"Yeee, kocak! Eh, sesama hantu bukannya temenan?" tanya Adam pada Tania.
"Kalau sama yang lain aku mau temenan. Tapi aku nggak kalau sama dia! Aku juga nggak mau kenalan sama dia! Dia itu mesum banget. Makanya tadi aku dari kamar mandi cewek pindah ke sini karena ada dia," sungut Tania.
"Memangnya nggak boleh kalau saya naksir sama kamu, hehehe." Hantu penjaga sekolah itu malah tersenyum genit.
"Idih! Kaki buntung gitu aja sok naksir aku! Minimal tuh yang naksir aku sekelas selebgram gitu, yang mukanya cakep kayak Adam gini," ucap Tania.
"Jadi hantu aja belagu luh, Tan!" celetuk Adam.
"Oh, jadi gitu ya, Dam? Kalau udah jadi hantu itu menurut kamu buruk, ya? Aku seburuk itu, kah?" Tania lantas pergi menghilang.
"Idih, udah jadi pocong aja masih baperan. Tania! Tania! Gue minta maaf," tukas Adam.
Sosok Tania lantas kembali muncul.
"Nah, gitu dong! Kamu tuh nggak berubah, ya, masih aja asal jeplak!" ucap Tania.
"Lah, elu juga kaga berubah, masih aja baperan!" sungut Adam.
"Aku hilang lagi, nih."
"Eh, jangan gitu dong! Jangan ambekan," ucap Adam.
"Kamu sekolah di sini, Dam?" tanya Tania.
"Menurut elu? Ya, gue sekolah di sini lah. Dira, Fasya, sama Disya juga sekolah di sini. Lihat nih seragam gue! Masa gue mau jadi satpam macam dia!" Adam menunjuk hantu kaki buntung tadi.
"Ya, kalau niat sekolah di sini kenapa masih ada di sini? Jam pelajaran abis istirahat udah dari tadi, loh." Tania mengingatkan.
"Sompret! Gue sampai lupa!" Adam bergegas menuju ke kelasnya.
...***...
Dira melihat sosok pocong sedang melompat dari kejauhan menuju ke kelasnya. Wajah pucat pocong itu melukiskan senyum merekah ke arah Dira.
"Lah, ngapa tuh pocong senyum-senyum begitu?" Dira mengernyitkan dahi.
Pocong itu kembali mendekat dan berdiri di depan pintu kelas Dira. Pocong Tania tersenyum seraya bersedekap. Padahal dia ingin melambaikan tangannya.
"What? Tania?!" Dira sampai tak sadar menggebrak meja.
"Nadira! Apa-apaan kamu?" Wali kelas 10 A bernama Ibu Murni yang sedang memperkenalkan diri itu berseru ke arah Dira.
"Maaf, Bu, anu ada kecoa kecil tadi di meja. Saya takut, Bu," jawab Dira berbohong.
"Jangan berisik lagi, ya!" tukasnya.
"Ummm, saya izin ke toilet ya, Bu," ucap Dira.
"Ya udah sana, lekas kembali!" titah Bu Murni.
Dira langsung menghampiri Tania. Mereka menuju ke toilet untuk murid perempuan di lantai lima tersebut. Di lorong menuju toilet itu juga terdapat kuntilanak yang sering berseliweran.
"Hai, Tante! Hai, Mbak!" sapa Dira yang menyapa hantu para perempuan itu.
Para hantu yang bersembunyi di bawah tangga menuju rooftop karena gelap itu lantas menelisik ke arah Dira.
"Jangan pada ganggu, ya, Dira cuma mau lewat," ucapnya meminta para hantu untuk tidak mengganggu.
Namun, hantu perempuan dengan bagian sekitar mata menghitam, wajah pucat, dan memakai daster lusuh dengan bagian punggung berongga itu malah mendekat.
"Tante, La, ini temen aku. Namanya Dira, dia bisa lihat hantu dan nggak takut sama hantu," ucap Tania.
"Oh, begitu. Yah, nggak bisa ditakutin, dong!" Tante La lantas pergi menghilang.
Tania menemani Dira menuju toilet perempuan. Dia lantas menceritakan kondisi dirinya yang kembali ke sekolah setelah kematiannya. Tania sendiri seperti terjebak di dalam sekolah itu. Dia dan hantu lainnya hanya bisa bergentayangan di sana.
