"Dam, kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Dira.
"Gue lihat potongan tubuh sama kolam darah, Ra. Tiba-tiba aja pas gue megang Cindi," ucapnya.
"Kok, Dira nggak liat apa-apa?" Dira sampai menggaruk kepalanya sendiri meski tak gatal.
"Itulah gue juga nggak tau, tiba-tiba aja muncul mendadak. Itu bayangan apa ya, Ra?"
"Dira juga nggak tahu, sih. Kadang juga Dira kalau dapat gambaran suka tiba-tiba dan sepotong aja gitu. Coba nanti kita tanya bunda," ujarnya.
Adam mengangguk.
"Ih, kamu kenapa kayak gitu sama Cindi?" tanya Disya yang menghampiri.
Disya menunjuk ke arah Cindi yang sedang melihat ke arah mereka dengan wajah kesal. Dira dan Adam menatap ke arah gadis itu. Tadinya, Cindi ingin menghampiri Adam. Namun tak jadi karena pemuda itu tadi lari ketakutan menjauhinya.
"Dih, kenapa juga itu bocah, emangnya aku monster apa, ya, sampai ketakutan begitu?" gumam Cindi.
Fasya yang masih ada di samping Cindi, sampai menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Masa takut sama cewek cantik kayak kamu? Apa Adam udah gila, ya? Tumben loh cewek secantik kamu ini, masa ditakuti," sahut Diki yang hadir mendadak bersama Bambang.
"Kira-kira kenapa ya, Fas? Apa karena si Adam bisa lihat hantu? Apa jangan-jangan dia lihat hantu di sekitar kamu?" tanya Diki menunjuk ke Cindi.
"Masa sih? Tapi mungkin juga seperti itu. Coba aku mau tanya dia." Cindi hendak melangkah menyusul Adam, tetapi Fasya menahannya.
"Adam nggak bisa lihat hantu, kok. Itu kan cuma katanya," ucap Fasya.
"Bener, Fasya bener. Cuma katanya. Lagian juga si Adam suka iseng nakut-nakutin kalau ada hantu," imbuh Icha.
"Oh, gitu. Ya udah kalau gitu aku mau makan dulu," sahut Cindi.
Akhirnya, Diki dan yang lainnya menyetujui saran Cindi untuk melanjutkan makan mereka. Sementara itu, Fasya menuju ke arah Adam dan yang lainnya. Paling tidak ia melindungi kemampuannya dan para kembar perihal kemampuan dapat melihat makhluk-makhluk astral.
...***...
Pagi itu, cuaca mendung sekali. Dira dan Adam bergegas turun dari mobil yang dikendarai Raja. Sementara Fasya dan Disya telah sampai sedari tadi. Dira mendongak menatap langit. Sepertinya hujan sebentar lagi akan turun. Gadis itu segera bergegas.
"Hai, Ra. Bunda bikin sandwich tuna buat kamu sama Adam. Nih, masing-masing satu, ya." Disya menyerahkan potongan segitiga sandwich dalam kemasan plastik wraping.
"Makasih, Dis. Ini pasti enak banget." Dira tersenyum senang.
"Tolong kasih Adam, ya. Aku mau balik ke kelas soalnya jam pelajaran pertama IPS, aku nggak mau telat." Disya melambaikan tangannya pamit pergi.
Di hari Kamis itu, jam pelajaran pertama Disya yang merupakan pelajaran IPS itu sangat amat dia nanti. Pelajaran tersebut banyak hal yang bisa dia ketahui tentang sejarah dan bagian bumi.
Disya senang jika jadi banyak tahu tentang ekonomi, tentang kondisi geografis Indonesia, tentang flora fauna, bahkan sejarah manusia purba. Dia benci berhitung dan ilmu biologi makanya Disya suka pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Apalagi cara Pak Agus memberikan materinya sangat menyenangkan dan tidak menjenuhkan.
Namun, ketika Pak Agus menayangkan video ilmiah tentang kejadian meletusnya Gunung Krakatau, perut Disya mendadak mulas. Sedari tadi Disya menahan untuk buang air besar. Namun, Disya merasa enggan jika harus izin keluar. Apalagi bapak guru sedang menerangkan. Rasanya sayang sekali kalau dia harus melewatkan walaupun hanya sedetik. Yang pastinya seru sekali tayangan video tersebut.
