Siang itu saat pulang sekolah, penjaga sekolah bernama Beni membagikan selebaran pembukaan pasar festival jajanan Indonesia. Di sana juga ada berbagai stand kuliner, aneka permainan, dan tak kalah menantang yaitu, wahana rumah hantu.
"Wah, ada pasar malam, nih," ucap Dira ketika menerima selebaran itu dari Pak Beni.
"Iya, Non Dira. Tiketnya murah lagi cuma sepuluh ribu. Teman saya kerja di situ jadi pocong," ujarnya.
"Ada hantu benerannya, nggak? Nih, di sekolah banyak. Nih, salah satunya." Dira menunjuk Tania yang datang bersama Adam.
Namun, karena Pak Beni tak bisa melihat Tania, pria itu malah mengira Dira menunjuk Adam.
"Haha, Non Dira bisa aja. Masa si Adam ganteng begini dibilang setan," tukasnya.
"Apaan, sih? Elu ngatain gue setan?" tuding Adam.
"Bukanlah, maksud Dira yang itu," bisiknya seraya terkekeh.
"Eh, Pak Beni, masih suka ikut kegiatan gerakan cinta anak yatim di masjid?" tanya Adam.
"Alhamdulillah, masih Dam. Istri saya yang jadi panitia pengelolaan dana sedekah untuk anak yatim. Maklum, kita sulit punya anak. Jadi, pelampiasan istri saya itu ya merawat anak yatim," ucapnya.
"Alhamdulillah, ya, Pak Beni baik banget. Dira yakin berkah banget hidupnya," puji Dira.
"Ah, Non Dira bisa aja. Tadi Adam tanya tentang gerakan itu mau apa?" Pak Beni menoleh pada Adam.
"Saya mau daftar jadi ketua OSIS. Nah, saya mau buat program gerakan cinta anak yatim. Misal ngadain bazar atau pentas musik, nanti keuntungannya untuk anak-anak yatim," ucap Adam.
"Wah, bagus banget idenya. Saya dukung itu, Dam." Pak Beni lantas pamit menuju pos jaganya.
Tiba-tiba, terdengar teriakan Disya dari kejauhan.
"Dira, tungguin aku!" Disya berseru seraya berlari sampai menabrak Tania. Pocong wanita yang sedang mengamati brosur di tangan Dira itu sampai jatuh.
"Waduh, ada pocong nyusruk!" gumam Adam menahan tawanya.
"Duh, Disya! Tega banget tabrakan aku," keluh Tania.
"Maaf, ya. Aku nggak sengaja." Disya tersenyum takut pada Tania.
Sementara itu, Fasya datang membawa batagor dan es teh manis di tangannya. Karena melihat Dira dan Adam, ia langsung meludahi batagor dan es teh manis dalam kemasan plastik di tangannya. Ia takut kalau kedua teman kembarnya itu akan meminta dan malah menghabiskannya.
"Dih, medit bin koret! Gue sumpahin kuburan lu sempit!" cibir Adam bersungut-sungut.
"Biarin aja, wlek!" Fasya menjulurkan lidahnya.
Icha melintas dan melihat brosur di tangan Adam.
"Adam, ini maksud aku. Kita ke pasar malam ini aja, ya. Malam minggu nanti jadi, kan?" tanya Icha.
Adam terlihat kikuk. Terlanjur sudah berjanji, pemuda itu akhirnya mengiyakan.
"Sampai jumpa malam minggu nanti di pasar malam, ya!" Icha melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam mobil yang sudah menjemputnya.
"Sejak kapan elu nge-date sama Icha?" selidik Fasya.
"Sumpah gue nggak sengaja, tanya aja Tania." Adam menunjuk sosok pocong yang masih kesulitan berdiri itu.
"Hadeh, ini pocong nyusruk kasian bener dari tadi nggak ada yang nolong." Dira membantu Tania untuk bangkit.
Keempat remaja itu lalu menuju halte. Mereka akan menggunakan angkutan umum kala itu karena Tasya dan Dita pergi arisan ke rumah teman mereka sehingga tak ada yang bisa menjemput.
...***...
Malam minggu tiba. Tepat di pukul setengah delapan malam, Adam sampai bersama Dira yang merengek ikut. Rupanya Disya dan Fasya juga berkunjung ke sana karena penasaran.
"Pada ngapain ke sini?" tanya Adam.
"Heh, ini tempat umum tau! Siapa pun boleh ke sini. Lagian rumah hantu di sini ternyata viral," sahut Fasya.
"Terus elu pada mau masuk ke sana?" Adam memicingkan matanya.
"Iyalah." Fasya mengangguk.
