Episode 7

Kekhawatiran

Siang menyapa, ketika Hana dan Tirta baru tiba di hotel. Tak ada pembicaraan sama sekali yang terjadi pada keduanya, pasca pertengkaran mereka tadi. Hanya ada kesunyian. Hanya ada kebungkaman. Hanya ada kebencian dari sorot mata keduanya.

Tak ada kehangatan. Tak ada cinta dan tawa bahagia layaknya pengantin baru.

Sepasang suami istri itu berjalan menuju ke dalam kamar yang sudah Tirta sewa selama beberapa hari, dan masuk bergiliran. Hana merasa ngeri sendiri secara diam-diam.

Hana meletakkan tasnya di atas meja rias, membiarkan suaminya segera menuju ke balkon dan menghirup udara siang hari yang panas. Wanita dua puluh empat tahun itu, tidak peduli lagi dengan apa yang akan suaminya lakukan.

Dulu, Hana adalah wanita yang memiliki ambisi tinggi terhadap sebuah tujuan. Tujuan apa pun itu. Hanya saja, dihadapkan pada Tirta, membuat Hana mendadak menjadi orang bodoh yang patuh, tunduk dan takluk pada Tirta.

Harusnya Hana memberontak, dan mengukuhkan pendirian. Nyatanya, ini semua gara-gara pangeran Praja Bekti yang mengambil keputusan sepihak hingga merugikan Hana.

"Bersihkan dirimu, sebersih dan se-harum mungkin. Jangan lebih dari lima belas menit." Ucap Tirta dengan suara paling dingin.

Entah sejak kapan pastinya, Hana tak begitu mengerti. Yang jelas, Tirta masuk tanpa Hana sadari lebih dulu.

"Aku lelah dan ingin segera istirahat." Jawab Hana, menolak secara terang-terangan.

"Menjadi istriku, harus senantiasa bersih dan harum. Jangan membantahku, Hana." Tukas Tirta kemudian.

"Aku tak suka kau memancing masalah yang tak perlu." Imbuhnya lagi.

Pandangan Hana terfokus pada kalung emas yang melingkar di leher Tirta. Berkilau, dan tampak memiliki aura lain.

Tak ingin berdebat, Hana menurut dan kembali membersihkan diri. Ada rasa perih pada bagian inti tubuhnya, ketika tengah terkena air, akibat dari permainan Tirta yang kasar semalam. Kini, Hana harus membersihkan sekujur tubuhnya hingga harum. Entah untuk apa, Hana tak begitu tahu tujuan Tirta.

Sebuah kemungkinan tiba-tiba terlintas di benak Hana. Mungkinkah suaminya itu berniat untuk menggaulinya kembali? Bahkan ketika baru saja Hana menggunakan sabun, wanita itu menghentikan gerakannya, membiarkan air shower mengguyur tubuhnya.

Membayangkannya, Hana tak mampu. Lelaki seperti Tirta memang tak memiliki hati nurani.

'Tidak, tidak. Aku tidak mau itu kembali terjadi. Aku harus bisa menghindarinya. Ya Tuhan, selamatkan aku. Aku tak ingin melayani Lelaki binatang seperti dia. Pernikahan macam apa ini? Siapa sebenarnya lelaki yang jadi suamiku ini?'

Jerit Gihana dalam batin.

Hingga mandi Hana telah usai, wanita Itu segera keluar kamar, dan tak mendapati suaminya di sana. Tentu saja Hana segera mengembuskan nafasnya lega. Hana hanya tak tahu saja, bahwa saat ini, Tirta tengah berada di ruang ganti, dengan hanya menggunakan boxer.

Pria itu melangkah keluar, tanpa suara langkah yang bisa Hana dengar. Langkahnya mantap tanpa suara menghampiri Hana.

"Mmpphhhh .... " Hana tak bisa berkata-kata, ketika Tirta baru keluar dari ruang ganti, dan segera menyerang bibir Hana dengan membabi buta.

Balutan handuk yang Hana pakai, merosot akibat tangan nakal Tirta yang menariknya. Gila. Itulah satu kata yang pantas disematkan pada Tirta.

Namun di sisi lain, Tirta tak mengerti dengan dirinya sendiri. Meski mulut tajamnya berkata bahwa Hana sudah tak lagi gadis, namun ia begitu candu. Layaknya ekstasi yang menciptakan candu, bahkan keberadaan Hana jauh lebih berbahaya bagi Tirta. Tirta merasa ingin lagi, dan terus menikmati tubuh sintal Gihana.

Begitulah kemunafikan. Mulut berkata sangat benci. Hati bertekad untuk melukai. Tapi nyatanya, Raga demikian sangat ingin merasai lagi dan lagi.

**

Di sebuah ruangan empat kali enam meter, dua orang pria tengah bertemu melepas rindu. Mereka adalah Ronnie dan Joshua, kedua sahabat Tirta Rahardja.

Kedatangan Joshua dari Texas atas paksaan Ronnie, kini Ronnie rahasiakan dari Tirta untuk sementara waktu. Ada sesuatu yang sangat ingin Ron sampaikan pada Joshua, dan ini tentang Tirta.

Berada di tempat hiburan malam saat siang hari begini, dengan suasana sepi, membuat keduanya lebih leluasa bicara di dalam ruangan pribadi Ronnie. Gemerlap lampu serta suara riuh pesta, terkadang membuat Ron, pemilik tempat itu, merasa risih sendiri.

"Jadi, bagaimana dengan lelaki bujang lapuk itu, yang katanya menikahi keturunan Atmadja?" Tanya Joshua yang baru saja selesai menyesap segelas red wine.

"Dia masih diselimuti kabut kebencian terhadap wanita cantik. Aku khawatir dengan anak itu lama-lama." Ungkap Ron dengan suara pelan. Hembusan nafas kasar, terdengar dari mulut lelaki itu.

"Jauh-jauh aku dari Texas, menuruti semua permintaan dirimu untuk datang, hingga meninggalkan anakku yang sedang demam, kau hanya untuk menyampaikan kebencian Tirta pada wanita cantik? Astaga. Bahkan nominal tiket pesawatku, jauh lebih berharga mahal daripada si bujang lapuk keras kepala itu." Kata Joshua menanggapi.

"Dia sudah laku, bila kau lupa status pria itu. Jadi, jangan menyebutnya bujang lapuk. Ada hal yang penting lagi, dan kau dengar, jangan menyela." Ungkap Ron.

"Baiklah, Baiklah. Ada apa?" Tanya Joshua kemudian. Lelaki itu menatap Ronnie dengan serius, menanggalkan wajah jenaka yang sejak tadi selalu suka bercanda.

"Kau tahu betul, bukan? Bahwa keluarga Praja Bekti yang menjodohkan Tirta, memiliki kekuatan besar yang tak tertandingi? Mereka penguasa pasar bisnis dengan banyak anak cabang perusahaan, yang menjadi kebanggaan mereka. Dan Tirta, Tirta menyiksa wanita yang dipilih mereka untuk dijadikan pendamping hidup Tirta. Menurutmu, apa jadinya nanti, andai pemimpin Praja Bekti tahu semuanya?" Tanya Ron kemudian.

"Tirta akan tamat riwayatnya. Kau tahu sendiri bagaimana dulu saat kita satu fakultas dengan Aridha. Aku tak berani bermacam-macam. Hanya saja, apakah itu benar-benar nyata? Emm maksudku, begini, istri Tirta itu, disakiti yang bagaimana?" Tanya Joshua.

"Dihajar mentalnya, dimaki, dan dianggap sama dengan mendiang Anita. Dia lelaki yang bisa kasar, asal kau tahu. Kau juga pasti tak lupa bagaimana kejamnya dia sebagai lelaki. Aku khawatir, dia juga menghabisi istrinya, seperti dia menghabisi Anita." Ungkap Ron kemudian.

Joshua mengerjapkan matanya beberapa kali. Ini adalah masalah yang sensitif sekali. Sekali bertindak, Tirta bukanlah orang yang main-main.

"Anita yang dia cintai saja, ia tega menghabisi wanita itu. Apalagi si istrinya itu, Tirta tak akan pikir panjang bila untuk menyakiti istrinya sendiri. Lalu, bagaimana dengan istri Tirta sendiri?" Tanya Joshua.

"Aku tak bisa memastikan. Hanya saja aku curiga, ia pasti tertekan dengan keberadaan Tirta. Kau bahkan tak tahu, usai ritual malam pertama, Tirta meninggalkan istrinya begitu saja, tanpa perasaan." Tambah Ronnie.

"Hah? Benarkah?" Tanya Joshua.

"Bahkan aku merasa, Tirta menempatkan istrinya, sebagai Anita. Aku khawatir, jika Tirta lepas kendali. Jujur saja, aku trauma, Jo. Aku tak ingin ikut andil membersihkan barang bukti, kalau-kalau si Tirta kembali menghabisi wanita. Terlebih itu istrinya, yang tak memiliki kesalahan." Ungkap Ron putus asa.

"Kalau begitu, ayo kita jaga istrinya, dan bantu istrinya untuk menyembuhkan trauma Tirta." Ujar Joshua memberi solusi.

Sebagai sahabat, keduanya sangat mengkhawatirkan rumah tangga Tirta, yang baru seumur jagung itu.

**

Terpopuler

Comments

Vera Mahardika

Vera Mahardika

itu maksdnya si hana sudah tak lagi gadis. maksdnya pas hubungn mlm pertm sm tirta hana udh g perawan apa emng tak lagi gadisnya sm si tirta

2022-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!