Baru saja William dan Yuna akan melangkah menuju ke mobil, tiba-tiba saja sebuah mobil Maserati GranCabrio hitam berhenti di depan mereka berdua dan mereka tau siapa pemilik dari mobil tersebut.
Yuna terkejut melihat kedatangan Jayden. Berbeda dengan William, ia melihat kedatangan Jayden itu terlihat biasa saja dan terkesan sangat santai. Jayden menghampiri Yuna dan William sambil membuka masker hingga ke dagunya.
"Sejak kapan kamu deket sama dia?" tanya Jayden pada William sambil menunjuk Yuna.
"Oh jadi gara-gara dia, kamu belakangan ini jadi selalu sibuk?"
"Atau jangan-jangan kamu suka ya sama dia?" Jayden menatap sinis Yuna.
"Heh emang apa urusan kamu, kalau William jalan sama aku?" tanya Yuna sewot.
"Diam kamu! Aku nggak butuh pendapat dari kamu. Ini semua gara-gara kamu, belakangan ini William nggak punya waktu sama kita!" ucap Jayden ketus.
"William aja nggak keberatan kok jalan sama aku. Kenapa kamu yang ribet?!" ucap Yuna yang tak kalah ketusnya.
"Aku bilang diem, nggak usah ikut campur!" bentak Jayden.
"Jay, nanti aja kita bicarakan masalah ini. Nggak enak nanti kita di liatin orang," lerai William sambil membuka maskernya hingga ke dagu.
Untung saja suasana disana cukup sepi, jadi tidak ada yang melihat perdebatan mereka.
"Ayo Yun." William menarik tangan Yuna menuju ke mobilnya.
Namun, Jayden malah menghalangi jalan William dan Yuna.
"Oh, jadi dia lebih penting dari pada temen-temen kamu?"
"Okey, sekarang aku saranin mendingan kamu cabut dari D'Warlords!" lanjut Jayden yang menyuruh William untuk hengkang dari idol grup yang telah membesarkan namanya.
"Nggak masalah," ucap William dengan santai.
"Ayo Yun, kita pergi."
Karena sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi, Jayden memukul wajah William hingga membuat William hampir jatuh tersungkur.
BUGH!
Sudut bibir bawah William mengeluarkan darah segar akibat pukulan dari Jayden.
"Heh stop! Ngapain kamu mukulin William, hah?!" bentak Yuna yang mencoba melerai Jayden dan William.
"Alah awas kamu!" Jayden mendorong Yuna hingga terjatuh.
William yang tak terima Yuna di dorong hingga terjatuh itu pun langsung membalas Jayden, dengan memukuli wajah Jayden hingga bertubi-tubi.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
William dan Jayden pun saling pukul satu sama lain.
Di balik pohon sana, ada seorang paparazi yang memvideokan Jayden dan William yang tengah berkelahi itu secara diam-diam.
Dan untung saja ada dua orang laki-laki yang melerai perkelahian mereka berdua.
"Lepasin saya!" ucap Jayden memberontak.
Dua orang yang melerai mereka itu terus memegang tangan Jayden. Walaupun Jayden terus memberontak.
"Kamu gapapa kan Will?" tanya Yuna berjongkok di samping William, ia khawatir dengan keadaan laki-laki itu.
"Aku nggak apa-apa kok, Yun," jawab William tersenyum tipis.
Yuna membantu William untuk berdiri dan merangkul pinggang laki-laki itu.
"Apa kalian Tuli? Lepaskan saya!" Jayden yang terus memberontak itu akhirnya dilepaskan oleh dua orang yang melerainya tadi.
"Awas ya kalian berdua!" ucap Jayden menatap tajam ke arah William dan Yuna.
Jayden pun langsung pergi dari sana dengan perasaan yang masih emosi. William dan Yuna yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Ayo kita ke mobil," ajak Yuna. William hanya mengangguk, lalu Yuna memapah William untuk masuk ke dalam mobil.
"Kamu bisa nyetir kan?" tanya Yuna. William menatap ke arah Yuna.
"Iya aku bisa kok, kamu tenang aja," jawab William tersenyum mencoba menenangkan Yuna.
"Beneran? Atau biar aku aja yang nyetir?" tawar Yuna.
"Nggak usah, biar aku aja yang nyetir," ucap William.
Yuna menghela napasnya, "Ya sudah terserah kamu. Kalau nggak kuat nyetir, kasi tau aku ya? Biar aku yang gantiin kamu."
"Iya Yuna," ucap William.
"Oh ya, nanti kita ke apotek bentar ya?"
William mengerutkan keningnya. "Mau beli apa kesana?" tanyanya bingung.
