Di kantin SMA Pandai Sentosa. Dira dan Disya sedang menikmati makan siang mereka di sudut kantin. Mengamati para anak murid yang lalu - lalang serta sesekali mengedarkan pandangan ke sekeliling sekolah.
"Kayaknya aura sekolah ini horor banget, ya, Ra?" Disya menyantap sepiring siomay yang ada di kantin.
"Eh, emang sekolah ini angker kata kakakku" sahut seorang gadis bernama Icha. Dia muncul tiba-tiba di belakang Dita.
"Astagfirullah, ini bocah main ngagetin aja!" pekik Dira.
"Halo, nama aku Icha. Aku kelas 10 E."
Gadis berambut pendek itu mengulurkan tangannya.
"Namaku Dira dari kelas 10 A," sahut Dira.
"Wah, kamu anak pintar, dong? Anak kelas A kan pintar pintar," ujarnya.
"Kata siapa? Aku kelas 10 C juga pintar," sahut Disya.
"Masih untung bukan di kelas 10 E," celetuk Fasya yang datang bersama Adam.
"Kenapa dengan kelas 10 E? karena katanya ada di urutan terakhir dan kumpulan dari anak-anak yang masuk ke sekolah ini dengan nilai terendah, gitu?" ucap Icha.
"Oh jadi, menurut lu, Fas, kelas 10 E anak yang bodoh gitu?" Adam datang seraya menyeruput es jeruk milik Dira. Ia melirik ke arah Icha.
"Tapi, kata kakakku juga gitu, sih? Aku aja masuk sini karena nyogok. Tapi, aku dikasih kelas 10 E," sahut Icha seraya terkekeh.
"Siapa kakak elu?" tanya Fasya.
"Kak James, ketua OSIS sekolah ini," sahut Icha.
"Oh, pantes." Adam menelisik ke arah Icha. Wajah gadis itu memang blasteran. Hidung mancung bak perosotan dengan iris mata hazel itu lumayan menggoda untuk dilirik.
"Biasa aja mata lu, Dam!" Fasya meraup wajah Adam.
"Kambing! Tangan elu asin, Mbing!" pekik Adam. Meraih tisu dan membersihkan wajahnya. Sementara Fasya meringis.
Fasya mengusap tangannya lalu berkenalan dengan Icha.
"Jangan lama-lama pegangnya. Dia temen sekelas gue, nih!" sahut Adam.
"Eh, eh, kalian mau denger nggak cerita serem yang aku tau tentang sekolah ini?" Icha mengerling. Dia paling suka menceritakan hal gaib untuk menarik perhatian.
"Coba coba ceritakan!" pinta Dira penasaran.
"Mau tau aja apa mau tau banget?" Icha makin mengulik rasa penasaran Dira dan yang lainnya.
Dira, Disya, dan Fasya sudah memasang telinga mereka dengan baik. Sementara Adam masih fokus dengan siomay milik Disya. Ia menghabiskannya.
"Nggak usah banyak gaya, deh! Kalau mau cerita ya cerita aja!" ketus Disya.
"Iya, nih. Ayo, cerita aja!" sahut Fasya.
"Lagian elu semua pada kepo banget, sih!" cibir Adam lalu menoleh ke arah Icha, "coba ceritanya gimana?"
"Huuuu, sama aja!" Dira menoyor kepala Adam seraya menatap kakaknya yang lahir lima menit lebih dulu dengan pandangan gemas.
"Waktu itu kata Kak James dia sedang mendaftar jadi pengurus OSIS karena dia ingin ikut terlibat dan mengulik lebih dalam tentang berorganisasi di sekolah. Tapi, kata Kak James para kakak kelas mulai suka menakuti para murid baru. Mereka bilang, sekolah ini adalah bekas kuburan. Karena katanya pas sekolah dibangun, kuburan di sekitaran sini digusur. Jadi, tinggal tersisa komplek kuburan yang ada di belakang sekolah sana. Belakang laboratorium itu. Itulah sebabnya sekolah ini angkernya kebangetan," kata Icha menjelaskan.
"Oh, bekas kuburan rupanya… hah, bekas kuburan? Duh, gue jadi merinding, ya," sahut Fasya memeluk dirinya sendiri.
"Terus ada kejadian aneh apa lagi di sini?" tanya Dira.
"Ummm, ini rahasia, ya. Katanya setiap tanggal 29 Februari, akan ada murid yang meninggal. Tumbal proyek sekolah ini," bisik Icha.
"Mitos kali! Kebetulan aja meninggalnya pas 29 Februari," celetuk Adam.
"Tapi–"
Bel sekolah tanda istirahat berakhir sudah berbunyi. Icha menghentikan ceritanya. Sekali lagi Icha berkenalan dengan keempat kembar indigo itu dan berterima kasih karena mereka mau menjadi temannya. Gadis itu lalu memilih untuk berlari menuju kelasnya. Dia melambaikan tangan untuk pamit.
