Saat jam istirahat berlangsung, Adam menuju ke ruang musik. Dia akan mendaftar menjadi anggota di ekstrakulikuler kelas musik. Bergabung dengan grup band yang ada di sekolah.
Saat melewati ruang laboratorium, Adam melihat seorang guru yang mengenakan seragam batik dan bawahan rok sepan hitam selutut.
"Seragam batiknya warnanya beda sama seragam batik guru. Kayaknya dia guru magang, deh," gumam Adam.
Guru wanita itu menari berputar-putar. Sesekali mengacak-acak rambutnya dan menjadi berantakan. Rambut yang terurai panjang sampai menutupi wajahnya itu, ia tarik sampai lepas dari kulit kepala.
"Astagfirullah, ini sih bukan manusia," seru Adam. Pemuda itu lantas mengintip dari celah pintu.
Seseorang menepuk bahu Adam, membuatnya tersentak. Rupanya Dira yang sedang melintas, melihat Adam sedang mengintip.
"Hayo, ngintip siapa?" tanya Dira.
"Ah, rese luh! Gue lagi ngintip ada setan lagi nyamar jadi guru," jawab Adam seraya berbisik.
"Masa, sih? Coba lihat," ucap Dira yang sekarang menyeruput es teh manis dalam wadah plastik yang ada di tangannya. Adam meraihnya dan menghabiskannya dalam sekejap.
"Dia guru siapa, Dam?" tanya Dira.
"Mana gue tau. Tapi, lihat tuh name tag dia namanya Ibu Ros."
"Wah, ada kakaknya Upin Ipin ngajar di sini," celetuk Dira.
"Gue malah mikirnya dia Rose blackpink, ha ha ha, garing luh!" sungut Adam menertawai Dira.
"Dia ngapain muter-muter begitu? Apa dia gila, ya, pas jadi hantu," celetuk Dira.
"Mana gue tahu, tanya gih!"
"Ogah ah, males! Nanti kalau dia minta tolong, gimana? Dira lagi malas, ah! Mau healing healing menjauh dari setan dulu," sahut Dira.
"Gimana kita bisa menjauh, nih si Tania aja udah muncul ngikutin kita," ucap Adam.
Dira langsung menelisik sosok pocong di hadapannya.
"Hai, pada liat apa?" tanya Tania.
"Liat hantunya guru magang di dalam sana!" jawab Adam.
"Hantu guru perempuan? Perasaan nggak ada hantu guru di sini," sahut Tania.
"Lah, terus yang di dalam itu datang dari mana?" tanya Dira.
Saat ketiganya saling tatap dan hendak mengintip ke arah dalam ruangan laboratorium, tendengar suara teriakan beberapa murid dari ruang kesenian, di lantai dua, bawah ruang laboratorium ini.
"Liat, yuk!" Dira bergegas menuruni tangga.
Adam masih penasaran melihat ke arah dalam ruang laboratorium, tetapi sosok tadi telah menghilang. Adam jadi bergegas menyusul Dira menuruni anak tangga.
Di depan ruang kesenian yang baru saja mengadakan praktek melukis, di depan ruang itu langsung mendadak ramai. Beberapa murid tengah berlari menuju ruang kesenian tersebut.
Bukan hanya Adam dan Dira, tetapi banyak juga murid yang ikut berlari dan ingin tahu apa yang terjadi.
"Ada apaan, sih?" tanya Disya pasa Dira seraya menjejalkan potongan besar batagor ke dalam mulutnya.
"Dira juga belum tahu. Bagi, Dis!" Dira meraih batagor milik Disya.
"Terus mereka pada lihat apa, tuh?" tanya Disya penasaran.
Adam baru kembali dari ruang kesenian setelah berhasil melewati kerumunan.
"Ada apaan, Dam, di dalam?" tanya Fasya yang baru datang menyusul.
"Ya, serem pokoknya. Di sana pada ngeliat ada guru udah tiduran di samping lemari cat air. Terus mulutnya berbusa," jawab Adam.
"Hah? Cuma ketiduran doang kok pada teriak?" tanya Disya dengan polosnya.
"Hadeeeeehhh!" Dira hanya bisa menggelengkan kepalanya dan memijit dahinya yang agak pusing jika melihat Disya yang mulai lama jika berpikir.
"Dis, mulutnya berbusa woi! Dia nggak tiduran, dia mati!" Adam menoyor kepala Disya.
"Adam, ih… aku bilangin bunda, loh. Kepala aku kan difitrahin." Disya merengek.
"Tau ih si Adam. Kasian adek gue," sahut Fasya.
"Nah, gini dong belain aku," ucap Disya.
"Maksud gue kasian, takut otak elu tambah geser jadi makin bego," celetuk Fasya menertawai adiknya.