"Di-dis-disya, ka-kamu, kamu kentut, ya?" tanya Bambang yang duduk di belakang Disya.
"Hush, jangan kenceng-kenceng! Maaf, ya, soalnya kelepasan hehehe." Disya meringis pada Bambang.
"Disya, mau ke toilet dulu?" Rupanya Pak Agus mendengar pembicaraan Disya dan Bambang.
"Hehehe, kok Bapak tau?" tanya Disya.
"Ini kan ruangan AC, jadi pas kamu kentut kecium satu ruangan," tukasnya dengan datar. Namun, semua murid yang menahan tawa mereka akhirnya lepas juga.
“May, temenin aku kekamar mandi, yuk! Ayo, dong, aku kebelet, nih!" Bisik Disya pada Maya.
"Waduh, kenapa aku dibawa-bawa buat nganterin? Lagi asik, nih, dengerin pak guru lagi nerangin materi tentang gunung berapi," jawab Maya.
“Hayolah, May, sebentar saja. Aku nggak berani ke kamar mandi sendirian, nih” bujuk Disya.
“Emang kenapa nggak berani gitu, Dis?" tanya Maya.
"Ayolah, pokoknya temenin. Aku takut, nih." Disya memaksa.
“Aku sering ke kamar mandi sendirian, nggak ada apa-apa, tuh," kata Maya yang masih belum mau mengantar Disya.
"Antarkan saja si Disya, May. Silakan dari pada nanti dia kebelet di sini." Pak Agus
"Ah, Bapak mah bikin aku malu aja," ucap Disya.
Akhirnya karena semakin tak bisa ditahan, Disya nekat ke kamar mandi sendirian.
“Tapi, jangan lama lama ya, Dis. Sebentar lagi Bapak akan menayangkan video tentang sejarah meletusnya Gunung Krakatau," ucap Pak Agus mengingatkan.
“Iya, Pak. Saya juga mau liat tayangan video itu. Tungguin saya ya, Pak," kata Disya sambil tersenyum lalu bergegas berlari kecil ke kamar mandi.
Saat Disya sedikit berlari kecil, ia melihat suasana sekolah yang hening sepi. Jelas saja karena pembelajaran sedang berlangsung di semua kelas. Hanya Pak Beni yang terlihat sedang berjaga dan juga Bu Tini yang membersihkan lantai di koridor sekolah. Sementara langit berwarna hitam pekat seperti mau hujan besar. Baru saja terpikir akan hujan lebat, sontak saja langit menumpahkan airnya ke bumi. Menyirami tanaman yang ada di sekeliling sekolah.
Bunyi petir yang disertai kilat sempat membuat siapa pun yang mendengar tersentak kaget. Suara itu memekikan telinga. Disya jadi ragu saat mau melangkah ke toilet. Rasa takut gadis itu semakin muncul.
Setelah sampai ke toilet, Disya hanya sendirian. Tak teman yang menemani. Toilet perempuan letaknya ada di belakang samping ujung gedung sekolah, persisnya di bawah gedung perpustakaan. Cukup lumayan jauh dari kelas Disya. Gadis itu sempat berharap ada salah satu siswi yang mau ke toilet juga, sehingga rasa takut dan cemas itu bisa memudar.
Cukup lama menunggu, tak ada siapa pun siswi yang menyusul sesuai harapan Disya. Rasa mulas itu tak tertahan. Dari sekian banyak murid perempuan disl sekolah, tidak ada satu pun siswi yang berbarengan menuju ke toilet sama seperti Disya, pikir gadis itu.
Kilat dan petir masih saling menyapa dan membuat suasana makin bergidik. Disya melangkah masuk ke dalam toilet. Dia merasakan aura aneh di ruangan toilet. Segera saja ia langsung masuk ke salah satu bilik yang paling pinggir dalam toilet tersebut. Namun, ada sosok lain yang sedang mengamati Disya kala itu.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
disya gak baca doa ya...makanya ada yang ngikutin
2023-06-17
0
Ree.Pand
disya lucu...
2022-12-18
0
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
siapa nih, pak beninya kah.
ku mau stop bacanya, tapi nanggung 🙊🏃🏃
2022-11-16
2