Episode 6

Bukan suami yang diinginkan.

"Aku pernah dikhianati dan dihancurkan habis-habisan mentalku oleh mantan kekasihku. egoku sebagai lelaki terluka. Mengalami krisis kepercayaan, dan berakhir aku membungkam wanita yang menyakiti aku sangat dalam. Kau harus tahu satu hal, Hana. Aku bukanlah pria baik-baik. Tanganku bernoda dengan lumuran darah. Masa laluku kelam dan penuh kegelapan. Percayalah, aku adalah lelaki berbahaya. Masihkah kau tetap ingin bertahan di sisiku?" Tanya Tirta dengan sorot mata sendu. Tatapan tak biasa.

Hana memucat ditempatnya. Lelaki seperti apa yang menikahinya ini?

"Apa-apa?" Hana syok. Bibirnya membiru dengan getar yang terlihat jelas. Ada banyak rasa takut yang perlahan menghampiri dirinya. Entah bagaimana caranya, wanita itu merasa ingin menenggelamkan dirinya dalam laut.

"Masihkan kau tetap ingin bertahan di sisiku?" Tanya Tirta mengulangi tanya. Tatapan matanya dari samping Hana, seolah menginflasi seluruh kesadaran Hana.

Dengan sisa-sisa keberanian yang masih tersisa, Hana mengucapkan sambil terbata.

"Kau ... kau pembunuh? Lalu, ap-apa salah ... salahku?" Tanya Hana.

"Kau tak memiliki kesalahan apapun terhadapku. Setelah kau mengetahui bahwa Aku adalah seorang pembunuh, masihkan kau tetap akan bertahan di sisiku?" tanya Tirta lagi, mengulang tanya untuk yang ke tiga kalinya.

Saliva dalam kerongkongan Hana terasa pahit dalam sekejap. Ada gumpalan yang entah apa, seperti tengah menyumbat nafasnya. Ini sulit Hana terima, namun Hana merasa perlu untuk menantangnya. Bagaimana tidak? Toh Hana sudah terlanjur terjun dalam pernikahan ini.

Hening melanda. Hana tak segera menjawab. Bisa Tirta dengar dan lihat dengan jelas, suara hembusan nafas kasar Hana demi menetralkan perasaannya. Hingga Hana berani menjawab tanya lelaki yang pernah trauma di masa lalu itu.

"Ak, aku sudah terlanjur menjadi istrimu. Tak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk mencari kesenangan duniawi, selain menikmati semua ini. Aku tak peduli kau membenciku hingga ke pangkal tulangmu, aku akan tetap akan bertahan menjadi istrimu. Biarpun kita saling membenci, kita sudah terlampau mengikat diri pada janji suci." Tukas Hana kemudian.

Harusnya Tirta terharu dengan semua yang ia dengar ini. Namun apa yang terjadi? Alih-alih terharu, Tirta justru mengejek Hana dan menganggap, bahwa istrinya itu hanya mencari muka saja di depannya.

"Aku tak percaya ada wanita yang bersedia bertahan disisiku, meski ia tahu bagaimana masa lalu kelamku. Aku juga bukanlah pria yang bodoh dan bisa kau bodohi. Kau tak mungkin bisa mengambil langkah drastis dengan tetap bertahan di sisiku, meski kau tahu bahwa tanganku bernoda penuh dengan darah. Katakan padaku, katakan apa yang kau incar dariku? Bukankah bila masalah harta, kau juga sudah memiliki banyak harta? Kau adalah cucu seorang Adi Prama." Tanya Tirta, masih dengan menatap Hana tajam dari samping.

"Lalu apa maumu, Tirta? Aku sudah menjadi istri yang baik dengan tetap bertahan di sisimu, tanpa peduli dengan masa lalumu. Aku sadar meski aku bukan orang baik, apa salahnya aku jika aku ingin berubah lebih baik? Mengapa kau selalu menyalahkan aku, dan memojokkan aku, Tirta? Mengapa?" Tanya Hana kemudian.

"Apa sebenarnya yang kau incar dariku?" Tanya Tirta sambil bangkit berdiri, tepat di depan Hana. Tentu hal itu membuat Hana mendongak karena Tirta terlalu tinggi baginya.

"Terserah kau saja Tirta. Aku sudah lelah untuk menjelaskan." Jawab Hana sambil membuang muka ke samping kanan. Wanita itu benar-benar sudah lelah kali ini.

Dengan gerakan spontan, Tirta mencekik pelan leher Hana, hanya dengan satu tangan kanannya.

"Aku merasa kau memiliki niat terselubung dibalik kesedihanmu untuk bertahan. Aku bukanlah orang bodoh. Orang sepertimu, pasti memiliki niat tak baik hingga terjun ke dalam masalah dan petaka sepertiku. Kau pikir, aku akan percaya dengan mulut busukmu itu? Jangan harap, Hana." Ucap Tirta dengan menggemeletukkan giginya. Lelaki itu melepas cengkraman tangannya di leher sang istri, menatap tajam Hana, seolah menguliti wanita itu.

