Bab 8 Pocong Baper
Sepulang sekolah, Dira tak sengaja menabrak James.
"Elu tuh–"
"Apa? Mau bilang kalau jalan pakai mata, gitu? Kan, Dira nggak sengaja!" ketus gadis itu.
"Elu jalan pakai mata? Elu mau debus? Jalan pakai kaki, woy!" pekik James.
Dira langsung menarik James karena ada sekelebat bayangan hitam menembus tubuh James.
"Itu barusan apa? Kok, badan gue dingin?" tanya James.
"Kamu dilewati sama… hantu." Dira berbisik.
"Hah? Hahaha, masa siang siang gini ada hantu? Nggak ngotak Elu!" James melepas pegangan tangan Dira. Pemuda itu lantas pergi.
Sosok Tania muncul dan menabrakkan diri ke James, tetapi sayangnya dia tidak bisa menyentuh James.
"Rese tuh cowok, nyebelin banget!" keluh Tania.
Tak lama kemudian, Disya yang baru keluar kelas datang menghampiri Dira.
"Astagfirullah! Ada pocong!" Disya langsung menutup wajahnya.
"Disya, ini aku Tania!" serunya.
Disya perlahan membuka tangannya. Ia menelisik ke arah sosok pocong di hadapannya.
"Kak Tania? Waaaahhh, sekarang jadi pocong?"
"Eh, jangan kenceng-kenceng nanti kamu dibilang crazy, loh!" Dira menutup mulut Disya.
"Hmmmphhh! Lepaskan Dira! Tangan kamu basah, mana asin tau!" pekik Disya setelah berhasil menarik tangan Dira.
"Hehehe, lupa kalau tangan Dira suka basah keringetan." Gadis itu meringis.
"Ya udah pulang, yuk!" ajak Disya.
"Tapi, aku kan nggak bisa ikut pulang. Aku nggak bisa keluar dari pagar ini," ucap Tania dengan sedih.
"Oh iya, kata Bunda setiap hantu gentayangan ada batas wilayahnya dia. Tapi, coba aja, yuk!" ajak Dira.
Adam dan Fasya baru saja dari kamar mandi. Mereka mengajak Dira dan Disya menuju ke kantin. Teman sekelas Adam yang bernama Diki kalah taruhan dan terpaksa mentraktir Adam.
"Taruhan apa?" tanya Dira pada kakaknya.
"Dia pikir gue nggak bisa jawab soal matematika tadi, taunya gue bisa. Makanya dia kalah," sahut Adam.
"Ya jelas Elu bisa jawab. Kan yang jawab si Tania," sahut Fasya yang sudah bertemu dengan Tania sedari tadi.
"Kan si Diki nggak tau kalau gue dibantuin Tania. Tetep gue yang menang, dong!" sahut Adam bangga.
Saat menuju ke kantin sekolah, Disya dan sempat melihat ada sebuah sumur tua di seberang pagar halaman belakang.
"Kok, ada sumur di situ. Jangan-jangan di sana ada hantu kayak sadako," ucap Disya.
"Wah, seru tuh! Siapa tahu kita bisa fan meeting sama Sadako," sahut Dira seraya merangkul Disya.
"Ah, jangan sok tahu! Kamu belum pernah lihat kan hantu sadako keluar dari sumur?" tanya Fasya.
"Pernah lah di film The Ring. Lagian kata Kak Anta, dulu dia juga pernah ketemu sama hantu dalam sumur kayak Sadako," sahut Dira.
"Kak Anta juga pernah ngajak foto sama minta tanda tangan," sahut Adam seraya mengingat cerita kakaknya dan cerita Raja yang pernah melihat hantu perempuan keluar dari dalam sumur.
"Terus, Elu mau pada ngapain? Kok, kayaknya langkah Elu sama Dira malah ke sumur itu?" tanya Fasya.
"Penasaran gue," sahut Adam.
"Dira juga penasaran," tukasnya seraya menarik tangan Disya.
"Duh, kenapa demen banget, sih, nyamperin hantu! Emang nggak cukup apa ketemu hantu pocong cantik macam aku ini," keluh Tania. Ia terpaksa melompat menghampiri Dira dan yang lainnya.
Sumur tua sudah dapat dipastikan sebagai tempat yang digemari oleh para makhluk astral.
"Halo, apa ada hantu di dalam?" Dira berseru dan suaranya terdengar menggema di dalam sumur itu.
"Ada nggak, Ra?" tanya Adam.
"Nggak ada. Apa hantunya lagi bobo, ya?" tanya Dira lagi.
"Udah yuk, kita pulang aja!" rengek Disya.
"Dira penasaran tau! Coba Kak Tania, di sini biasanya ada hantu apa aja?" tanya Dira pada pocong itu.
"Aku nggak tau, nggak pernah berani ke sini. Katanya sih ada siluman ular gede di sini," sahut Tania.
