"Disya, Dia ganteng, kan, Disya?" tanya hantu perempuan itu.
"I-iya, iya dia ganteng. Kalian cocok, kok. Dia ganteng, kamu cantik.." Disya langsung cari aman dengan memuji hantu pria yang menjadi incaran hantu perempuan itu. Meskipun dia menjawab tanpa melihat karena wajahnya masih tertutup kedua tangannya.
"Hush, jangan bilang gitu. Udah iyain aja!" Dira melirik tajam ke arah Fasya yang akhirnya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Oke semuanya! Dira sama yang lainnya mau pamit. Kita udah jadi anak SMA sekarang. Nanti kalau ada acara buat alumni, kita-kita pasti ke sini," ucap Dira.
"Kamu aja, aku sih ogah!" sahut Disya kesal.
"Jangan dengerin Disya, dia cuma bercanda, ya. Percayalah, orang yang pastinya bakal kangen sama kalian itu pastinya si Disya," ucap Dira seraya menunjuk Disya.
"Kampret si Dira." Disya bersungut-sungut dengan suara berbisik.
Keduanya lantas pamit pada hantu tersebut. Tak lama kemudian, Adam dan Fasya juga pamit.
...***...
Pagi itu, dua pasang remaja kembar tak identik tersebut sampai di sebuah gerbang sekolah yang tinggi menjulang. Para anak murid baru masih menggunakan seragam SMP asal mereka.
Bagi murid perempuan rambutnya harus dikepang dua. Sementara murid laki-laki harus dikuncir satu di sisi kiri dengan karet Jepang warna-warni. Semuanya menggunakan tas yang terbuat dari kantong plastik merek toko roserba Indoapril yang diselempangkan menggunakan tali rapiah.
Dira, Adam, Fasya, dan Disya memasuki sekolah barunya bersama murid-murid yang lain. Mereka sengaja selalu ditempatkan di satu sekolah agar orang tuanya lebih mudah bergantian mengantar dan lebih mudah untuk mengawasi. Dira meraih brosur yang
menjelaskan berbagai macam fasilitas lengkap.
Fasilitas itu diantaranya, lapangan basket, lapangan bulutangkis, laboratorium, ruang seni musik, dan ruang latihan menari. Sementara di samping sekolah ada gedung yang di dalamnya terdapat lapangan khusus untuk berlatih sepak bola indoor. Ada juga kolam renang untuk berlatih renang. Tempat itu juga disebabkan untuk umum.
Di brosur itu juga menjelaskan sekolah tersebut selalu menghasilkan murid-murid berprestasi dari sekolah tersebut. Suara bel yang mirip dengan suara pemberitahuan kedatangan kereta api itu berbunyi. Para kakak senior memerintahkan para murid baru untuk berbaris rapih di lapangan mengikuti upacara. Semua mata tertuju pada Bapak Kepala Sekolah yang bernama Ari Tobing.
Pria bertubuh tambun dengan perut buncit itu naik ke podium. Kepala sekolah SMA Pandai Sentosa yang bernama Eko Arjun Singh merupakan pria keturunan India dan Jawa itu lantas melakukan pidato mengenai pengenalan sekolah dan ucapan selamat datang pada siswa-siswi angkatan terbaru. Lelaki berusia lima puluh tahun itu juga memperkenalkan jajaran dewan guru dan staf sekolah.
Setelah acara sambutan itu selesai, sang ketua panitia acara pengenalan sekolah atau MOS naik ke atas podium bersama Ketua OSIS yang masih menjabat itu. Si ketua panitia yang bernama Saras itu mengucap salam. Wajah ayu dengan tubuh ramping itu membuat para remaja pria tertegun, termasuk Adam.
Setelah mengucap sepatah dua patah kata, Saras memperkenalkan ketua OSIS bernama James Subagya, pria keturunan Kanada dan Sunda itu tersenyum dengan manisnya. Gantian para remaja putri yang histeris melihat ketampanan James.
Namun, pandangan mata Dira malah tertuju pada sosok wanita berkemeja biru dan rok kulot hitam selutut yang berdiri di sudut sekolah setelah staf dan dewan guru telah kembali ke ruangan mereka masing-masing. Wanita itu masih mengamati para murid, sesekali membetulkan posisi kacamatanya.
"Kayaknya pernah lihat dia di mana, ya?" gumam Dira.
Wanita yang rambutnya digelung ke atas itu menangkap tatapan sepasang mata cantik milik Dira. Perempuan itu lalu melayangkan senyum hangat tetapi menakutkan pada Dira.
"Ah, dia pakai ngeliat ke sini lagi. Oh iya, dia perempuan yang ada di rumah Tania waktu itu. Perempuan kambing," gumam Dira.
"Elu ngatain gue bau kambing, Ra?" tanya Fasya yang tak sengaja mendengar gumaman Dira.
"Bukan begitu, Fas. Bukan kambing kamu, kalau kamu mah kambingnya beda," sahut Dira.
