Terjebak Cinta Gadis Taruhan
KRING ...
KRING ...
KRING ...
Suara alarm menggema di sebuah kamar yang bernuansa pink dan putih, di dalamnya terdapat seorang gadis cantik yang sedang tertidur, dengan selimut yang menutupi setengah badannya. Gadis itu membuka matanya, ketika mendengar alarm berbunyi.
"Sekarang udah jam berapa ya?" tanya gadis itu dengan suara serak khas bangun tidur sambil meraba-raba mengambil jam weker di atas nakas samping tempat tidur. Matanya membulat sempurna ketika melihat angkak di jam weker tersebut, ia pun langsung merubah posisinya menjadi duduk.
"Ya ampun udah jam setengah 7 lebih. Perasaan kemarin malam aku setel alarmnya di jam 6 deh, kok malah bunyi di jam setengah 7 lebih gini. Aneh banget, apa jam ini rusak ya?" ucap gadis itu.
Setelah beberapa menit gadis itu bermonolog memikirkan jam wekernya. Tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu ...
"Aduh, mampus aku! Hari ini kan, hari pertama aku Ospek. Mana sebelum jam 8 harus sudah ada di kampus lagi," pekik gadis itu panik.
"Kalau gitu aku harus cepet-cepet mandi, aku nggak mau telat di hari pertama masuk Ospek."
Gadis itu beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.
Yuna Kim nama gadis itu, gadis yang baru saja genap berusia 18 tahun. Ia memiliki sifat ceria, baik hati dan sedikit agak bar-bar.
Yuna terlahir dari keluarga konglomerat, Ayahnya bernama Lukas Kim, dia adalah seorang pengusaha Real Estate tersohor di Korea Selatan.
Sedangkan ibunya bernama Jasmine Lee, dia adalah seorang desainer terkenal di Korea Selatan. Ibunya memiliki beberapa cabang butik yang juga terkenal di negara tersebut. Yuna merupakan anak tunggal, maka tak heran jika dia sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya.
Hari ini adalah hari pertama Yuna melakukan kegiatan ospek untuk masuk ke perguruan tinggi, ia akan melanjutkan pendidikannya ke salah satu universitas ternama di Korea Selatan, bernama Imperial College.
Universitas yang terkenal akan orang-orang dari kalangan elit yang berkuliah disana. Universitas ini berada di Kota Seoul, tak jauh dari tempat tinggalnya.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk Yuna mandi, biasanya jika tidak dalam keadaan genting seperti saat ini ia menghabiskan waktu di dalam kamar mandi sampai 30 menit lamanya.
"Aku harus cepat-cepat!" ucap Yuna dengan langkah yang terburu-buru menuju ke ruang wardrobe.
Yuna mengambil pakaian yang memang sudah ia mempersiapkan dari jauh-jauh hari. Dia mengenakan mengenakan baju putih, rok hitam di atas lutut.
Setelah itu Yuna menuju ke meja riasnya, lalu memoleskan makeup tipis di wajahnya. Tak lupa pula dia juga mengepang rambutnya menjadi 2 dengan pita dengan warna berbeda sebagai pengikatnya.
"Oke sempurna! Sekarang tinggal sarapan terus tinggal berangkat ke kampus deh," ucap Yuna.
Setelah itu Yuna mengambil tas ranselnya dan langsung bergegas keluar dari kamar menuju ke ruang makan. Sesampainya disana, sudah ada kedua orang tuanya tengah menunggunya untuk sarapan bersama.
"Pagi Ma, Pa," sapa Yuna pada kedua orang tuanya.
"Pagi juga sayang," balas Jasmine.
"Pagi juga princess," balas Lukas.
Yuna duduk di kursi makan, tangannya terarah untuk mengambil roti bakar, lalu menaruhnya di piring dan tak lupa pula ia mengoleskan selai kacang pada roti bakar tersebut.
"Yuna, kok tas Gucci sama sepatu sneaker Chanel yang Mama beliin kemarin kamu nggak di pakai sih?" tanya Jasmine pada Yuna.
"Nggak suka ya sama modelnya?" sambungnya lagi. Yuna menatap sang Mama dan menghentikan sejenak kegiatan sarapannya.
"Hem, Yuna suka kok dengan model tas dan sepatu yang Mama belikan itu, tapi--" Yuna menggantungkan ucapannya.
"Tapi kenapa sayang? Mau ganti sama merk yang lain? Celine, Prada atau Dior?"
Yuna menggeleng. "Astaga nggak perlu Ma, masalahnya tas sama sepatu yang Mama belikan itu terlalu mahal," jelasnya frustrasi.
