Sebuah nasihat
Suara riuh musik disertai dengan gemerlap lampu warna-warni, membuat suasana malam di sebuah tempat hiburan malam, kian terasa memekakkan telinga. Para kaum kupu-kupu malam dan lelaki hidung belang yang haus belaian, berbaur dan saling menawarkan diri.
Ada banyak wanita yang merasa haus akan uang, mulai menjajakan diri untuk di tukar dengan segepok lembar kertas berwarna merah dan biru. Masing-masing dari mereka, saling menonjolkan kelebihan tubuh vital mereka masing-masing. Tak ada malu. Tak ada harga diri. Tak ada nilai yang tersisa.
Seorang lelaki yang menyandang status sebagai pengantin baru, seharusnya bermalam dengan sang istri. Alih-alih bermalam dengan mereguk manis madu pernikahan di lama pertama, Tirta justru mendatangi tempat hiburan malam untuk melampiaskan kekesalannya yang tanpa sebab.
Ya. Dia adalah Tirta Rahardja. Pengusaha sukses yang berada di bawah naungan perusahaan Praja Bekti. Perusahaan Rahardja berdiri, atas sokongan dari Kara. Itulah sebabnya Tirta tak berani berulah ataupun membantah setiap usulan yang diberikan Kara, maupun Aksa, putra Kara.
Tirta datang tidak untuk mengunjungi, ataupun mencari wanita malam untuk melampiaskan hasrat kelelakiannya. Ia datang hanya untuk mengunjungi teman lama yang selalu mendengar keluh kesahnya.
Ronnie, adalah teman Tirta yang paling setia. Pertemanan mereka cukup dekat dan sudah terjalin sejak keduanya berada di bangku sekolah menengah atas.
"Hai Sobat. Kau sepertinya tengah dilanda masalah. Oh, hei?" Mata Ronni yang tadinya hangat, kini berubah menjadi penuh keterkejutan, saat ia mengingat sesuatu. "Bukankah ini malam pertamamu? Apa yang kau cari di tempat seperti ini, sementara ada daun muda di kamarmu?" Tanya Ronnie lagi dengan mata melotot sempurna.
"Emosi itu datang lagi. Aku benci wanita cantik yang penuh kepalsuan." Ungkap Tirta seraya duduk di sofa sambil bersandar, dan memejamkan matanya.
Mendengar ungkapan Tirta, Ronnie hanya bisa berdecak sebal.
"Kau ini. Sepertinya kau perlu ke psikiater untuk memeriksakan kejiwaanmu. Kau tahu, Tirta. Kau sudah melewati batas normal menurutku. Kau, aku pikir kau ini abnormal."
Tirta membuka matanya. Lelaki itu mengingat percakapan panasnya tadi bersama Hana. Hana juga tadi menyuruhnya untuk ke psikiater. Bukankah ini semakin membuat kadar kebencian Tirta pada Hana, juga semakin bertambah berkali lipat?
"Aku benci apa pun yang menyerupai masa laluku." Ungkap Tirta.
Ronnie yang tadi hanya berdiri, kini ikut duduk di depan Tirta. Posisinya hanya terhalang meja bundar.
"Hei. Kau memang pernah bermasalah dengan mantan kekasihnya yang cantik jelita itu. Hanya saja, harusnya kau tak menempatkan kebencianmu itu, pada wanita yang berbeda, bung. Ingat, istrimu, putri Daniel Atmadja bukanlah Anita Darma yang jasadnya telah menyatu dengan tanah. Tentunya mereka adalah dua wanita yang berbeda, dengan karakter yang berbeda pula." Tandas Ronnie.
"Kau tak tau rasanya jadi aku, Ron. Aku bukan hanya dibohongi, bukan hanya dikhianati. Melainkan dulu Anita juga nyaris menghabisi aku, hanya karena ia mengincar hartaku. Semenjak aku tau karakter asli wanita itu, aku merasa krisis kepercayaan terhadap wanita." Ungkap Tirta.
"Lalu, bagaimana jika aku mengatakan bahwa Nona Gihana tak seburuk Anita? Kurasa ia wanita baik-baik. Apa kau tak khawatir, kalau-kalau nanti keluarga Tuan Kara tahu apa yang kau lakukan pada istrimu yang masih kerabat mereka?" Tanya Ronnie dengan serius.
"Dia tak akan berani mengadu sedikit pun pada keluarganya. Aku berani menjamin, ia akan tunduk, patuh dan takluk padaku." Jawab Tirta dengan gamang.