Hana merasa lemah seketika.

Inilah jawabnya. Tirta adalah tipe laki-laki yang sama sekali jauh dari yang Hana idamkan. Apa salah Hana? Tak ada satupun malaikat yang menyampaikan tanya Hana itu.

Kristal cair yang bening itu, terjatuh juga dari sudut mata Hana. Tak ada lagi yang bisa Hana lakukan selain menangis dan meratapi nasibnya yang sangat sial ini.

Menangis, adalah satu hal yang bisa Hana lakukan. Inilah akhirnya, inilah puncaknya. Hana yang sudah berusaha menerima Tirta - lelaki setengah tua bagi Hana itu - , namun Tirta justru menunjukkan taring dan racunnya di depan mata Hana. Kini, Hana seperti ingin mundur saja.

Bahkan bekas cengkeraman tangan Tirta masih terasa di leher Hana. Hana ingin pisah. Ia ingin mundur dari pernikahan ini.

"Kita pulang. Sekarang!" Ajak Tirta, yang masih membuat Hana syok.

"Tidak. Aku tidak mau. Aku akan pulang sendiri." Ujar Hana kemudian. Nada bicaranya naik.

"Jangan membantah dan jangan berulah jika kau tak ingin aku marah. Percayalah, Hana. Marahku bahkan lebih menakutkan dari yang kau bayangkan." Ujar Tirta, masih dengan suara pelan. Ia tahu, Hana masih syok. Tapi Tirta tetap tak peduli.

"Aku tak peduli. Lebih baik kau pergi saja dari sini, Tirta. Aku akan mencari taksi sendiri nanti. Pergilah. Jangan membuatku membencimu lebih dalam. Kau tahu, bahkan usahaku untuk belajar menerima dirimu sebagai suamiku, sekarang sudah patah." Timpal Hana lagi, berusaha menolak Tirta mati-matian.

"Kau ingin aku menarik rambutmu dan menyeret dirimu untuk keluar dari sini? Jangan kau pikir aku tak mampu melakukannya." Ungkap Tirta, sambil menatap tajam Hana.

Hana beringsut takut. Tapi ia memiliki pendirian kuat dan keras kepala. Meski Tirta melemparkan ancaman yang menakutkan, Hana tetaplah Hana yang masih enggan untuk mengikuti titah lelaki itu.

"Kalau begitu, bunuh saja aku. Aku akan mengutuk dirimu setelah ini, kau tak akan pernah menemukan ketulusan cinta sejati setelah aku mati." Tukas Hana. Wanita itu dengan berani menatap Tirta, seolah menantang suaminya itu, dengan secuil keberanian yang masih tersisa.

"Jangan menantangku, Hana. Ayo kita kembali ke hotel, dan aku benar-benar akan menyeretmu. Jangan sampai aku benar-benar merealisasikan kata-kataku. Aku harap kau cukup pintar dengan tidak memancing amarahku." Sambung Tirta lagi.

"Memangnya siapa dirimu yang kalau marah tak boleh ditentang? Sumpah demi tuhan, melihatmu begini, aku berubah pikiran, aku sekarang tak menginginkan kau sebagai suamiku. Aku tak ingin bersuamikan lelaki psikopat gila sepertimu." Teriak Hana kemudian. Hana sudah lelah diperlakukan layaknya binatang oleh Tirta.

Ini adalah hari pertama Hana menjadi istri Tirta, namun Hana sudah ingin mengajukan perceraian saja.

Plakk...

Satu tamparan dari mendarat di pipi kiri Hana. Tentu tamparan keras hingga Hana roboh ke samping kanan.

"Jangan pernah memancing jiwa iblisku keluar ke permukaan, Hana. Aku akan menghajarmu setelah ini, agar mulut tajammu ini tak lagi berkutik. Sepuluh menit kau tak tiba di dalam mobil, aku pastikan ayahmu, Daniel Atmadja dan ibumu yang cacat itu, yang akan menjadi targetku untuk kubunuh."

Ungkap Tirta kemudian.

Hana hanya bisa menangis pilu, sambil beranjak dan mengekor di belakang Tirta. Nyatanya, Hana sudah tak berdaya bila kedua orang tuanya menjadi objek ancaman suaminya sendiri.

'Tuhan, dia bukan lelaki yang aku inginkan.'

Batin Hana dalam tangis yang membanjiri.

**

Hai, jangan lupa tap like dan komen, ya. Rating bintang lima juga ditunggu. Terima kasih banyak.

Jangan lupa untuk baca juga kisah MAWAR SERUNI.

Terpopuler

Comments

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

sadiss

2023-04-21

0

lovely

lovely

dasar suami lucnuttt s Tirta

2023-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!