Jasmine mengerutkan dahi. "Terus kalau mahal kenapa? Semua barang yang Mama belikan itu kan barang branded, ya pasti mahal lah," ucapnya.
"Ya ampun Mama... Yuna kan dari jauh-jauh hari sudah katakan ke Mama dan Papa. Nanti saat Yuna sudah masuk kuliah, Yuna ingin berpenampilan yang sederhana saja. Dalam artian Yuna ingin menyamar sebagai orang biasa Ma," jelas Yuna pada kedua orang tuanya.
"Nggak Mama menolak keinginan kamu itu!" tolak Jasmine dengan cepat.
"Tapi kan kemarin Mama setuju dengan pendapatnya Yuna. Kok sekarang malah beda lagi sih!" ucap Yuna kesal.
"Yuna hanya ingin mengetahui mana teman yang benar-benar tulus berteman dengan Yuna dan mana yang nggak melihat orang dari harta serta penampilannya saja, Ma." lanjut Yuna dengan raut wajah sendu.
Jasmine menghela nafas berat, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran putrinya itu. Banyak orang diluar sana ingin menjadi orang kaya, tapi putrinya ini malah sebaliknya.
"Terus sampai kapan kamu akan seperti itu nak? Apa kamu tidak takut di permalukan dan di hina oleh teman-temanmu di kampus nanti?" tanya Jasmine khawatir, ia sangat takut jika putrinya nanti akan menjadi bahan bully-an oleh teman-temannya di kampus.
"Sebenernya Yuna takut sih Ma. Tapi suatu hari nanti, Yuna janji akan menampakkan identitas Yuna yang sebenarnya. Jadi, Mama tenang saja, nggak usah khawatir," ucap Yuna menenangkan sang Mama.
"Tapi Yuna--" Ucapan Jasmine dipotong oleh Lukas.
"Sudah lah Ma, kita turuti saja gimana kemauannya putri kita. Kalau memang nanti terjadi apa-apa dengan Yuna, biar Papa yang turun tangan," ucap Lukas membela Yuna.
Jasmine hanya bisa menghela napas. Ayah sama anak sama aja, pikirnya.
"Oh ya nak, kamu nanti berangkat ke kampus menggunakan apa?" tanya Lukas pada Yuna.
"Yuna berangkat ke kampus naik bis saja, Pa," jawab Yuna, tentu saja hal itu tidak dibiarkan begitu saja oleh kedua orang tuanya.
"Oh big no, dear! Kamu harus diantar sama pak Paul. Mama nggak mau tau pokoknya! Mama nggak ingin kamu kenapa-napa nantinya sayang, apalagi nanti di dalam bis panas dan pasti kamu akan desak-desakan disana!" pekik Jasmine dengan heboh.
"Tapi pak Paul kan antar Papa ke perusahaan Ma, nanti Papa bisa telat loh kerjanya," ucap Yuna.
"Gapapa princess, nanti kita samaan ya berangkatnya. Kebetulan juga kan jalan ke kampus kamu searah dengan perusahaan Papa," timpal Lukas. Yuna menghela napas, lalu mengangguk pelan.
"Baiklah Pa, tapi Yuna diantar sampai di halte dekat kampus aja ya," pinta Yuna.
Jasmine menaikkan satu alisnya. "Kenapa begitu sayang? Kan enak langsung di antar ke dalam kampus, biar kamu nggak lelah jalannya."
"Iya kenapa nggak mau diantar sampai ke dalam kampus mu nak?" tanya Lukas.
"Ish, nanti kalau Yuna diantar sampai kampus pakai mobil mewah Papa, bisa-bisa penyamaran Yuna terbongkar dong," ucap Yuna sambil mengerucutkan bibirnya.
Lukas dan Jasmine hanya bisa menghela napas berat dan mengangguk mengiyakan permintaan putri semata wayangnya.
"Ya sudah, ayo cepat habiskan sarapan kamu dulu. Nanti kamu bisa terlambat loh," titah Jasmine. Yuna hanya mengangguk dan kembali menyantap sarapannya.
"Ma, Yuna berangkat dulu ya," pamit Yuna sambil mencium pipi mamanya yang masih duduk di kursi makan.
"Iya sayang kamu hati-hati di jalan ya, semoga kegiatan ospeknya berjalan dengan lancar," ucap Jasmine membalas dengan mencium kedua pipi Yuna.
"Iya Ma, Mama juga nanti berangkat ke butiknya hati-hati," balas Yuna.
"Iya nak."
"Kami berangkat dulu sayang," ucap Lukas sambil mencium kening dan bibir istrinya sekilas.
Yuna memutar malas matanya, ia sangat jengah melihat keromantisan orangtuanya itu. Tidak tau apa jika keromantisan mereka membuat jiwa jomblonya meronta-ronta.
