Episode 13

Mencari Hana

Malam terasa kian mencekam, saat Hana berlari seorang diri menyusuri jalanan kompleks tempat tinggalnya dan suaminya. Wanita itu khawatir dengan kandungannya yah baru berusia dua bulan, dan harus tertangkap hingga kembali ke rumah Tirta yang layaknya neraka.

Dengan kaki yang tanpa alas, langkah kaki Hana memelan akibat terlalu lelah. Tak jauh darinya, terlihat sekali gerombolan anak buah Tirta mengejarnya. Maka tak ada pilihan lain, Hana berpikir untuk sembunyi segara dari kejaran para pengawal Tirta.

Beruntung tak jauh dari Hana, ada sebuah rumah kosong tak berpenghuni. Hana memutuskan untuk sembunyi disana hingga nanti suasana sudah mulai tenang. Hana perlu mencari bantuan. Beruntung ponselnya tak ia bawa, yang mungkin bisa saja tak luput dari pelacakan Tirta.

Dengan kaki gemetar dan tubuh yang mulai kedinginan akibat embun yang mulai turun, Hana memasuki rumah kosong itu, dalam kondisi gelap. Hana tak masuk ke dalam, melainkan memilih bersembunyi di dalam pos sekuriti di pojok halaman. Masih ada penerangan, setidaknya Hana tak terlalu takut. Sebuah keberuntungan, karena pintu gerbang yang rusak itu, mudah dibuka.

"Cari nyonya di sekitaran kompleks ini. Aku yakin, nyonya tak akan jauh dari sini."

Hana yang mendengar kalimat itu, bisa memastikan bahwa itu adalah suara Johan. Hana diam, masih dengan air matanya yang berderai, dan nafasnya yang naik turun.

"Baik, tuan." Suara serempak para pengawal Tirta. Tak hanya itu, suara langkah kaki semua orang, tampak terdengar bersahut-sahutan.

'Aku harus tetap bertahan disini cukup lama. Jika aku keluar setelah ini, bisa dipastikan, bahwa Tirta akan menangkapku dengan mudah.'

Batin Hana.

'Bertahanlah dalam rahimku, sayang. Kita akan baik-baik saja dan Kuta akan segera menemukan tempat aman.'

Tambah Hana, dengan mengusap perutnya yang masih rata.

Hana sangat gelisah, namun ia tetap harus bersikap tenang dan berpikir cerdas. Bila ia segera pulang ke rumah ayahnya, akan sangat mudah bagi Tirta untuk membujuk kedua orang tua Hana, agar mendorong Hana kembali ke rumah neraka itu lagi.

Satu-satunya tempat yang bisa menjadi tempat Hana berlindung adalah, kediaman Praja Bekti. Disana, Hana akan lebih aman karena Tirta tak akan berani mencari Hana kesana. Ya, Hana harus menuntut keadilan untuk dirinya atas perjodohan sialan yang dilakoni oleh Aksa.

Pangeran Praja Bekti itu harus menebus kesalahannya pada Hana, yang telah melemparkan Hana pada sarang iblis seperti Tirta. Bahkan orang-orangnya pun sangat setia dan tak ada yang tergerak hatinya untuk menolong Hana.

Sudah lima bulan berlalu, seisi rumah Tirta melihat dan menyaksikan bagaimana kejamnya Tirta pada Hana. Namun mereka semua seolah tuli dan menutup telinga mereka. Bukankah itu artinya mereka sangat keterlaluan?

Hingga pagi tiba, Hana tertidur pulas di dalam pos sekuriti. Wanita itu kelelahan. Bahkan semalam tak ada asupan makanan yang masuk ke dalam perutnya. Wajah pucat dengan bibir putih tak berdaya itu, memperlihatkan, betapa Hana sangat kacau.

Menjelang siang, Hana tersadar. Tenggorokannya terasa kering dan panas. Wanita itu butuh air. Perlahan ia berdiri, mengintip dari jendela kaca pos, dan suasana tampak sepi. Tak ingin membuang waktu, Hana segera keluar dan mengendap, mencari seseorang yang bisa menolongnya.

"Pak, bisa bantu saya?" tanya Hana dengan suara serak.

Seorang lelaki setengah baya yang tengah memulung, menatap Hana dengan pandangan aneh. Lelaki itu menatap Hana dari atas hingga bawah, dan merasa iba tentu saja. Sorot mata Hana meredup, tampak kepayahan dan seperti tak memiliki daya semangat untuk hidup.

"Anda siapa?" Tanya lelaki itu kemudian. Hana hanya bisa meneguk salivanya yang nyaris kering. Mata Hana tampak beredar, waspada ada orang lain yang melihat.