"Ya mau beli obat lah," jawab Yuna.
"Obat? Kamu sakit?" tanya William khawatir.
Yuna menggeleng. "Aku mau beli obat buat luka kamu, Will."
William melihat wajahnya yang terluka dan lebam itu di kaca spion mobil.
"Aku nggak apa-apa, Yuna. Nanti sampai dirumah aku obati kok."
"Ih, pokoknya nanti kita ke apotek, biar aku yang obati luka kamu. Nggak mau tau pokoknya!" ucap Yuna cemberut sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
William tersenyum mendengar ucapan dari Yuna, ia sangat suka dengan Yuna yang cerewet dan penuh perhatian seperti saat ini.
"Iya-iya princess, jangan ngambek gitu dong. Nanti cantiknya hilang loh," goda William. Pipi Yuna memerah seperti kepiting rebus mendengar ucapan William tadi.
"Apa sih, ayo kita ke apotek sekarang." Yuna mengalihkan pandangannya ke arah lain, agar pipinya yang memerah itu tidak terlihat oleh William.
William terkekeh geli melihat Yuna yang sedang tersipu malu itu. Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju ke apotek seperti yang di katakan oleh Yuna tadi.
Sesampainya di apotek, Yuna langsung bergegas masuk ke dalam apotek membeli obat untuk luka lebam di wajah William.
Beberapa saat kemudian setelah selesai membeli obat, Yuna kembali masuk ke dalam mobil William.
"Udh beli obatnya?" tanya William.
"Udah, sini aku obati lukanya."
William mengangguk, ia memajukan wajahnya ke Yuna. Hal itu membuat jantung Yuna berdegup kencang, apalagi ia dapat melihat wajah tampan William dari jarak dekat seperti sekarang ini.
Yuna terlebih dahulu membersihkan luka William menggunakan cairan disinfektan yang digunakan untuk membersihkan luka. William sedikit meringis, ketika Yuna menyentuh luka di wajahnya.
"Sakit banget ya?" tanya Yuna. William hanya menggeleng pelan sambil terus menatap wajah cantik Yuna.
"Maaf ya kalau aku tekan sedikit luka kamu ini." William hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
Setelah selesai membersihkan luka, Yuna langsung memberikan obat salep luka di wajah William.
"Udah selesai," ucap Yuna.
"Makasih ya udah bantu ngobatin luka aku," ucap William tersenyum.
"Iya sama-sama."
"Sumpah ih, aku kesel banget tau nggak sih sama Jayde. Ngapain coba dia main pukul kamu tiba-tiba gitu!" kesal Yuna.
"Dia begitu karena ada alasannya kok," ucap William.
Yuna berdecak. "Alasan? Apa coba alasannya?"
"Cuma gara-gara waktu kamu ke sita gitu? Apaan deh, konyol tau nggak sih alasannya kayak gitu."
"Aku tau banget, Jayden kayak gitu cuma pengen nunjukin kalau dia itu hebat, dia tuh merasa dirinya itu udah kayak bos."
"Aduh sorry ya. Nggak ngaruh banget buat aku dia kayak gitu tau nggak!" ucap Yuna panjang lebar dengan perasaan yang menggebu-gebu.
Sedangkan William hanya tersenyum mendengar ocehan-ocehan yang keluar dari bibir Yuna.
"Kok kamu malah senyum sih? Lagian kalau pun alasan Jayden kayak gitu, itu nggak masuk akal juga. Berarti dia itu memang nggak mau temennya deket sama orang lain. Lebay banget sih dia!" ucap Yuna kesal.
"Kamu tau nggak Yun? Kayaknya Jayden itu nggak cemburu sama kamu, tapi sama aku. Karena aku udah merebut perhatian kamu dari dia," ucap William.
Yuna langsung menatap ke arah William dan mulai mencerna arti ucapan dari laki-laki itu.
'Masa sih Jayden cemburu sama William,' batin Yuna.
"Ya nggak mungkin lah Jayden cemburu sama kamu! Kamu tau kan dia orangnya kayak gimana." Ucapan Yuna lain di mulut dan lain di hati.
"Kalau beneran gimana?" goda William.
"Udah ah, nggak usah ngebahas dia lagi! Dengar nama dia buat aku kesal aja!" ucap Yuna cemberut.
"Iya-iya, nggak usah ngambek gitu dong," ucap William.
"Iya aku nggak ngambek kok," balas Yuna tersenyum.
"Nah gitu kan cantik kalau tersenyum," ucap William tersenyum. Entah mengapa hati Yuna selalu menghangat dan nyaman ketika dekat dengan William, laki-laki dingin dan kutu buku itu.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments