Adu siasat
Waktu terus berlalu dengan begitu cepat. Siang berganti malam, pun sebaliknya dengan malam yang berganti siang tanpa lelah. Tak terasa sudah, dua tahun berlalu begitu saja tanpa kompromi, tanpa nurani.
Tirta berjalan dengan gagah, tatapannya begitu tajam bak pesona predator liar dalam alam bebas. Langkahnya lebar dengan bahu dan punggung kokohnya. Sayang, berat tubuhnya turun beberapa kilo semenjak kepergian Hana. Beruntung, itu tak mengurangi kegagahan seorang Tirta Rahardja.
Lelaki itu bahkan lebih dingin dari sebelumnya, tak mengenal ampun, tak mengenal toleransi, juga tak mengenal belas kasih pada secuil kesalahan bentuk apapun. Lelaki itu bahkan kerap kali tak manusiawi dalam memperlakukan bawahannya.
Duka Lara semenjak ia ditinggalkan wanita yang sangat dicintainya, membuat Tirta menjadi pribadi yang kejam. Ia juga terkenal sebagai robot yang selalu menghabiskan waktunya siang dan malam. Lelaki itu mengalihkan pikiran pada pekerjaan, yang membuat bisnisnya kian berkembang dan bertambah besar. Alhasil, lingkaran matanya menyerupai panda. Hitam dan mengendur.
Setelan hitam-hitam yang selalu dikenakannya, membuat Tirta selalu tampan, sangat kontras dengan kulitnya yang putih berkilau.
Lelaki yang masih menjadi suami Hana itu tiba di ruang kerja, dan mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Disusul Johan yang duduk di kursi dibalik meja kerja Tirta yang berbahan kaca dan kayu mahal itu.
"Bagaimana perkembangannya, Han?" Tanya Tirta, ketika kini ia dan Johan sudah berada di dalam ruangannya. Dua tahun semenjak kepergian Hana, membuat Tirta semakin berubah menjadi pribadi yang asing. Tak seperti Tirta yang dulu.
"Nyonya tak juga ditemukan meski sepenjuru negeri ini telah saya lacak, tuan. Saya curiga, ada sebuah kekuatan besar yang sengaja memberi perlindungan nyonya, tuan." Ungkap Johan datar.
"Maksudmu?" Tanya Tirta tak mengerti. Lelaki itu tak sampai memikirkan hal itu.
"Logikanya begini, tuan. Jika bukan sebuah kekuatan besar, sudah pasti keberadaan dan jejak nyonya besar sudah ditemukan sejak dulu. Bahkan saya sudah mengerahkan seluruh orang-orang kita untuk melacak keberadaan nyonya. Namun apa hasilnya? Nihil. Apakah tuan mencurigai kekuatan siapa itu? Jika menuduh bukanlah sesuatu yang baik, maka mencurigai adalah sesuatu yang lumrah, bukan?" Ungkap Johan.
Terkadang, ada beberapa hal yang membuat Johan begitu bijak di suatu waktu. Beruntung, saat Tirta hidup sendiri selama ini, Johan selalu menjadi teman, saudara, sahabat, bawahan, dan segalanya yang Tirta butuhkan.
"Adi Prama, Atmadja, Praja Bekti. Itulah kekuatan besar yang bahkan aku tak sanggup menandinginya. Hanya saja, kau tahu sendiri bahwa mereka juga mencari Hana kesana kemari. Aridha yang juga notabenenya sebagai teman lamaku, ia juga sudah menunjukkan bahwa ia juga mencari keponakannya. Jadi, bagaimana menurutmu?" Tanya Tirta serius. Meski raut wajahnya datar, namun sinar matanya menunjukkan ia sangat penasaran dengan hal ini.
Johan menatap lama majikannya ini. Semenjak kehilangan Hana, daya kecerdasan Tirta seolah terkikis seiring berjalannya waktu. Entah bagaimana caranya, Tirta seperti ketinggalan satu langkah dari mereka para keluarga penguasa.
"Anda tak memikirkan pola jauhnya?" Tanya Johan kemudian. Tirta menggeleng, merasa bahwa pemikirannya selama ini sudah cukup jauh.
"Tidakkah anda berpikir, bahwa mungkin pencarian mereka, hanyalah sebuah kepalsuan, kepura-puraan, ataupun sebatas formalitas agar anda percaya, Tuan? Saya curiga, sebenarnya, mereka memang sengaja menyembunyikan keberadaan nyonya besar. Entah yang mana dari tiga keluarga yang anda sebutkan tadi. Tapi yang jelas, kekuatan dari tiga keluarga itu, pasti salah satunya."
Tambah Johan.
Tirta terhenyak di tempatnya. Ada banyak hal yang selama ini Tirta tidak tahu. Tirta juga tak berpikir sejauh itu. Mengapa, Tirta mendadak menjadi pribadi yang bodoh karena absen Hana dari hidupnya.
