Pocong Tania hadir di kamar Adam saat kalung miliknya berpendar. Kalung itu tergeletak di meja belajar Adam. Namun, tak ada kehadiran pemuda itu di sana.
"Lah, si Adam ngapain manggil aku, ya?" gumam Tania.
Sontak saja teriakan Adam terdengar dari kamar mandi yang ada di seberang kamarnya. Pemuda itu sedang berjongkok di atas bak mandi yang terbuat dari semen. Tania langsung masuk menembus pintu. Seketika terperanjat kala mendapati Adam tanpa busana.
"Astaga! Itu belalainya Adam melambai-lambai!" pekik Tania langsung berbalik badan.
"Woi, itu singkirin kecoa dulu, Tan!" seru Adam.
"Apa?! Jadi, kamu manggil aku gara-gara kecoa? Kamu pikir aku berani? Ya, nggak lah!" Tania langsung keluar dari kamar mandi tak mau melihat Adam lagi.
"Aduh, Tania tolongin gue!" pinta Adam.
"Nggak mau!" seru Tania.
"Tania yang cantik dan baik hati, tolong gue please … nanti gue beliin pizza, dah." Adam mencoba merayu.
"Kek mana usirnya coba?" tanya Tania yang mulai melunak karena kata "cantik" barusan yang dilontarkan Adam.
"Ambil obat serangga di atas lemari gue. Terus semprot kecoanya!" titah Adam.
"Tangan aku kan diikat, mana bisa?" tanya Tania.
"Hadeh, dodol banget jadi pocong. Elu pikirin dong caranya semprot itu obat ke kecoa ini!" seru Adam lagi.
"Ya udah bentar!" Tania lantas meraih sapu kasur Adam dengan giginya lalu melempar sapu itu ke arah kecoa.
"Gobl– Tania itu kecoanya terbang!" pekik Adam.
"Gajah kamu juga mau terbang, Dam, aaaaaaaaa!"
Tania sontak melompat keluar kamar mandi sampai menabrak dada Raja yang mulai berbentuk bidang.
"Duh, pocong mana sih ngayap ke sini?!" pekik Raja yang ikut terjatuh karena tabrakan Tania tadi. Bokongnya berdebam menyentuh lantai kala itu.
"Hehehe, maaf ya Kak Raja. Aku takut habisnya gara-gara liat belalai Adam." Wajah pucat Tania melukiskan senyum dengan menunjukkan giginya yang menghitam.
"Hah? Belalainya Adam? Wah, kalian habis pada ngapain di kamar mandi?!" Raja bangkit dan bergegas membuka pintu kamar mandi.
Sang adik masih mencoba bertarung dengan kecoa yang masih enggan pergi dari kamar mandi tersebut. Seketika itu juga Raja tertawa terbahak-bahak melihat Adam yang ketakutan. Kecoa tersebut berhasil ditaklukan oleh Raja.
"Pantes aja si Tania ngacir liat belalai mungil luh," cibir Raja sambil tertawa terpingkal-pingkal.
"Kayak punya elu kaga kecil aja! Ini kan masih dalam tahap pertumbuhan, lah punya lu, Kak." Adam melirik ke arah junior milik Raja dengan sinis.
"Sompret, Luh! Aku ambilin kecoa lagi, nih!" ancam Raja.
"Iya iya iya, ampun!"
"Ya udah sebagai balas budi, kamu nanti malam ikut Kakak!" ajak Raja.
"Ke mana?"
"Ke hatimu, eyaaaakkk!" Raja mulai bertingkah garing.
Adam menatap jijik pada kakaknya sementara Tania menatap dengan bola mata berbinar.
"Serius, woi!" seru Adam.
"Iya iya. Ke pembukaan kafe punya temen Kakak. Namanya Wahyu, aku kurang pemain gitar gara-gara si Eko sakit. Jadi, kamu yang gantiin," pinta Raja.
"Harus gue gitu, Kak?" tanya Adam.
"Harus!"
...***...
Malam minggu, di pembukaan kafe milik Wahyu mulai digelar. Kafe bernama Backdoor itu baru dibuka hanya untuk undangan saja.
"Ja, apa kabar, Bro?" tegur Wahyu.
"Kabar aku baik, Bro." Raja menyambut uluran tangan pria tinggi bertubuh kurus dengan rambut panjang seleher dan dikuncir kuda itu.
"Kenalin, nih, adik kembar aku. Ini namanya Adam buat gantiin si Eko, terus itu namanya Dira yang minta ikut tadi. Dia mau cobain burger petir yang pedes nampol yang kamu bilang itu," ucap Raja.
"Halo, nama gue Wahyu." Pemuda itu mengulurkan tangannya pada Adam.