"Udah-udah bubar! Ayo, pada balik ke kelas dulu!" ajak Dira.
"Gue mau ke wc dulu," ucap Adam.
Pemuda itu sendirian melangkah menuju toilet dekat lapangan basket. Salah satu murid laki-laki bernama Adi terlihat ketakutan saat menabrak Adam.
"Kenapa lu, Bro?" tanya Adam seraya membantu pemuda itu berdiri.
"Gu-gue, gue lihat pocong!" tukasnya lalu bergegas berlari menuju kelasnya.
"Hah, pocong? Wah, seru juga nih kalau gue liat pocong di sini. Bakalan kayak apa pocong itu," tukas Adam bermonolog.
Saat Adam melaksanakan buang air kecil, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri perlahan-lahan. Rasanya seperti angin dingin berembus dari tengkuk leher menuju ke sekujur tubuh. Adam sampai memeluk dirinya sendiri.
"Hmmm, mulai nih ada yang aneh mau gangguin gue," ucap Adam.
Setelah Adam mencari tahu, tak ada apa pun di sekitarnya. Akhirnya, Adam keluar dari kamar mandi. Aroma busuk menyengat dan sampai lah Adam tersentak kala melihat sosok astral seorang pria.
Adam ternyata melihat seorang pria berusia lima puluh tahun sedang berdiri menatapnya. Dia mengenakan seragam karyawan sekolah tersebut.
Bapak tersebut merupakan penjaga sekolah yang pastinya bukanlah manusia.
Dia berdiri di depan kamar mandi perempuan tersenyum menyeringai ke arah Adam. Kaki kirinya hancur dan mengeluarkan bau busuk bercampur anyir darah dan nanah.
"Sial! Tuh, benarkan ada setan. Ngapain Bapak di depan kamar mandi perempuan, mau ngintip, ya?" tuduh Adam.
"Kamu bisa lihat saya?" tanya hantu itu.
"Menurut Bapak gimana?"
"Oh, ternyata kamu bisa melihat saya. Kebetulan kalau begitu saya mau minta–"
Adam menghentikan ucapan pria tersebut karena melihat sesuatu di dalam kamar mandi wanita. Ada sosok dalam bungkus kain kafan sedang melompat di dalam kamar mandi itu lalu menghilang menuju ke kamar mandi murid laki-laki.
Adam lantas masuk kembali ke kamar mandi sebelumnya. Dia mendapati sosok pocong itu sedang melompat menuju ke sebuah bilik. Adam mengendap-endap mengikuti sosok pocong itu dari belakang.
"Kok, kayaknya aku ada yang ngikutin, ya? Jangan-jangan hantu bapak genit yang di luar tadi?" Suara perempuan terdengar dari sosok itu. Adam mencoba menyimak dengan saksama.
Sosok pocong itu mendadak melompat lebih cepat dan hendak menembus dinding kamar mandi menuju ke luar. Adam segera menarik kain kafan sosok pocong itu. Terdengar teriakan perempuan yang membuat indera pendengaran Adam mendengung.
"Buset ini pocong cempreng banget!" sungut Adam.
Sosok pocong itu hendak melompat lagi tetapi langsung menghentikan diri ketika mendengar suara Adam. Ia menoleh perlahan. Adam belum melihat wajah pocong itu ketika masih menutup telinganya. Pocong itu mendekat menunjukkan wajahnya di hadapan Adam.
"Adam!" teriak pocong itu sampai Adam tersentak dan mundur beberapa langkah.
"Tania? Ini elu?" Adam mulai mengenali wajah Tania.
"Aaaaa, Adam! Kamu Adam, kan? Waaaaaah, aku kangen!" Tania mau mendekat memeluk Adam, tetapi ia lupa kalau tangannya masih terikat.
"Elu ngapain di sini?" tanya Adam.
"Adam peluk dulu! Aku kangen!" seru Tania.
"Ih, lebay banget luh!"
"Peluuukkk!" pinta Tania.
Akhirnya Adam menurut. Ia memeluk pocong Tania. Hantu pria tadi sampai masuk ke dalam kamar mandi dan menelisik dengan heran.
"Baru ini saya lihat manusia dan pocong kangen-kangenan," ucapnya seraya terkekeh.
"Aaaa, satpam mesum! Pergi kamu!" pekik Tania lalu bersembunyi di belakang Adam.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
choowie
hahaha malah tuh pocong yg takutin diikutin 😂😂😂
2024-03-01
0
Jamilah Aprilia
aq baca cerita mak vie dari pocong tampan sampai anta diary'S malah lanjut pocong baper dari 2021 sampai skrg 2024 😀🥰 dari hamil anak ke 3 sampai skrg udh 3,5 tahun... suka bgt keren. awal aq baca novel online karn apovong tampan ampe sekarang
2024-02-08
0
Ayuk Vila Desi
aku suka cerita kak Vie meski horor tapi ada komedi nya🤣
2023-06-16
0