"Saya kabur dari suami saya yang sering melakukan kekerasan. Tolong, antar saya ke rumah keluarga saya. Anda bisa mencari bantuan dan saya akan memberi imbalan nanti." Janji Hana pada lelaki.

"Tolong bantu saya, sebelum anak buah suami saya datang dan membawa saya kembali ke rumah terkutuk itu." iba Hana.

Lelaki itu mengangguk dan menatap Hana dengan serius.

"Bersembunyi lah di dalam, nak. Aku akan memanggil anakku, dia sopir angkutan umum. Dia pasti akan membawamu pada keluargamu." Ujarnya dengan janji yang tulus.

Hana mengangguk dan kembali masuk ke dalam. Bahkan ia hanya butuh air. Setibanya ia di dalam, Saat hendak memasuki pos lagi, Hana melihat ada keran air yang tak jauh darinya. Dengan mata yang berbinar, Hana merangkak dan meminum air dari keran, hanya dengan menadahkan tangannya saja.

Tangis Hana berderai. Ia sudah lebih mirip seperti binatang sekarang. Terhina dan rendah.

"Terkutuklah kau, keluarga Praja Bekti dan Rahardja. Aku bersumpah aku akan membenci kalian jika kalian tak menebus dosa kalian ini." Ujar Hana kemudian, dalam tangis.

"Nak, kemarilah. Ayo, aku akan membawamu ke rumah keluargamu, seperti yang kau inginkan." Ucap si pak tua tadi, secara tiba-tiba. Hana menoleh, dan ia mendapati mobil angkutan umum disana.

Setelah mengangguk, Hana segera menghampiri, dan memberi alamat kediaman Praja Bekti. Dengan langkah gemetar, Hana sudah bertekad untuk meninggalkan Tirta.

**

Di tempat lain, Tirta kelimpungan memeriksa seluruh CCTV jalanan seluruh kompleksnya semalam. Beruntung, Tirta mendapati istrinya itu tengah masuk ke sebuah rumah kosong tak berpenghuni. Tirta hanya tidak tahu saja, bahwa detik itu juga, Hana telah pergi, mencari perlindungan ke kediaman Praja Bekti.

Anak buah Tirta terlalu lambat dalam brkerja. Fokus mereka mencari Hana, pada semua jalanan yang sayangnya tidak Hana lewati.

"Johan, periksa rumah kosong di ujung kompleks. ingat, bawa dia dalam kondisi utuh. Tapi jika ia melawan, lakukan apapun untuk memaksanya bisa kembali kemari. Aku tak ingin dia pergi jauh, apalagi sampai pulang ke keluarganya." Perintah Tirta.

Mata lelaki itu tampak berkilat penuh amarah. Kepergian Hana, cukup merepotkan.

"Baik, tuan." Jawab Johan, sambil berlalu keluar dari ruang keamanan kompleks, tempat dimana Tirta mengecek seluruh CCTV semalam.

"Kau terlalu keras pada istrimu, Tirta. Dia hamil, bisa saja dia saat ini takut kau mencelakai dirinya dan kandungannya." Ucap Ronnie tiba-tiba.

Ronnie tampak lelah. Pagi tadi, ia baru akan istirahat usai mengurus usaha hiburan malam miliknya, namun Tirta menghubunginya untuk membantu mencari Hana.

"Ya. Aku terlalu bodoh. Bahkan aku sempat menamparnya semalam. Dokter Ida berkata, ia meminta bantuan dokter Ida untuk pergi dari rumah, dan ditolak oleh dokter Ida." Ucap Tirta.

"Lalu, setelah ada kejadian ini, bagaimana solusi yang tepat menurutmu?" Tanya Ronnie kemudian.

Tirta tampak diam sejenak, berpikir sebelum menjawab tanya sahabatnya itu. Mendengar kabar bahwa Hana tengah mengandung darah dagingnya, tentu membuat Tirta merasa terenyuh. Ia sara, dirinya terlalu keras pada istrinya itu.

"Entah, yang jelas, aku ingin berubah demi anakku." Jawab Tirta kemudian.

"Bagus. Kau sudah mulai tua, Tirta. Ingat, tak selamanya tubuh gagahmu ini bisa kau banggakan. Ada kalanya, kau butuh istri untuk merawat saat kau sakit, juga kau butuh anak sebagai pewaris dan sebagai malaikat penolongmu kelak." Kata Ronnie menasihati.

"Tapi, bagaimana jika Hana tak mau menerimaku lagi, Ron? Kurasa ia sangat membenciku, sangat-sangat benci diriku." Tanya Tirta kemudian.

"Maka, berjuanglah lebih keras." Ron menepuk bahu Tirta, memberi lelaki itu kekuatan agar sanggup menggapai istrinya kembali.

**

Terpopuler

Comments

Azzahra Rara

Azzahra Rara

lanjut authorrr, pensran gihh

2022-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!