"Dis, kamu berani masuk rumah hantu sana?" tanya Dira.
"Aku penasaran, jadi aku mencoba berani," sahutnya.
"Yeee… repot ntar kalau elu ngompol ketakutan. Bikin malu aja," ketus Adam.
"Dia udah pakai pampers." Suara Fasya terdengar saat pemuda itu menuju penjual gulali.
"Ah… Fasya kenapa bilang, sih?!" sungut Disya.
Adam dan Dira sontak saja tertawa.
"Jangan pada ketawa, deh, bunda aku yang suruh pakai tadi," ucap Disya menahan malu.
Icha menghampiri Adam. Rupanya dia sudah menunggu sejak pukul tujuh. Wahana rumah hantu sangat ramai. Tidak heran juga sih jika kemudian banyak orang melakukan hal-hal unik untuk memuaskan rasa penasaran terhadap makhluk gaib.
Memang wahana rumah hantu tersebut menghadirkan sosok hantu-hantu yang tentunya itu bukan sungguhan. Akan tetapi, banyak manusia yang tetap takut karenanya.
"Tau nggak–"
"Enggak!"
Dira, Adam, dan Disya menyahut bersamaan memotong ucapan Icha.
"Ya makanya dengarkan aku dulu." Icha melanjutkan lagi.
"Aku denger kalau di wahana rumah hantu itu ada kejadian mistis di lokasi tersebut. Kalau kalian lagi apes, ada sosok tidak undang hadir dalam wahana tersebut. Uuuuuuu, serem kan?" Icha mencoba menakuti Dira, Adam, dan Disya.
"Setannya bohongan kan, Ra?" bisik Disya.
"Halah, kalau beneran juga nggak apa. Dira malah seneng bisa main sama mereka," tukas Dira.
"Dih!" Disya melirik tajam pada Dira.
Setelah Adam dan Dira menghabiskan satu mangkuk bakso, satu porsi siomay, dan satu porsi asinan buah, mereka akhirnya mau diajak melangkah menuju wahana rumah hantu. Icha sampai tak habis pikir dengan nafsu makan yang besar dari anak kembar itu. Berbeda dengan Fasya dan Disya yang makan normal pada umumnya.
Ternyata, puluhan orang rela antri hanya untuk merasakan sensasi kengerian yang ada di dalam wahana rumah hantu itu dibandingkan wahana lainnya. Di setiap wahana diwajibkan membeli tiket dengan membayar sepuluhrm ribu rupiah perorang.
Para pengunjung akan disajikan pemandangan menyeramkan di dalam rumah itu. Sudah terdengar teriakan ketakutan hingga bulu kuduk dijamin berdiri menurut pria penjual tiket wahana.
"Ada apa aja di sana sampai virak gitu?" tanya Adam.
"Katanya, di dalam nanti kita bakal maim game sesuai petunjuk. Kita disuruh memecahkan kode untuk menemukan petunjuk. Terus di petunjuk itu, kita bakal disuruh menemukan barang. Yang berhasil mendapatkan barang dan keluar tercepat, dia bakalan menang dan dapat merchandise dari penjaga wahana. Ada doorprize handphone juga buat yang pada berhasil memecahkan tantangan," ucap Icha menjelaskan.
"Kamu pernah ke sini, Cha? Kok, kamu tahu?" tanya Dira.
"Gue pernah masuk situ pas malam Jumat yang lalu. Gue lihat banyak pocong yang berjejer. Ada juga hantu kuntilanak, ada suster ngesot dan lainnya. Terus ada juga kamar mayat yang banyak mayat peraga terus ada orang bertopeng kejar-kejar kita sambil bawa gergaji. Kayak mau mutilasi kita gitu," ucap James yang mendadak muncul di belakang Dira.
"Ngapain elu di sini?" Sinis Fasya menoleh pada James.
"Suka-suka gue, lah!" sahut James.
"Seru juga, ya. Ayolah buruan masuk!" ajak Adam.
"Yuk!" Icha langsung menggandeng tangan Adam.
"Ayo, Ra, kita masuk!" ajak Fasya menggandeng tangan Dira.
"Dira sama aku, Fas! Awas aja kalau kamu bawa Dira," ancam Disya.
Namun, langkah Dira serasa enggan masuk ke dalam wahana tersebut. Perasaan gadis itu menjadi tak enak, tak karuan. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi di dalam sana nanti.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Luphobby Team
/Facepalm/
2024-01-09
0
Ayuk Vila Desi
🤣🤣🤣🤣disya
2023-06-16
0
T.P
yg anak dira itu adam ma dira y..? lupa deh
2023-02-21
1