Akalan Bastian
13
Cemburu
14
Cemburu 2
15
Demian
16
Telat
17
Gosip
18
Dokter Pengganggu
19
Terpesona
20
The Wedding
21
Cinta?
22
Liza
23
Kedekatan Bastian dan Liza
24
Bertukar Cerita
25
Gundah
26
Tiba-Tiba
27
Penjelasan
28
Cemburu Berkelanjutan
29
Mission Completed
30
Makan Malam
31
Anggrek Biru
32
Pacar Baru Bastian
33
Mimpi Buruk
34
Canggung
35
Tragedi Pagi Hari
36
Pengobatan
37
Protektif
38
Tentang Bastian
39
Honeymoon
40
Konflik Bara
41
Kisah Sesungguhnya
42
Secret
43
Berkunjung
44
Familiar
45
I Know
46
Flashback
47
Ingin Mempertahankan
48
Kissing
49
Aneh
50
Senyum
51
Berbicara
52
Bertemu Orang Asing
53
Bara Tak Membantu
54
Nomor Tak Dikenal
55
Bantuan Bara
56
Hari Pertemuan
57
Julian Family
58
Pelukan Nyaman
59
Rencana
60
Dinner
61
Kak
62
Mama
63
Rebutan
64
Klara
65
Kesaksian Reynaldi
66
Mata Panda
67
Perduli
68
Manusia Berhati Iblis
69
Semuanya Akan Baik-Baik Saja
70
Rain
71
Apa Lagi Ini?
72
Bagaimana?
73
Pengakuan
74
Runyam
75
Pengertian
76
Dia Cantik
77
Konferensi Pers
78
Pindah Rumah
79
Kembali bekerja
80
Kunjungan Mertua
81
Cerita Klara
82
Rencana Brilian Ayah
83
Tiba
84
Kunci Rumah
85
Rayuan Gombal
86
Sotong Bakar
87
Ruangan Bara
88
Ciuman
89
Kebun Teh
90
Pak Iwan
91
Aku Sayang Kamu
92
Klara dan Kak Ros
93
Dipecat
94
Museum Date
95
Konfirmasi
96
Lelah
97
Tamu dimalam hari
98
Pamer Pacar
99
Will you marry me
100
Double Date
101
D day
102
Tidak Terasa
103
Murung
104
Bertemu Mereka
105
Resign
106
Perusahaan Baru
107
Bos Baru
108
Malam Indah
109
Kabar Bahagia
110
Mual
111
Jagoan
112
Dia Kembali
113
Takut
114
The Last
115
Attention!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!