Dia juga melangkah mendekati Dira yang duduk bersama Pocong Tania. Adam dan Raja mengikuti.
"Halo, kenalin gue Wahyu," ucapnya memperkenalkan diri.
"Halo, Dira, ini Tan–" Dira menghentikan ucapannya karena lupa kalau Wahyu tak dapat melihat Tania.
"Adik elu cakep juga, Ja," bisik Wahyu pada Raja.
"Heh, dia baru SMA. Awas aja kalau kamu gangguin adik aku!" ancam Raja.
"Santai, Bro. Eh, cewek elu mana si Rara? Dia nggak ikut ke sini?" tanya Wahyu.
"Nanti dia ke sini. Dia mau anter kakak iparnya buat USG katanya," jawab Raja.
Seorang gadis keturunan Kanada Indonesia datang menghampiri Wahyu. Dia merupakan sepupu Wahyu yang bernama Cindi.
"Eh, kenalin ini Cindi sepupu gue," ucap Wahyu memperkenalkan Cindi pada Raja dan yang lainnya.
Gadis berambut pirang itu menelisik ke arah Raja dengan kedua mata berbinar.
"Wah, datang penggoda, nih! Nggak bisa dibiarkan. Dia pasti suka sama Raja." Tania langsung berdiri di samping Cindi.
Cindi merasa tengkuknya merinding. Rambut halus di tangannya juga meremang. Dia menoleh ke kanan dan kiri karena merasa ada sesuatu yang sedang memperhatikannya.
...***...
Satu jam berlalu, waktu sudah bergulir pada pukul sembilan malam. Dira dan Rara sudah menyantap burger di hadapannya seraya menikmati alunan lagu grup band milik Raja yang bernama Band Capung.
“Kenapa, Kak?" tanya Dira pada Rara seraya menyantap piring ke tiga dari hidangan burger yang dihidangkan di acara pembukaan kafe itu.
“Ini Tania nggak bisa minggir dulu gitu, ya? Masa dari tadi dia ngeliatin aku terus," ucap Rara mencoba mendorong Tania menjauh.
“Kak Tania, jangan kayak gitu lah," ujar Dira.
“Aku lagi liatin si Rara, apa cakepnya dia, ya? Kok, bisa si Raja ampe suka sama dia. Bucin banget malah sama dia," cibir Tania dengan ketusnya.
"Biarin aja kalau aku nggak cantik enggak cakep, yang penting aku manusia bukan pocong!" celetuk Rara.
"Duh, mulai deh kumat. Duh, salah ngomong si Kak Rara, dududududu." Dira sengaja menoleh ke arah lain seraya menyeruput es jeruk di hadapannya.
Pocong Tania menatap tajam Rara. Bola matanya berubah merah. Wajah pucatnya itu memperlihatkan garis urat yang menonjol. Rara lantas menundukkan kepalanya tak mau melihat Tania.
"Kak Tania yang cantik, jangan mulai, ya." Dira mencoba menarik perhatian Tania.
"Huaaaaaaaaaa. Apa yang kamu lakuin ke aku itu jahat, Rara!" Tania lantas melompat lalu meringkuk di sudut kafe. Pocong itu menangis.
"Duh, salah ngomong aku, ya?" tanya Rara.
"Lagian Kak Rara! Udah tau itu pocong baperan masih aja diceletukin," ucap Dira.
"Ya, nggak sengaja, Ra. Eh, Dira. Nggak enak aku manggil kamu Ra kayak manggil nama sendiri, hehehe."
James datang bersama rombongannya. Dia menegur Dira kala melihatnya.
"Elu ngapain di sini?" tanya James.
"Itu, lihat Adam sama Kak Raja lagi manggung!" tunjuk Dira dengan bangga ke arah para saudaranya.
"Oh, itu band kakak elu. Eh, Icha udah kasih tau kabar, belum?" tanya James.
"Kabar apa?" Dira mengernyit.
James meminta Dira mendekat.
"Anak kelas 11 A yang namanya Topan, ilang di rumah hantu," ucap James.
"Ah, masa sih? Kok, bisa?" Dira mulai penasaran.
"Gue juga dapat kabar dari Icha. Itu bocah udah dua hari nggak balik rumah. Yang terakhir liat dia itu pas dia ke rumah hantu di pasar malam itu!" tukas James.
"Rumah Hantu pasar malam yang ada di Jalan Melati?" Cindi datang mendekat.
...*****...
...Bersambung dulu, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
choowie
😂😂😂😂
2024-03-02
0
Ayuk Vila Desi
jangan2 tuh rumah hantu jadi kedok saja
2023-06-17
0
Ayuk Vila Desi
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤭
2023-06-17
0