"Apakah benar begitu, Han?" Tanya Tirta memastikan. Lelaki itu menatap Johan lebih lama.
"Saya tak bisa menjawab iya, tuan. Hanya saja, kecurigaan saya mengatakan, nyonya besar ada diantara ketiga keluarga yang anda sebutkan tadi. Bisa jadi, nyonya besar pergi dari kota ini, dengan mengunakan jet pribadi miliki salah satu dari mereka." Ungkap Johan.
Bak angin segar, kalimat Johan nyatanya mampu mematik kembali, api yang ada dalam diri Tirta yang sempat padam.
"Aku tak terpikir ke arah sana, Han. Mengapa kau baru memiliki pemikiran kesana?" Tanya Tirta.
"Sejak saya mendapati fakta, mencari nyonya besar selama dua tahun, namun tak memiliki hasil sama sekali. Bukankah ini suatu keanehan?" tanya Johan kemudian. Lelaki itu berpikir cukup cerdas dan mengambil kesimpulan berdasarkan fakta lapangan.
"Baiklah. jika memang benar begitu, aku akan mencari Hana dengan caraku. Aku harus menemukan anak istriku secepat mungkin." Tandas Tirta sebagai jawaban.
Hening sejenak menyelimuti keduanya. Kini, mereka tengah hanyut dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Ini sekedar pendapat saja, tuan. Sebuah kekuatan besar, mustahil tak bisa menemukan satu wanita saja yang kita cari. Jika memang nyonya Hana menghilang, bahkan di pelosok negeri ini saja, saya yakin kekuatan Adi Prama saja mampu menemukannya. Saat nyonya Hana hilang bak ditelan bumi, saya jadi berpikir, bahwa ini adalah konspirasi tersembunyi dari tangan-tangan tertentu." Tambah Johan lagi.
"Kau benar, Han. Hanya saja, entah mengapa aku mendadak bodoh dengan tidak berpikir ke arah sana. Mengenal Hana hanya dalam tempo singkat, nyatanya wanitaku itu mampu menjadi fokus hidupku hingga aku lupa segalanya. Bahkan hal terkecil sekalipun. Kau tahu Han? Bahkan senyum manisnya, aku dengan bodohnya mengabaikan. Ya tuhan, aku benar-benar menyesali semuanya." Sahut Tirta.
Bahu lelaki itu lunglai seketika. Mengingat Hana, entah mengapa hatinya merasa lemah dan tak berdaya. Mirisnya, itu Tirta rasakan setelah Hana pergi.
Ketiadaan seseorang, kerap kali akan terasa berharga saat ia tak lagi di sisi kita. Bahkan itu adalah hal yang paling menyakitkan sepanjang sejarah. Katakanlah, Tirta menyesal dan ingin memperbaiki diri dengan menebus kesalahan. Tetapi andai nanti Hana ditemukan, bisa jadi Hana menolak mentah-mentah dirinya, mengingat betapa banyaknya luka yang Tirta torehkan.
"Jangan pernah berputus asa, tuan. Mari kita bertaruh keberuntungan. Kita bisa mengorek informasi dari tiga keluarga besar yang memiliki kekuatan besar itu, dengan menyusupkan seseorang ke dalam rumah mereka. Tentunya, itu adalah satu-satunya cara untuk kita bisa menelusuri keberadaan nyonya." Ujar Johan kemudian.
"Bagaimana caranya, Han?" Tanya Tirta.
"Saya memiliki kenalan yang sangat setia. Dia bisa kita gunakan untuk menembus keamanan keluarga Adi Prama maupun Praja Bekti. Dia orang biasa, tapi kemampuan IT nya tak diragukan lagi. Bayangkan saja jika keamanan keluarga mereka diobrak-abrik? Melacak kegiatan mereka selama dua tahun terakhir saja, akan mudah dilakukan." Ungkap Johan.
"Tidakkah itu berisiko, Han? Dengar. Keluarga Praja Bekti bisa menghabisiku jika aku berani berulah pada mereka." Ungkap Tirta kemudian.
"Risiko sudah pasti ada, tuan. Hanya saja, kita perlu mencobanya. Kita tak akan tahu hasilnya jika tak mencoba. Orang yang saya maksud, adalah orang yang memiliki kesetiaan yang tinggi. Kita bisa beradu siasat dengan mereka." Johan tersenyum penuh arti.
"Gunakan cara apa saja asal istri dan anakku ditemukan, Han. Dua tahun sudah cukup hukuman untukku. Aku nyatakan, aku mencintai istriku dan aku ingin ia kembali. Tak peduli dengan, atau tanpa bayiku sekali pun. Hana harus kembali." Tandas Tirta.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
hayoooo
2023-04-21
0
Vera Mahardika
janji ya tirta km bkln cinta sm hana. thor novel marcel lanjut dong
2022-11-15
1