"Dira! Lihat tuh kelakuan mereka!" Disya merengek bagai anak kecil seraya berlindung pada Dira.
Dira yang penasaran mengintip dari balik jendela. Di tangan guru wanita itu ada botol yang berisi racun serangga. Mungkin, dia meminumnya sampai berlebihan karena air dalam botol racun serangga itu tumpah sampai sudah menggenang di lantai.
"Kok, mirip sama hantu yang di ruang lab tadi, ya?" Dira mencoba mengamati dengan saksama.
"Iya, bener. Dia mati karena bunuh diri," ucap Tania yang mengarahkan pandangan pada sosok hantu perempuan di atas lemari cat air.
Dira dan Adam serta Fasya dan Disya langsung melihatnya.
"Oh, abis tembus dia dari ruang lab atas ke bawah sini. Mau liat mayatnya kali," celetuk Adam.
Ruangan itu langsung ramai dan banyak yang menangis. Mereka juga ketakutan. Begitu juga dengan Icha yang sama takutnya saat melihat peristiwa tragis yang menimpa tantenya itu. Pihak sekolah lantas membawa mayat Bu Rose menuju rumah sakit menggunakan mobil milik kepala sekolah.
...***...
Sepulang sekolah, Dira telah berada di perpustakaan untuk membuat resensi buku. Guru Bahasa Indonesia di jam terakhir itu menghukumnya karena kehilangan buku PR yang padahal telah Dira kerjakan.
Sebenarnya Dira mencurigai hantu usil bernama Dimas, murid laki-laki yang meninggal karena tertimpa banyak batu bata saat sekolah tersebut sedang melalui tahap renovasi. Namun, tak mungkin rasanya dia mengaku pada Pak Panca kalau bukunya hilang dicuri hantu. Kini, Dira diberi hukuman membuat resensi buku sebanyak sepuluh buku.
Dira yang tengah sendirian karena Disya sedang membeli jajanan, mulai meregangkan tubuhnya yang kaku akibat terlalu lama duduk. Gadis itu mengedarkan pandangan, ternyata perpustakaan sangat sepi tinggal tersisa beberapa orang saja.
Dira sendiri masih berkutat dengan tumpukan buku untuk mengerjakan tugas literasi yang diberikan oleh Pak Panca. Ia melihat jam di dinding perpustakaan yang sudah menunjukkan pukul dua siang.
"Hoaaaammm, rese banget si Dimas. Awas aja besok Dira siram mukanya pakai garam kasar," sungut Dira.
Sesaat ia menimbang hendak
membawa pulang buku yang digunakan atau besok kembali dan mengerjakan di perpustakaan saja karena mulai lelah. Adam dan Fasya masih berada di ruang musik karena telah tergabung di grup band sekolah. Cukup lama ia berpikir, lalu memutuskan untuk kembali lagi besok setelah kelasnya selesai. Kasian juga Disya jika terlalu lama menunggu untuk menemaninya.
Dira membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja untuk mengembalikan ke rak-rak buku itu semula. Tiba-tiba saja sosok hantu perempuan penunggu perpustakaan muncul mengejutkan.
"Astagfirullah, Minul! Jangan ngagetin Dira begitu," ucap Dira.
Hantu murid perempuan itu sedang berlari dan nyaris menabrak Dira, beberapa meter di depannya ada kucing belang yang sedang mencoba mengejar hantu Minul. Dia berlari dari kejaran kucing tersebut. Gadis yang sudah naik ke atas rak buku itu tersenyum menyeringai sambil menolehkan kepala melihat kucing tadi kembali atau tidak. Wajahnya hancur tertimpa batu bata bahkan kedua bola matanya nyaris lepas.
"Takut amat sih sama kucing!" pungkas Dira.
"Hehe, aku geli sama bulunya nanti alergi aku kumat. Kan cari obatnya susah," ucap hantu bernama Minanti ini.
"Hadeh, kamu tuh udah mati. Mana mungkin alergi dan minum obat," celetuk Dira.
Hantu itu lantas menunduk sedih.
"Ummm, maaf ya, Minul. Lagian si kamu lucu, deh, masa kejar-kejaran sama kucing kayak nggak ada kerjaan lain aja," ucap Dira.
"Ada sih kerjaan lain," sahut Minul.
"Nah, itu ada. Coba apa kerjaan lain kamu?" tanya Dira.
"Gangguin orang. Hahaha!" Hantu Minul tertawa kecil yang agak tertahan-tahan lalu menghilang.
"Dasar Minul!" gumam Dira. Gadis itu lalu meninggalkan perpustakaan menuju ke kantin tempat Disya membeli batagor.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
ternyata tantenya icha
2023-06-16
0
dianelischaa94_
kasiaan si anak bawang.. wkwwkkk
2022-12-20
0
dianelischaa94_
🤣🤣🤣
2022-12-20
0