Azkira berbalik memunggungi Fathan. Dia merasa malu, aneh, dan juga ingin menghilang saja dari penglihatan Fathan saat itu. Akan tetapi, berbeda dengan Fathan yang tampak begitu puas, bahkan secercah senyum tamapak membias di bibirnya.
Selepas pergulatan panas itu. Malamnya menjadi malam seribu diam bagi Azkira, bahkan dia tidak menjawab saat Fathan melontarkan beberapa pertanyaan. Mulut Azkira bagai terkunci seribu bahasa. Hanya tatap mata kosong dengan pikiran yang melayang jauh entah kemana.
"Azki, apa kamu mau sesuatu?" tanya Fathan menawarkan. Berharap wanita itu mau bicara dengannya.
Azkira hanya bergerak sedikit menggelengkan kepalanya. Memberi pertanda bahwa dia tidak ingin apa-apa. Sungguh, Azkira tidak ingin apapun, kecuali diam.
"Huuuh!" Terdengar Fathan menghela napas kasar. Mungkin dia lelah bicara sendiri dan tidak mendapat respon apa-apa dari Azkira, kecuali isyarat penolakan yang dilakukukan dengan gerakan kepalanya.
"Oke, terserah padamu saja!" tandas Fathan lantas dia turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar, usai mengenakan celana boxer dan kimono tidur pria, yang tergantung di sebuah stand hanger yang ada di kamar itu.
Pria itu terus berjalan menuju dapur, dan lemari es menjadi tempat tujuannya. Dia mengambil botol kemasan berisi jus apel, lalu menuangkan ke dalam gelas dan meminumnya. Suara khas orang setelah meneguk minuman segar terdengar dari mulut Fathan.
Kemudian, Fathan berjalan menuju balkon rumahnya dengan membawa gelas yang masih terdapat sisa jus apel di tangannya. Sampai di sana, Pemilik tubuh proporsional itu berdiri mengarahkan pandangannya ke langit lepas. Memandangi bintang-bintang yang semakin bermunculan di seluruh permukaan langit malam kala itu.
"Kenapa dia tidak mau bicara lagi padaku? Apa dia marah? Atau menyesali apa yang sudah dilakukannya bersamaku?" gumamnya penuh tanya.
"Apa peduliku? Aku 'kan suaminya, jadi aku berhak atas dirinya," lanjut Fathan.
"Aarrrghh! Aku tidak suka ketika dia banyak bicara, tapi ternyata aku lebih tidak suka lagi saat dia hanya diam seperti itu." Fathan merasa kesal diacuhkan oleh Azkira.
Hembusan angin bertiup semakin dingin menembus kulit Fathan. Bahkan, dinginnya sampai membuat pori-pori kulit Fathan tampak meremang. Dia pun memutuskan untuk masuk dan kembali ke kamarnya.
"Dia sudah tidur? Apa dia kelelahan?" ucap Fathan kala dia disuguhi dengan pemandangan mata Azkira yang telah terpejam.
"Wajahnya cantik juga. Lebih dari itu, dia tampak begitu natural." Tanpa sadar Fathan memuji Azkira, saat itu dia sudah duduk di tepi ranjang dan memandangi wajah lelap Azkira dengan jarak yang sangat dekat.
"Aahh! Apa yang aku katakan ini? Aku tidak mungkin menyukainya," imbuhnya lagi. Dia menepis kenyataan yang dirasakan hatinya.
Lalu, lampu kamar pun dimatikan dan malam ini Fathan memilih berbagi ranjang dengan Azkira. Dia ingin memeluk tubuh Istrinya itu. Tubuh yang beberapa saat lalu telah memberinya perasaan paling indah yang disebut surga dunia.
****
Keesokan paginya, Azkira terbangun di awal waktu. Dia tersentak mendapati lengan kekar yang melingkar di tubuhnya. Napasnya seketika tertahan, kemudian dengan sangat hati-hati dia menyingkirkan lengan itu. Kemudian, Azkira bergegas mandi dengan cepat dan pergi dari kamar setelah rapi dengan pakaian yang dikenakannya.
Azkira berjalan mengendap-endap untuk memastikan langkah kakinya tidak menciptakan suara. Dia tidak ingin membangunkan siapa pun. Walaupun, saat itu sepertinya Bi Inah sudah memulai aktifitasnya di dapur.
Sekitar satu jam kemudian, Fathan pun bangun dan mendapati Azkira sudah tidak ada di sampingnya. Tidak banyak curiga, Fathan bersikap biasa saja. Dia turun dari atas kasur empuk itu. Di dalam pikiranya, Fathan mengira .... Mungkin, Azkira sedang menyiapkan sarapan pagi seperti biasanya.
Detik berikutnya, Fathan sudah rapi dengan setelan formal. Sepertinya dia hendak pergi bekerja. "Bi Inah!" serunya.
"Iya, Den." Sang Asisten rumah tangga itu datang menghampiri Fathan.
Fathan menyapukan pandangannya ke segala arah. "Azkira di mana, Bi? Apa dia masih sibuk di dapur?" terka Fathan sambil memegangi sendok dan garpu di kiri dan kanan tangannya.
