Sesampainya di halaman kampus, Yuna turun dari mobil dan diikuti oleh William. Untung saja suasana di halaman kampus sedang sepi. Kalau ramai, mungkin bisa heboh satu kampus gara-gara melihat Yuna turun dari mobil William.
"Makasih ya kamu udah anterin aku, sama makasih juga udah nolongin papa aku. Jadi ngerepotin," ucap Yuna sungkan dengan William.
William mengangguk. "Ya gapapa, semuanya hanya sebuah kebetulan saja kok."
"Sekali lagi makasih Wil. Kalau gitu aku duluan ya?"
"Ya," jawab William dengan singkat. Yuna melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung kampus.
Tiba-tiba sebuah mobil Maserati GranCabrio hitam datang, mobil itu parkir tepat di samping mobil William. Pemilik mobil tersebut tak lain adalah Jayden. Laki-laki itu datang bersama Jessie.
Jayden turun dari mobilnya diikuti oleh Jessie. Lalu mereka berdua menghampiri William.
"Eh Wil, semalam kamu kemana? Kamu tau kan acaranya belum selesai?"
"Bukan urusan kamu," balas Wiliam dengan datar.
"Kenapa? Kamu marah gara-gara kalah taruhan?" tanya Jayden tersenyum sinis. William hanya diam saja dan masih menampilkan wajah datarnya.
"Santai aja Wil. Aku bakal kembalikan mobil kamu kok," ucap Jayden dengan nada angkuhnya seraya melempar kunci mobil milik William, tepat di bawah kaki sang pemilik mobil.
"Aku juga nggak butuh mobil kamu! Aku cuma pengen membuktikan ke kamu, kalau aku berhasil dapetin si Yuna. Cuma itu saja, aku udah puas kok!" sambungnya.
"Aku juga nggak mau jadi orang yang nggak adil karena kalah taruhan. Jadi mobil ini bukan punya aku lagi." William menjawab dengan santai.
"Yakin kamu?"
William lebih milih menghiraukan ucapan Jayden, ia mengambil kunci mobil yang berada di bawah kakinya. Ketika ada seorang mahasiswa melewatinya, William memegang pundak mahasiswa tersebut dan memberikan kunci mobil miliknya pada mahasiswa yang sangat beruntung itu.
"Itu buat kamu! Mobilnya di parkiran warna merah merk BMW dan mulai sekarang mobil itu jadi milik kamu!" Setelah mengatakan itu William langsung pergi masuk ke dalam gedung kampus.
Mahasiswa yang diberikan mobil oleh William tadi terkejut tak percaya.
"Kamu seriusan?" teriak mahasiswa itu. William hanya memberikan jempolnya, tanpa menghadap ke belakang.
"Ya ampun, aku dapat mobil. Makasih Tuhan. Hari ini aku lagi hoki banget," ucap mahasiswa itu. Saking bahagianya ia sampai bersimpuh di lantai.
Sedangkan Jayden dan Jessie saling bertatapan, mereka bingung dengan kelakuan William. Lalu mereka berdua pun berjalan beriringan masuk ke dalam gedung kampus.
Berbeda dengan Yuna sesampainya di dalam kampus, dia langsung mendapatkan hinaan dan ejekan dari teman-teman dan seniornya karena kejadian semalam.
Yuna hanya diam sambil menunduk, tanpa menanggapi ucapan mereka.
'Aku harus kuat. Mulai hari ini aku harus melupakan malam ulang tahun kampus kemarin. Anggap saja kejadian itu nggak pernah terjadi. Tetep semangat Yuna, fighting,' batin Yuna yang menyemangati dirinya sendiri.
Dengan langkah yang tergesa-gesa Deana dan Kenzo datang menghampiri Yuna.
"Yuna," panggil Kenzo. Yuna menatap ke arah kedua temannya itu.
"Kamu gapapa kan, Yun?" tanya Deana khawatir.
"Memangnya aku kenapa?" tanya Yuna balik.
"Itu loh karena kejadian yang semalam. Sekarang keadaan kamu gimana?" tanya Kenzo.
"Aku gapapa kok guys, kalian tenang aja," jawab Yuna dengan senyum yang dipaksakan. Deana dan Kenzo menghembuskan napas lega.
"Syukurlah kalau kamu nggak kenapa-napa," ucap Deana.
"Yun, seperti ucapan aku tempo hari, kalau si Jayden berani nyakitin kamu, aku bakalan tonjok muka sok ganteng dia itu habis-habisan," geram Kenzo mengepalkan tangannya.
"Apaan sih kamu! Kayak berani aja kamu lawan Jayden," sentak Deana.
"Siapa takut, aku berani kok lawan dia! Siapa suruh dia udah nyakitin sahabat aku. Aku nggak bakal tinggal diem ya, kalau ada orang yang berani nyakitin sahabat-sahabat ku!" Terlihat wajah Kenzo yang tengah menahan amarah.
Yuna tersenyum haru mendengar ucapan dari Kenzo, yang menganggap dirinya sebagai sahabatnya.