"Iya Papa sayang, kalian hati-hati ya di jalan."
"Kamu juga hati-hati berangkat ke butiknya. Nanti kalau sudah sampai di butik, langsung telpon Papa!" titah Lukas pada istrinya. Jasmine hanya mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.
Lalu Lukas dan Yuna berjalan beriringan menuju ke pintu utama. Di depan sana, mereka sudah ditunggu oleh Paul yang sudah siap sedia mengantarkan mereka.
Ditengah perjalanan Lukas, Yuna dan Paul di kejutkan oleh 5 mobil mewah yang tengah kebut-kebutan di jalanan dan menyalip mobil Lukas.
Sontak Paul sampai menginjak rem mobil dengan mendadak saking terkejutnya. Pengemudi lain pun mengeluarkan sumpah serapahnya terhadap 5 mobil yang kebut-kebutan tadi.
"Kamu gapapa kan nak?" tanya Lukas pada Yuna.
"Yuna gapapa kok, Pa."
"Ya ampun anak muda jaman sekarang," ucap Paul geleng-geleng kepala.
"Tuan dan Nona tidak apa-apa kan?" tanya Paul pada Yuna dan Lukas.
"Kami tidak apa-apa kok Pak," jawab Lukas.
"Syukurlah kalau begitu." Paul kembali melajukan mobilnya.
"Nanti pas pulang, Papa jemput kamu ya?"
"Nggak usah Pa, biar nanti Yuna pulang naik bis aja," tolak halus Yuna.
"Tapi princess--" Ucapan Lukas disela oleh Yuna.
"Please Pa, Yuna mau mandiri," ucap Yuna sambil mengeluarkan puppy eyes miliknya.
Lukas menghela napas. "Terserah kamu aja, yang terpenting kamu bisa jaga diri," ucapnya dengan berat hati.
"Iya siap Pa, memang Papa yang paling baik dan pengertian," ucap Yuna senang sambil memeluk Papanya. Lukas hanya tersenyum sambil mengelus rambut putri kesayangannya itu.
Akhirnya sampailah di halte yang dekat dengan kampus Yuna.
"Akhirnya sampai juga," ucap Yuna.
"Kamu hati-hati ya, ingat kalau ada apa-apa langsung telpon Papa!" titah Lukas.
"Siap Pa, Papa juga hati-hati di jalan."
"Iya Princess."
"Kalau gitu Yuna turun ya, Pa?"
Lukas hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu Yuna turun dari mobil dan melambaikan tangannya pada sang Papa.
Mobil Lukas pun kembali melaju menuju ke perusahaannya yang bernama LKM Holdings Corporation.
Yuna melangkah kan kakinya menuju ke gedung Imperial College, kampus impiannya sejak dulu. Tapi tiba-tiba ...
PUK !
Ada seseorang yang melempar Yuna dengan sebuah kaleng minuman soda dan tepat mengenai kepala gadis itu sehingga Yuna sedikit meringis dibuatnya.
Dengan segera Yuna menghampiri orang yang telah melemparinya dengan kaleng minuman soda tersebut. Kini ia sudah berada tepat di samping mobil orang yang telah melemparinya.
"Heh, kalau mau buang sampah itu jangan sembarangan dong!" sentak Yuna, namun tak digubris oleh orang tersebut.
TOK!
TOK!
TOK!
Karena tak digubris, Yuna pun mengetuk kaca mobil orang tersebut.
"Heh buka nggak kaca mobilnya!"
Orang itu pun membuka kaca mobilnya, ternyata dia adalah seorang laki-laki.
"Gila ya kamu?!"
"Ups, aku kira di sebelah aku tadi itu tempat sampah!" ucap laki-laki itu menatap remeh Yuna. Yuna melotot kan matanya ke arah laki-laki itu.
"Heh sembarangan saja kalau bicara! Lemparan kamu itu kena kepala aku tau. Nggak sopan banget sih jadi orang!" bentak Yuna, ia sangat jengkel dengan laki-laki di hadapannya ini.
Laki-laki itu mengangkat bahunya acuh, ia menghiraukan semua ucapan Yuna. Laki-laki itu lebih memilih melajukan mobilnya meninggalkan Yuna yang sedang menggerutu.
"Ish! Kenapa Tuhan bisa menciptakan makhluk angkuh dan sombong seperti dia sih!" kesal Yuna sambil menghentak-hentakkan kakinya.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
UNKNOWN 💋
disini juga ada🤭
2024-08-04
0
UNKNOWN 💋
ada typo ya🤭
2024-08-04
0
Allenn
Yuna
2024-08-03
0