"Maaf, Den Fathan. Bibi kira Non Azki masih tidur. Soalnya sejak tadi Bibi sibuk di dapur dan tidak melihat Non Azki," beber Bi Inah.
Fathan terhenti seketika dari aktifitas sarapannya. "Jadi, yang menyiapkan makanan ini bukan Azkira?" Fathan bertanya sembari mengerutkan dahinya. Bi Inah menggelengkan kepalanya.
Pria itu langsung bangkit dari duduknya dan tidak menyelesaikan sarapannya tersebut. Dia langsung mengambil kunci mobilnya dan pergi dengan cepat. Bi Inah yang melihat itu hanya bisa diam dan bertanya-tanya dalam hatinya saja.
Mobil yang Fathan kemudikan melaju dengan sangat cepat, membelah jalanan yang tampak masih sedikit sepi dari keramaian lalu lalang kendaraan lainnya. Mungkin, karena saat itu terhitung masih sangat pagi sekitar pukul 06.00.
"Kemana lagi dia? Apa dia diciptakan hanya untuk merepotkan hidupku?" Fathan berdesis kesal.
"Kemana aku harus mencarinya? Aaarrrghh! Dasar wanita aneh." Amarah mulai bergelora dan semakin berkobar di dalam dada Fathan. Namun, beberapa saat kemudian, dia memutuskan untuk menepikan mobilnya agar bisa berpikir dengan tenang.
Benar saja, setelah lebih tenang ide pun langsung bermunculan. Fathan melacak lokasi keberadaan Azkira melalui aplikasi, dengan menggunakan nomer ponselnya. Tak perlu waktu lama untuk mengetahuinya. Fathan langsung bisa mendeteksi lokasi di mana istrinya itu berada.
"Untuk apa dia mendatangi sebuah gang sempit seperti itu?" Kecurigaan Fathan akan perselingkuhan Azkira semakin merajalela.
Tanpa pikir panjang lagi, Fathan pun meluncur ke sana untuk memergoki Azkira. "Pasti dia pergi ke sana untuk menemui kekasih gelapnya. Beraninya dia padaku!" Mata Pria itu memerah dibakar rasa yang entah apa namanya. Mungkinkah itu perasaan cemburu?
Tepat di menit ke dua puluh pencariannya, Fathan pun tiba di titik lokasi. Dan benar saja, dia langsung melihat Azkira sedang asyik duduk di sebuah warung bubur ayam, yang berada di gang sempit di belakang sebuah perumahan. Fathan memarkirkan mobilnya agak jauh dari sana, lalu berjalan mengendap seperti seorang detektif yang sedang membuntuti seorang penjahat.
Ada sesuatu yang sudah membludak dan ingin segera dia luapkan pada Azkira. Ya! Rasa marah yang berasal dari kecurigaan dan pikiran buruknya mengenai Azkira. Tanpa basa-basi lagi, dia pun langsung menangkap Azkira.
"Apa-apaan ini?" Azkira yang ternyata sedang sarapan bubur itu merasa terkejut mendapati dirinya diringkus oleh Fathan, bagai seorang pencuri.
Sontak saja, orang-orang yang berada di sana ternganga dan merasa bingung menyaksikan kejadian itu. Sementara itu, Fathan mengancam mereka semua untuk tidak ikut campur atau mencoba membantu Azkira. Akhirnya, mereka hanya bisa merasa iba dan heran.
Namun, ada salah seorang pemuda memberanikan diri untuk menyelamatkan Azkira dari Fathan. "Jangan main paksa pada perempuan. Kalau berani lawan aku!" kata Pemuda itu kepada Fathan.
"Dia Istriku! Kami sudah menikah." Fathan menunjukkan cincin di jari manis Azkira dan juga dirinya yang tampak senada, sehingga Pemuda itu memilih mengurungkan niatnya untuk membantu Azkira.
Lantas, Fathan membopong tubuh Azkira dan membawanya ke mobil. "Kamu lari lagi dari rumahku? Apa kamu ingin sekali kukejar, huh? Sekarang aku sudah melakukanya, Nona Azkira!" Fathan membuat Azkira tidak berdaya, karena Pria itu mengapit dan menindih tubuh Azkira setelah dia berhasil memasukan Azkira ke kursi mobil bagian belakang.
"Lepaskan! Dasar gila ... apa yang kau lakukan padaku?" maki Azkira.
PLAKKK!
Sulutan emosi yang terlanjur meninggi membuat Fathan melayangkan sebuah tamparan ke wajah Azkira, hingga tampak gambar tangan Fathan tercetak dan memerah di pipi mulus dan putih Azkira.
Azkira hanya bisa merasakan panas dan perih yang menjalar di bagian wajahnya itu. Dia bahkan tidak bisa memakai tangannya untuk mengusap pipinya yang sakit, karena Fathan terus saja mengunci dan menindih tubuhnya tersebut. Sekali lagi, air mata Azkira berderai tak tertahankan.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Vita Zhao
Dasar G*la😡😡😡
aku membencimu Fathan
2022-11-10
1