"Wah, kayak Oma Ratu Sanca, dong. Tapi, kok nggak ada, ya?" Dira masih penasaran.
"Hei, kalian ngapain di situ? Ayo, keluar dari sana!" Seorang penjaga sekolah berseru, tatapannya juga tajam.
"Ayo, deh, kita masih anak baru di sini. Jangan buat ulah!" ajak Fasya.
Adam akhirnya menarik Dira menjauhi sumur. Rasanya sebagai anak baru cari aman lebih baik. Mereka lantas menemui Diki di kantin. Saat perjalanan, Adam tak sengaja menemukan kalung rantai perak dengan liontin bintang yang berkilau menjadi bandulnya. Adam meraihnya.
"Cakep juga ini kalung," ujarnya.
"Itu, itu, kalung aku, Dam. Kok, bisa sampai di ada di sini, ya? Padahal saat hari kematian aku, kalung ini hilang," ucap Tania.
"Oh, punya elu. Tapi bagus ini. Buat gue, ya, nanti gue bersihkan." Adam meraihnya lalu menyimpan kalung itu di saku celananya.
...***...
Sepulang sekolah, Icha menuju ke area kantin lalu hendak menuju ke kamar mandi yang ada di dekat kantin. Dia terlihat panik saat keluar dari kamar mandi dan bergegas sampai tak sengaja menabrak Adam.
"Kenapa elu?" tanya Adam.
"Aku, aku dengar suara mendesis seperti desisan ular. Suaranya gede banget, Dam. Aku pikir, nggak mungkin suara ular bisa sebesar itu kedengarannya." Icha berucap panik.
"Jangan-jangan siluman ular yang di sumur tadi," ucap Tania.
"Terus aku ingat cerita Kak James, kalau kalau ada satpam yang udah biasa liat ular itu melayang-layang lewat di atas kamar mandi." Lantas Icha menunjuk ke arah kebun belakang yang ada sumur tua tadi lalu melanjutkan pembicaraannya, "Katanya ada sumur tua di sana. Dan itu rumahnya, ih serem tau, Dam," cerocos Icha.
Bulu kuduknya berdiri perlahan-lahan. Rasanya seperti angin dingin berembus dari tengkuk leher menuju ke sekujur tubuh. Dia sedang memeluk dirinya sendiri.
"Nggak ada apa-apa tadi gue ke sana. Udah tenang aja nggak usah takut banget begitu," tukas Adam lalu meninggalkan Icha yang mengernyitkan dahi.
"Ngapain si Adam ke sumur tua di sana?" gumam Icha sambil menggaruk-garuk kepalanya.
***
Sesampainya di rumah, ternyata kalung yang dipakai Adam mampu membawa pocong Tania keluar dari sekolah. Sosok Tania akan muncul jika kalung itu bersinar dan Adam memanggilnya. Dita terhenyak sampai menatap tak percaya ketika Tania hadir di sana. Dita lantas memeluk Tania.
Raja yang baru datang bersama kekasihnya Rara, sampai terkejut melihat bundanya memeluk sosok pocong. Rara menghentikan langkahnya dan bersembunyi di belakang punggung Raja.
"Bunda peluk siapa?" tanya Raja.
Tania menoleh. Pria idaman dia datang juga. Sudah lama Tania menyukai Raja.
"Kak Raja!" pekik Tania lalu melompat mendekati Raja.
"Lah, kamu anaknya artis yang di komplek sebelah, kan? Temennya si Adam sama Dira? Kok, bisa di sini?" tanya Raja yang berusaha menghindari Tania.
"Dia belum tenang dan gentayangan di sekolah. Tapi, Adam berhasil membawanya ke sini," ucap Dita.
"Betul itu. Di sekolah Dira banyak hantunya, Kak. Seru banget!" sahut Dira yang langsung duduk di kursi meja makan, sementara Adam ke kamar mandi.
"Oh, gitu. Bunda, ini Rara mau main ke sini. Mau belajar bikin nastar sama Bunda." Raja memperkenalkan Rara.
"Halo, Bunda Dita." Rara mendekat dengan tangan gemetar karena masih takut melihat sosok Tania.
"Cantik ya pacarnya Raja," ucap Dita.
"Apa? Pacarnya Kak Raja?!" Tania langsung melompat ke sudut ruangan, meringkuk, lalu menangis.
"Tania kenapa?" tanya Dita heran.
"Paling baper gara-gara Kak Raja punya pacar," tukas Dira.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Danu Al Ayubi
trs anta nikahnya sma sipa thor
2023-09-14
0
ilypajipark
apakah tania adalah jodoh adam. soalnya sama kyk awal dita ketemu anan
2023-07-22
0
Ayuk Vila Desi
si Tania bapernya lebay
2023-06-16
0