"Dulu, aku pikir aku akan hidup bahagia dengan wanita yang aku cintai. Tetapi kini aku bahkan menikah dengan wanita yang tak aku cintai."
"Lantas, bagaimana jika seandainya secara lambat laun, kau mencintainya? Dia sangat baik, kurasa." Kata Ronnie.
"Dia bukan wanita baik-baik. Kau hanya tak tahu saja, dia bukan lagi gadis." Ungkap Tirta santai.
"Hah?" Tentu saja Ronnie terkejut atas pengakuan Tirta. "Jadi, kau sudah menggaulinya?" Tanya Tirta lagi.
"Aku sudah menghabiskan banyak uangku untuk meminangnya, Ron. Jadi apa salahnya bila aku mencicipinya?" Tanya Tirta, tanpa rasa bersalah.
"Kau sudah mencicipinya, tapi kau memperlakukan wanita dengan buruk. Astaga, Tirta. Aku tak habis pikir dengan alur pikiranmu. Kau akan menyesal jika terus menjahati dia." Ungkap Ronnie karena gemas.
"Dia wanita yang bermulut tajam, Ron. Bahkan ia tadi sempat menyuruhku untuk ke psikiater. Andai dia bukan pengantinku, aku bersumpah akan membungkamnya seperti aku membungkam Anita Darma untuk selamanya,Tujuh tahun silam." Sahut Tirta.
Tatapan mata tirta mengelap, penuh dengan amarah. Kisah kelam di masa lalu, telah membuat tangan lelaki itu penuh dengan noda darah. Hanya Ronnie, dan Joshua yang tahu, tentang kematian tragis Anita ditangan Tirta.
Bahkan Kara sekalipun, tidak tahu tentang itu. Yang keluarga Praja Bekti tahu, Tirta jatuh miskin akibat kebangkrutan, dan Tirta mengalami depresi akibat ditinggal mati kekasihnya. Beruntung Joshua saat ini telah menetap di Texas, dan memilih tetap setia pada Tirta untuk merahasiakan tragedi itu.
"Kau benar-benar psikopat gila, Tirta. Kau tak punya hati. Kau harus mencoba untuk mengubur kenangan itu. Biar bagaimana pun juga, istrimu itu sangat butuh sosok lelaki yang bisa melindunginya, bukan justru membuatnya gila." Ucap Ronnie tak berdaya.
"Entahlah, Ron. Menatap Gihana, pembawaannya membuatku sangat membencinya." Tukas Tirta kemudian.
"Lalu, apa rencanamu selanjutnya? Bagaimana jika seandainya, dia hamil setelah ini?" Tanya Ronnie kemudian.
"Dia tak akan hamil hanya karena sekali melayaniku. Lagi pula, aku tak terpikir untuk segera ingin memiliki anak. Aku lebih suka bersenang-senang dan menikmati kesendirian." Ungkap Tirta.
"Aku tak heran lagi. Kau memang memiliki kepribadian yang introvert sejak dulu. Hanya saja, kau tak pernah berpikir untuk masa tuamu. Siapa yang akan mengurusi dirimu dengan baik, jika bukan anak?" Tanya Ronnie kemudian.
Tirta bungkam. Selama ini, ia memang selalu menganggap semua wanita sama. Sedikit pun ia tak pernah melihat kebaikan yang tertanam dalam hati wanita lain selain Anita.
Semenjak tewasnya Anita, saat itu pula Tirta membekukan hatinya. Hidupnya berubah kelam dan penuh dengan kegelapan. Tak ada cahaya. Tak ada warna.
"Hidup terkadang memang lucu, Ron. Hanya saja, aku tak tahu pasti dengan bagaimana jalan hidupku. Tetapi aku sudah bertekad, untuk hidup sendiri saja. Tak ada lawan jenis yang bisa aku percaya selain mendiang ibuku." Ucap Tirta.
Tatapan Tirta yang tadinya menggelap, kini berubah menjadi sendu dan penuh emosi. Hatinya yang rapuh itu, membuat Ron mau tak mau iba. Hidup Tirta tak semudah yang terlihat. Ada banyak hal yang melatarbelakangi kejahatan yang dilakukannya.
"Terserah apa katamu saja. Hanya saja jika boleh aku menyarankan, jangan kau apa-apakan Putri tuan Daniel, jika kau tak mau berhadapan dengan Adi Prama dan Praja Bekti. Percayalah, jika mereka tahu, hidupmu tak akan baik-baik saja." Ujar Ronnie memberi tahu.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Siska Febriana
Hana kok udah gk gadis LG...siapa yg pertama mengauliny ya
2025-02-04
0