"Dira pipis dulu, ya," ucapnya.
Tania mengangguk dan menunggu. Tak lama kemudian, Dira keluar seraya memekik kesal.
"Ih, males banget! Masa ada pembalut di dalam kloset, sih!" Dira lalu masuk ke bilik satunya setelah mem-flush bekas pembalut di kloset sebelumnya.
Setelah Dira selesai dan mencuci tangannya, Tania mencurahkan rasa kesalnya pada Dira.
"Nih ya kamu denger dulu penjelasan aku. Para murid di sini tuh jorok dan suka membuang pembalut menstruasinya sembarangan. Mereka tuh maunya buang aja nggak dicuci dulu sebelum dibuang. Makanya para hantu kuntilanak suka menghisap darah pembalut itu," ucap Tania.
"Idih, pada jorok banget itu kunti. Tinggal ke kantin aja minum minuman segar banyak tuh. Ngapain pakai ngisep darah bekas haid, idih jorok banget sumpah!" tukas Dira.
Ternyata memang benar kalau kuntilanak itu suka banget menghisap darah segar manusia. Pantas saja para hantu perempuan ini suka sekali nongkrong gratisan di toilet perempuan.
Dira lalu melangkah ke bagian ujung karena toilet murid yang terbagi dua. Di sebelah toilet pria itu ada keran. Air dari keran itu terasa sangat menyegarkan.
Tania tiba-tiba mundur seperti takut akan sesuatu ketika melewati toilet laki-laki.
"Kenapa, Kak Tan?" tanya Dira.
"Di situ ada yang lebih serem, Ra," ucap Dira.
Gadis itu menoleh di antara keran air dan jalan masuk menuju toilet pria itu, untuk pertama kalinya Dira tersentak dengan sebuah penampakan sosok pocong. Tepatnya di depan pintu toilet pria. Kedua matanya melotot menatap Dira dengan tajam. Gadis itu merasa tubuhnya dibuatnya kaku.
Jantung Dira tiba-tiba deg-degan setengah mati. Tidak biasanya dia dibuat seperti ini oleh penampakan pocong berwajah merah bersimbah darah. Tubuhnya sangat amis anyir darah dan berbau busuk bagaikan menghirup aroma seribu bangkai tikus. Dira merasa menjadi sangat mual.
"Kak Tania, itu serem–" Dira sudah tak mendapati keberadaan Tania di sisinya.
Sempat merasa kaku, tubuh Dira kini bisa bergerak kembali. Gadis itu lalu menjauh setelah menahan napas sedari tadi. Bau sangat busuk menyerang ke hidungnya.
"Aku pemimpin di wilayah ini, tak boleh ada yang menganggu di sini," tukas pocong itu.
"Dira nggak mau ganggu, kok. Dira cuma mau sekolah di sini. Dira nggak peduli dengan keberadaan kamu, jadi kamu juga nggak usah peduli dengan keberadaan kami di sini. Meski kita berdampingan, kalian hidup masing-masing aja sama kami," ucap Dira.
"Ras, dia kan udah mati. Gimana bisa hidup lagi?" bisik Tania yang ternyata bersembunyi di balik pintu toilet perempuan.
"Oh iya lupa kalian udah pada mati. Gini, Om Cong, Maksudnya kita kita ini sudah hidup masing-masing di alam kita masing-masing. Dira ada di alam nyata kamu di alam gaib. Jangan pada ganggu, ya," ujar Dira.
"Baiklah kalau begitu. Tapi ingat, jika ada manusia yang mengganggu kami, maka kami akan mengganggu balik. Apa pun yang akan terjadi di sekolah ini, kamu juga jangan ikut campur!" tegas si pocong penuh ancaman.
"Maksudnya?" Dira mengernyitkan dahi karena malah tak mengerti dengan nada ancaman itu.
"Ra, sebaiknya pergi dari sini. Jangan berurusan lebih dalam dengan ketua geng di sini," pinta Tania. Dia menggiring Dira untuk menjauh.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
ada ketua geng nya🤣
2023-06-16
0
Ayuk Vila Desi
gurunya kaget nih ..🤭
2023-06-16
0
Ree.Pand
serem tuh oncom... dira saja bisa kaku lihat penampakannya
2022-12-18
0