Dira sampai menarik ikatan pocong milik Tania. Kedua matanya ia tarik dan berusaha untuk melotot membuka mata itu lebar.
“Emangnya Dira sipit, ya, Kak Rara?” tanyanya pada Rara seraya membuka matanya lebih lebar lagi.
Garis keturunan Jepang sang ayah
memang membuat mata Dira, Adam, Anta, dan Raja terlihat agak sipit. Mereka mempunyai tatapan tajam sama persis sepertinya ayahnya.
“Key, si Raja turun tuh!" bisik gadis itu.
Rupanya Capung Band sudah selesai manggung. Raja dan Adam menghampiri Rara dan Dira.
"Hai! Kalian keren banget loh kalau lagi live gini," puji Rara menyambut kekasihnya.
“Minggir, minggir!" Si pirang menarik Rara dan meminta kawannya untuk bersiap-siap menangkap gambar dia dan Raja.
"Nanti elu juga fotoin gue sama Raja, ya," ucap gadis satunya.
"Oke." Si pirang langsung mendorong Rara dengan kasar.
"Eh, hati-hati dong! Jangan kayak gitu!" protes Raja.
"Biarin aja, Ja. Dia nggak pantes deket-deket sama kamu. Kamu tahu kan aku fans kamu nomor satu. Aku bakal ikutin ke mana pun kamu manggung," ucap si pirang.
"Cewek psyco, nih!" tukas Dira.
"Elu mau apa?" tantang si pirang mendorong Dira.
"Heh, jangan gitu dong! Dia adik aku!" ucap Raja.
"Hah? Adik kamu?!" Kedua gadis itu langsung menoleh ke arah Dira.
"Hai!" Dira melambaikan jari jemarinya seraya tersenyum sinis.
"Gue juga adiknya Raja, foto sama gue aja mau, nggak?" Adam menggoda dua gadis itu.
"Oh, kalian adiknya Raja. Ih, cakep cakep ya kayak kakaknya," puji si pirang mencolek pipi Dira.
"Jangan sentuh, ya, najis!" Dira meraih tangan si pirang lalu memperlihatkan Tania padanya.
Sosok pocong itu meringis menunjukkan deretan gigi hitamnya.
"Huaaaaa, pocoooooong!" Kedua gadis itu sontak saja berlari terbirit-birit.
...***...
Pagi itu kelas 10 E kedatangan anak baru pindahan dari luar kota. Seorang gadis dengan tinggi 160 cm dan bertubuh sintal yang memiliki kulit sawo matang dengan gaya rambut ombre ala idol itu memasuki ruang kelas.
Adam dan Tania yang berdiri di samping mejanya, langsung berpandangan satu sama lain karena mereka mengenal gadis tersebut saat berada di kafe backdoor saat malam minggu.
"Anak-anak perkenalkan ini namanya Cindi Subagyo, dia murid baru di sini. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengan anak ini."
Wali kelas bernama Bu Ning memperkenalkan anak baru tersebut ke seluruh murid di depan kelas.
"Halo, Cindi! Salam kenal!" sahut semuanya kompak menyapa si anak baru itu.
"Halo!" Cindi tersenyum cantik saat menyapa.
"Cindi, kamu duduk di depan Adam sana, ya!" tukasnya.
"Nggak bisa, Bu!" protes Rani yang tiba-tiba bangkit dari kursinya.
"Lho, kok kamu yang sewot?"
Ibu Ning menatap tajam pada Rani.
"Nanti saya kangen kalau jauh-jauh dari Adam," jawab Ranu seraya meringis dan menoleh ke arah Adam.
"Huuuuuu." Sontak semua murid bersorak pada Rani.
"Rani, ayo pindah!" pinta Bu Ning.
"Iya, Bu. Adam kalau kangen nanti panggi aja, ya," bisik Rani sebelum beranjak pergi.
"Au amat!" Adam mengerucutkan bibirnya.
"Cewek sekarang agresif, ya," bisik Tania.
"Sama ama elu kalau godain Raja," sungut Adam.
Cindi tersenyum kala melangkah mendekati Adam. Dia duduk di kursi depan meja Adam. Di kelas itu, meja dan kursi diperuntukkan untuk masing-masing murid sehingga mereka hanya menempati satu kursi dan satu meja.
"Hai, Cindi!" sapa Icha yang duduk di meja sebelah kiri Cindi.
"Hai! Kamu adiknya James, ya?" tanya Cindi.
"Iya, kok tahu?"