"Udah jangan di balas Ken. Biar Tuhan saja yang balas perbuatannya, aku yakin sebentar lagi karma pasti datang menghampirinya," ucap Yuna coba menenangkan Kenzo.
"Nah bener tuh perkataannya Yuna, biarkan saja si Jayden dapat karmanya," timpal Deana. Kenzo menghela napas panjang.
"Terserah kalian aja. Kalau gitu ayo kita ke kelas."
Yuna dan Deana mengangguk. Ketika mereka bertiga akan berjalan menuju ke kelasnya, Jessi dan kedua temannya menghalangi jalan mereka.
Tetapi Jessie dan kedua temannya itu hanya memberikan senyuman sinis dan meledek kepada Yuna dan mereka langsung pergi dari hadapan Yuna, Deana dan Kenzo.
"Dasar tiga perempuan ular!" teriak Deana kesal.
"Sudah-sudah jangan tanggapi mereka."
"Kalau Jayden sama gengnya berani macem-macem sama kamu, kasi tau aku! Biar aku kasi pelajaran ke mereka! Aku nggak takut sama mereka walaupun mereka itu pemilik kampus ini!" ucap Kenzo menggebu-gebu.
"Makasih ya guys, kalian udah mau temenan sama aku," ucap Yuna.
"No! Kita bukan temen ya, tapi kita itu sahabat Yuna!" Deana sedikit merevisi ucapan Yuna.
"Iya Yun, kita itu sahabat bukan temen lagi. Jadi kalau kamu butuh bantuan, kasi tau aja kita berdua. Kita berdua akan selalu ada buat kamu," timpal Kenzo.
Yuna tersenyum haru mendengarnya, sekarang ia memiliki 3 sahabat, yakni Olivia, Deana dan Kenzo. Olivia adalah sahabat Yuna sejak sekolah dasar, namun kini gadis itu sedang melanjutkan pendidikan ke negeri Paman Sam alias Amerika.
"Makasih banyak guys, aku nggak tau mau bilang apa lagi sama kalian."
"Sudah-sudah, Ayo kita ke kelas nanti kita telat lagi," ucap Kenzo.
Yuna dan Deana mengangguk. Lalu mereka bertiga berjalan menuju ke kelasnya.
...****************...
Karena semalam Yuna begadang, ia menjadi sangat ngantuk, matanya seperti ada lem yang menempel disana. Karena sudah tak tahan lagi Yuna pun tertidur, padahal di depan sedang ada dosen yang tengah menjelaskan mata kuliah.
"Hei, kamu jangan tidur dong Yun," bisik Deana pada Yuna.
"Bangun Yuna, nanti kamu kena marah loh sama dosen." Deana kembali membangunkan Yuna sambil menggoyangkan lengan Yuna dengan pelan.
Namun Yuna menghiraukan ucapan dari Deana, mungkin sekarang Yuna sudah sampai ke alam mimpinya.
Dosen yang tengah menjelaskan itu melihat ke arah Yuna, ia pun melangkahkan kakinya menghampiri ke arah Yuna.
"Yuna Kim!" sentak dosen itu sambil memukul meja Yuna.
"Huwaaa setan!" Yuna langsung terbangun dan berdiri karena saking terkejutnya.
Semua mahasiswa yang ada di dalam ruangan kelas, kecuali Deana dan Kenzo tertawa melihat Yuna.
"Datang ke kampus itu untuk belajar, bukannya malah tidur!" bentak dosen tersebut.
"Maaf Bu," sesal Yuna menunduk.
"Saya tidak suka ya kalau ada mahasiswa tidur pada saat kelas saya!"
"Maafin saya Bu, saya janji nggak akan mengulanginya lagi," lirih Yuna.
"Kamu sekarang keluar dari kelas saya! Sebagai hukumannya kamu berdiri di luar, berdiri sampai saya selesai mengajar di kelas ini baru saya maafkan kamu!" titah dosen tersebut pada Yuna.
"Tapi masa harus berdiri diluar Bu, di dalam kelas aja ya?" tawar Yuna pada dosennya.
"Saya bilang di luar Yuna, bukan di dalam kelas!"
"Tapi Bu-" Ucapan Yuna langsung dipotong oleh dosen tersebut.
"Di luar saya bilang!" Sepertinya dosen itu tidak suka jika omongannya di bantah. Yuna menghela napas berat, dengan langkah yang malas ia pun keluar dari kelasnya.
Deana dan Kenzo merasa iba melihat sahabatnya itu.
"Kok kamu nggak bangunin Yuna sih?" tanya Kenzo pelan ke Deana sambil menghadap ke belakang, karena Deana duduk di belakangnya.
"Aku udah bangunin dia, tapi dia nggak bangun-bangun Ken. Mungkin anak itu begadang deh semalam," jawab Deana.
"Kayaknya sih, kasihan dia disuruh keluar."
"Iya kasihan banget Yuna. Udah hadap depan sana nanti dosen killer itu suruh kita keluar lagi," ucap Deana.
Kenzo mengangguk dan kembali menghadap ke depan lagi.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Yusria Mumba
semangat yuna,
2023-04-17
0