"Sama aja, cuy! Elu tetep ngatain gue kambing!" sahut Fasya.
"Heh, kalian yang di belakang sana! Sini ke depan!" Salah satu kakak senior memanggil Fasya dan Dira.
"Ini semua gara-gara elu, Ra." Fasya melirik tajam ke arah Dira.
"Ya, maaf." Dira menunduk.
"Ini contoh murid baru yang songong! Kita para kakak senior sedang memberi pengarahan, eh mereka malah asik pacaran," ucap James.
"Kita nggak pacaran, ya!" Dira angkat bicara seraya menatap kesal ke arah James.
Tatapan mata gadis itu malah membuat James tersentak. Paras ayu dengan lesung pipi itu terlihat manis untuk dipandang. James melirik tanda pengenalan bertuliskan "Dira" di dada kiri si gadis.
"Nama elo, Dira, kan?" tanya James.
"Kok tahu? Jangan bilang mau ngegombal, eyaaakkk," sahut Fasya asal.
"Gue nggak ngomong sama elu! Ini nametag- nya tulisannya Dira!" James menunjuk dada Dira tetapi tak sengaja malah menyentuhnya dengan ujung telunjuknya.
"Jangan kurang ajar, ya!" seru Dira.
Sontak saja gadis itu langsung meraih tangan James dan memutarnya. James langsung berteriak kesakitan.
"Gue nggak sengaja!" pekik James.
Adam maju untuk membela adiknya saat melihat para senior datang mendekat.
"Lepas, Ra! Biar gue yang hajar," ucap Adam.
"Sumpah, gue nggak sengaja!" sahut James.
Dira melepas tangan James. Tatapan gadis itu masih tajam menusuk.
"Udah, udah, udah, kenapa pada ribut gini, sih? Semua adik kelas balik ke barisan!" Saras melerai semuanya.
Disya maju dan menarik Dira untuk kembali ke barisan. Dia menenangkan Dira. Begitu juga dengan Fasya yang menarik tangan Adam untuk kembali.
"Kita masih anak baru, jangan buat masalah, Dam," bisik Fasya.
Semua murid baru lantas berkumpul di aula sekolah untuk pembagian
kelompok selama masa orientasi siswa. Adam masih mengamati para kakak kelasnya dengan gemas. Terlihat sekali perbedaan antara senior dan junior di sana. Dira juga mengawasi gerak-gerik James yang menyebalkan.
Kemudian, semua murid di ajak berkeliling untuk mengenal sekolah lima lantai yang megah itu. Di dominasi warna hijau muda di dindingnya, sekolah tersebut terlihat sangat bagus. Kebersihan sekolah yang amat di jaga serta penuh dengan bunga yang di gantung di pot depan kelas. Di setiap sudut sekolah terdapat anak tangga. Di sampingnya terdapat wastafel dan sabun cuci tangan demi menjaga kebersihan di lingkungan sekolah dengan rajin mencuci tangan.
Dira dan yang lainnya beranjak mengunjungi taman sekolah yang terletak di seberang kantin sekolah. Di tengah taman ada pohon beringin yang tua. Pohon besar yang menebar suasana sejuk dan damai sehingga membuatmu betah untuk duduk di bawahnya.
Disya mulai tampak ketakutan kala melihatnya. Sementara Dira malah tersenyum senang. Beberapa kaum kuntilanak terlihat di sana. Rupanya pohon tersebut merupakan sarang dari kuntilanak di sekolah itu.
“Kalian pada ngapain bengong di sini? Kalian harus perhatikan kakak kelas lagi ngasih pengarahan. Kalau perlu dicatat!" hardik salah satu kakak kelas yang
tergabung dalam panitia MOS angkatan terbaru.
“Kita lagi takjub sama pohon itu, Kak," sahut Dira.
“Wah, dia belum tau aja kalau pohon itu seram banyak hantu dan suka bikin anak perempuan kayak kalian kesurupan, hihihi." Pemuda bernama Anton itu mencoba menakutkan Disya dan Dira.
"Oh, gitu… banyak hantu, ya?" Dira tersenyum menyeringai.
"Iya, jangan deket sana kalau nggak mau keturunan, hiyyy! Udah balik ke kelompok sana lalu perhatikan penjelasan kakak kelas dengan baik!” titahnya.
“Iya, Kak." Dira dan Disya menyahut bersamaan.
"Dia nggak tau aja kalau hantu yang bakalan takut sama Dira," lirih Disya.
"Kamu siap-siap pakai pampers, Dis, kayaknya hantu di sini lebih serem dari hantu yang di SMP dulu. Kita juga belum kenal sama mereka," ucap Dira.
"Ah, Dira mah jangan ngomong gitu, dong!" sungut Disya.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
bener kata Dira dis kamu harus sedia Pampers 🤭
2023-06-16
0
kutubuku
hahaha..
disya kang ompol🤣🤣
2023-04-30
0
Ree.Pand
wkwkwkw... siap" pempes Dis
2022-12-18
1