Sementara itu, Adam yang baru saja keluar dari wahana rumah hantu bersama staf wahana masih terlihat bingung. Sosok staf di kiri Adam juga tampak mengernyitkan dahi ketika Adam mengatakan dirinya baru saja bersama sosok hantu nenek nenek.
"Emangnya kita ada casting hantu nenek nenek?" tanya salah satu petugas pada rekannya.
"Kayaknya nggak ada, deh," sahut si perempuan penjaga tiket.
"Lah, kata anak ini ada nenek-nenek yang dia gandeng," ucapnya seraya menunjuk Adam.
Petugas pun heran mendengar cerita Adam, karena dalam wahana tersebut tidak ada pemeran hantu nenek-nenek. Bahkan, beberapa pegawai lainnya pun berdatangan karena heran mendengar cerita Adam, kesemuanya menuturkan tidak ada pemeran hantu seperti deskripsi pemuda itu.
Namun, ada keanehan terjadi, tangan kanan Adam yang tadi digenggam memang tampak merah berbentuk tangan dan luka gores seperti terkena kuku.
"Kok, tangan gue sakit, ya?" gumam Adam.
Petugas tiket bernama Putri menoleh ke arah tangan Adam.
"Kok, tangan kamu merah?" tanya wanita berusia dua puluh tahun itu.
"Gue juga nggak tahu. Tapi tadi tangan gue digandeng sama nenek nenek tadi," jawab Adam.
Ia menelisik ke arah sekitar.
"Temen-temen gue yang lain, kok nggak pada keluar wahana, Mbak?" tanya Adam.
"Iya ya, mereka peserta terakhir sih kayak kamu." Lantas wanita dengan tanda pengenal dalam id card lanyard di lehernya menanyakan hal tersebut pada rekannya.
Rupanya Bos Wahyu si pemilik wahana memperpanjang waktu operasi sampai jam sebelas malam ketika di malam minggu itu. Dikarenakan antusias pengunjung yang masih memadati pasar malam.
"Belum keluar temen kamu," ucap Putri menghampiri.
Adam mencoba menghubungi Dira. Ia akan memberitahukan penemuannya terhadap hantu nenek di dalam wahana.
"Dira tahu, Dam. Ini aja Dira lagi sama cewek nggak ada matanya. Dia melayang jadinya Dira yakin dia bukan manusia," ucap Dira dari dalam ponsel Adam.
"Lah, terus mau elu apain itu cewek?" tanya Adam.
"Mau nunjukkin dia jalan biar duduk," sahut Dira seraya menarik tangan hantu perempuan untuk duduk.
Fasya dan Disya mengamati di sudut sedari tadi. Akan tetapi, mereka kehilangan Bambang karena telah berlari ketakutan entah ke mana.
"Ayo, Ra, kita cepetan keluar. Aku udah ngompol, nih," ucap Disya.
"Kamu pake pampers, kan?" Dira menoleh pada Disya.
"Pakai, sih, hehehe."
Dira memasuki lokasi yang dibuat seperti berada di sumur tua. Seorang wanita berambut panjang dengan kostum sadako muncul menakuti.
"Hai, Mbak!" sapa Dira.
Sosok itu menyeringai. Dia membuka belahan rambut yang memperlihatkan tata rias wajahnya yang menakutkan.
"Bedaknya luntur, tuh! Masa yang kiri masih putih yang kanan udah rada hitam. Coba benerin dulu," ucap Dira.
Wanita itu segera meraih cermin di sakunya.
"Kok, kamu nggak takut sama aku, sih?" tanyanya seraya meraih riasan.
Dira hanya tertawa menanggapi.
"Nih, aku kasih nomor!" Dia menyerahkan nomor dua pada Dira.
"Oke, makasih ya, Mbak. Kalau bosen ajak aja ngobrol mbak yang di sofa itu," ucap Dira menunjuk sofa lalu pergi.
Fasya dan yang lainnya juga mengikuti Dira. Sosok pemeran hantu dalam sumur tadi lantas menatap ke arah sofa.
"Halah, gue kan kerja nakutin orang. Kenapa gue jadi takut gini!" serunya pada diri sendiri lalu bersembunyi kembali ke dalam sumur.
Dira dan yang lainnya sampai di ruang musik. Mereka harus bernyanyi menghadap ke arah TV besar yang bertuliskan lirik karaoke. Lagu dari grup band milik kakaknya terdengar.
"Siapa yang mau nyanyi?" tanya Dira.
"Sini, gue yang nyanyi. Suara gue nggak kalah jauh sama si Jo temennya si Raja itu." Fasya langsung meraih standing mic.