"James udah cerita soal kamu," ucapnya lalu menoleh pada Adam.
"Kamu yang main band di kafe Kak Wahyu, kan?" Cindi melukiskan senyum.
Adam mengangguk. Biasanya, Adam langsung tertarik pada gadis cantik. Namun, aura Cindi membuat Adam enggan untuk tertarik. Entah kenapa, Adam juga tak mengerti. Semoga saja hanya firasat Adam yang salah.
"Oke murid-murid, silakan buka buku matematika halaman seratus lima. Lalu, kalian kerjakan soal latihan dari nomor satu sampai sepuluh!" titah Bu Ning.
"Baik, Bu!"
Semua murid menyahut bersamaan.
...***...
Jam istirahat berdentang, Dira menarik tangan Icha dan memintanya menceritakan perihal anak kelas sebelas yang hilang di rumah hantu. Icha tak bisa menceritakan secara detail karena dia juga hanya mendapat kabar berupa gosip. Nyatanya, sosok Topan sempat masuk di iklan media cetak maupun di iklan televisi perihal pencarian orang hilang. Cindi datang mendekat lalu memperkenalkan diri pada semuanya.
"Hai, namaku Cindi."
"Dira udah tau, kita udah pernah ketemu di Kafe Backdoor, kan?" tukas Dira.
"Halo, namaku Disya," sapa Disya membalas uluran tangan Cindi.
"Kamu adiknya Kak Raja, kan?" tanya Cindi pada Dira.
"Iya dia adiknya Kak Raja. Adam juga adiknya Kak Raja," sahut Fasya.
"Yang ditanya Dira bukan kamu!" sahut Icha.
Fasya langsung mendekati Cindi seraya tebar pesona ia meraih tangan gadis yang tak terulur itu tiba-tiba.
"Hai, gue Fasya."
"Oh, halo aku Cindi, anak 10 E," jawabnya.
"Wah, enak banget si Adam dapet cewek cakep mulu di kelasnya. Lah, kelas 10 A rata-rata anak freak semua," ujar Fasya.
"Maksud kamu, Dira freak gitu?" Dira menatap tajam ke arah Fasya.
"Nggak, Ra, bukan gitu maksudnya gue. Kalau elu mah sya tik, anaknya Yanda Anan," ucap Fasya.
Disya lalu dengan semangatnya menanyakan segala hal tentang anak baru itu yang ia ingin tahu. Apalagi Cindi berasal dari luar negeri. Ia penasaran ingin tahu yang ada di sana.
"Kamu saudara kembarnya Adam?" tanya Cindi pada Dira.
"Iya, tapi kita nggak identik."
"Oh, tapi kalau diliat-liat, Adam sama ya gantengnya sama Kak Raja," ucapnya.
"Kalau Dira nggak ganteng, gitu? Iyalah Dira kan cewek, Dira mah cantik kayak Kak Anta dan Bunda," sahutnya.
Di belakang Disya, Icha sedang menelisik murid baru itu dengan saksama. Gadis itu harus waspada karena ia merasa Cindi bisa saja akan menjadi saingannya dalam merebut hati Adam.
Saat Cindi berdiri hendak menuju pe jual bakso, ia tak sengaja terantuk kaki meja dan hampir hilang keseimbangan. Akan tetapi, kedatangan Adam yang hendak meminta teh botol milik Dira sangat tepat bagi Cindi. Dengan sigap ia menahan bahu gadis itu agar tidak jatuh. Semua mata mengarah ke adegan yang persis sinetron anak muda itu. Adam dan Cindi saling bertatapan. Namun, suatu hal tak terduga terjadi, pemuda itu tiba-tiba melepas pegangannya pada Cindi. Adam terlihat ketakutan. Cindi sampai mengaduh karena bokongnya mendarat sukses ke lantai kantin.
"Kamu kenapa, Dam?" bisik Dira.
Adam hanya menatap Dira sejenak lalu memilih meninggalkan kantin menuju ke kamar mandi. Wajahnya mengisyaratkan ketakutan kala itu. Dira bergegas mengejarnya.
"Ra, ini belum dibayar dua mangkuk bakso kamu!" seru Disya.
"Talangin dulu, Dis!" Dira balas berseru seraya mengejar Adam.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Hati Yang Terkilan
uda cerita soal Cindi apa soal Adam🤔🤔🤔🤔🤔
2024-09-25
1
Hati Yang Terkilan
pengen ku jitak ni cewek
2024-09-25
1
Hati Yang Terkilan
emang kenapa kok gak bisa...
2024-09-25
1