Dia bernyanyi tanpa ragu seraya melihat teks karaoke di layar besar. Tiba-tiba sosok hantu pria dengan wajah hancur bersimbah darah muncul di tv besar menakutkan. Sontak saja Fasya berteriak karenanya. Dira mendekat dan mengamati dengan saksama. Muncul angka "1" di kertas yang ada di tangan sosok hantu pria itu.
"Oke, dapat tuh nomor satu," ucap Dira.
Mereka pun kembali melanjutkan keseruan bermain game di rumah hantu tersebut. Mereka lantas menuju lantai atas dan bertemu dengan pemeran hantu memakai baju ala bintang film horor boneka chucky.
"Wah, lucunya. Gemesin banget, sih!" Dira mencubit kedua pipi pemeran boneka menyeramkan itu lalu pergi. Yang lainnya langsung mengikuti Dira.
"Waduh, hancur harga diri gue jadi si chucky kalau ketemu cewek kayak gini. Bukannya takut malah bilang gue gemesin," ucapnya lalu kembali ke tempat persembunyiannya lagi.
Tempat ketiga adalah kamar mayat. Fasya membaca sebuah cerita tentang rumah sakit. Di sana tertulis saat itu bagi siapa pun yang berobat di rumah sakit yang menyeramkan ini merasa enggan untuk dirawat inap, karena di rumah sakit itu banyak menyimpan sejumlah cerita mengerikan yang dipercaya oleh masyarakat.
Dari hasil penelusuran yang dilakukan, tidak sedikit dari pasien yang merasakan adanya gangguan makhluk gaib selama menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Mulai dari melihat hal-hal yang membuat bulu kuduk berdiri hingga keluarga pasien yang melihat makhluk-makhluk yang tak kasat mata saat menemani sanak keluarga yang sedang dilakukan perawatan.
Ada dua tokoh manusia yang berperan sebagai mayat. Di saat ketakutan Disya dan Fasya serta Bambang, Dira masih sibuk mencari petunjuk terakhir. Sampai Disya menemukan kotak di bawah ranjang yang isinya potongan tubuh manusia.
"Astagfirullah, kok kayaknya beneran," gumam Disya.
Tiba-tiba, sosok pria membawa gergaji datang seolah dia akan memutilasi korbannya. Sontak saja Disya, Fasya, dan Bambang berlari menghindar. Hanya Dira yang masih bertahan seraya menelisik. Dua casting mayat yang berbaring itu bangkit dan mencoba menakuti.
"Udah, Bang, jangan nakutin! Nggak serem tau!" seru Dira.
Kedua pemeran hantu itu saling pandang. Dira lantas mendapatkan nomor kombinasi untuk membuka kunci.
"Bang, tapi kayaknya yang di dalam kotak itu kayak asli. Kok, keren sih?" Dira lalu keluar dari kamar mayat itu.
Kedua pemeran hantu itu hanya saling tatap.
Dira mendengar teriakan Fasya dan Disya serta Bambang yang dikejar oleh pemeran hantu pembawa gergaji.
"Waaaaaa, ini cara buka pintunya gimana? Kenapa di kunci?" teriak Fasya dengan panik.
Dia menempel di pintu jeruji yang tak bisa dibuka itu seraya menarik-narik agar terbuka. Disya dan Bambang juga sudah berteriak di sampingnya dengan panik.
Pemeran hantu pembawa gergaji itu menghentikan langkahnya.
"Buka pintunya bukan ditarik tapi didorong," ucapnya.
Disya lantas mendorong pintu tersebut.
"Ayo, lari lagi! Nanti gue kejar kalian," ucapnya.
Fasya menoleh pada Disya, sementara Bambang sudah berlari sejak tadi.
"Waaaaaaaaaaaa!" Fasya dab Disya berlari bersamaan keluar dari tempat tersebut.
Si pemeran hantu gergaji lantas kembali mengejar.
Dira tak sengaja bertabrakan dengan James yang wajahnya pucat pasi.
"Kamu kenapa?" tanya Dira.
"Gue, gue lihat ada yang lagi dipotong-potong di bawah sana. Gila ini wahana pantesan rame. Sampai segitunya mereka buat efek nyeremin," tuturnya.
"Icha sama Adam mana?" tanya Dira.
"Udah keluar mereka. Ayo, ikut gue!" ajak James.
Akan tetapi, Dira melihat sosok di sudut ruangan yang tadi mengikuti James. Tiba-tiba, tubuh pria itu terpisah, lalu berjatuhan di lantai.
"Itu bukan manusia," lirih Dira.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
ah jadi tambah horor nih
2023-06-17
0
Ayuk Vila Desi
Fira sama kayak anta gak ada takutnya
2023-06-17
0
Ree.Pand
adammm kasihan kamu
2022-12-18
1