Yordal bangun dengan siraman air pada tubuhnya. Ia membuka matanya. "Akhirnya Kau bangun putri pemalas" sapaan yang membuat matanya terbuka lebar.
Ruve berdiri di depannya dengan tangan terlipat di dada. Geraman terdengar pada wajah dengan paruh burung itu. "Kau" Yordal ingin merangsek maju tapi dirinya terikat pada sebuah kursi.
"Siaal!!Apa yang kau mau! Lepas!" Ia meronta pada tempatnya.
"Sialaan kau derik!" Makinya.
"Gampang saja, apa kau pernah lihat wanita ini?" Ruve menyodorkan potret Lavender di depan wajah Yordal.
"Nggak" jawabnya malas. Wanita bangkai itu sama sekali tak mengarahkan matanya pada potret yang Lavender.
"Fanta!" Teriak Ruve. Fanta datang ia melangkah ke belakang Yordal. Dan adanya Fanta disana membuat Yordal terkejut.
"Kau pengkhianat!" Desis Yordal.
Ia memasangkan alat pada jemari Yordal. Alat dari kayu-kayu seukuran jari dengan tali.
Alat penyiksaan, masukan jari pada sela-sela kayu dan tarik talinya maka jari-jari akan saling terhimpit dengan kayu. Dan sangat menyakitkan.
"Apa yang kau lakukan!!!" Yordal mengepalkan tangannya. Ia tak akan membuatkan jemari indahnya patah oleh alat itu.
"Baiklah, baiklah, mana potret tadi!" Ruve hanya menatap datar. Perlahan Ruve mendekat dan memperlihatkan potret Hudson.
"Hudson?" Yordal berguman. Eube mendengar gumanan itu. "Kau kenal?" Yordal diam.
"Fanta!" Fanta menarik talinya, ringisan terdengar dari Yordal.
"Kau terlalu murah hati Fanta! Langsung ke level paling tinggi" perintah Ruve. Fanta mengangguk.
"Tunggu! Tunggu!" Yordal menatap tajam Ruve.
"Ia yang memberi kami uang, agar tidak ada yang berani memasuki hutan gatal." Yordal.
"Tapi kenapa kau malah mengiring kami kesana!" Gen yang masih memiliki dendam pada Yordal.
Wanita itu melengos, masalahnya simple hanya karena ingin Ruve yang terkena bubuk gatal itu.
"Kekanakan!" Ejek Ruve.
"Sudah kan! Lepaskan aku!"
"Belum, aku ingin lebih detail, mengapa Ia tak memperbolehkan orang masuk kedalam hutan itu?"
"Mana ku tahu, tanya sendiri sana dengan orangnya, lelaki itu membayar kami mahal, agar tak satupun ada yang masuk,"
"Memang aneh, kemarin saja ia tahu aku memasukkan kalian kesana, bahkan ia mengancam kami, lelaki br engs ek memang!" Keluh Yordal.
"Kemarin? Ia berada disana?" Elves menghentak bahu Yordal.
"Lelaki tampan, kau harusnya lebih lembut jika memperlakukan lady, sepertiku" Ruve memutar bola matanya malas. Mendengar kata-kata genit Yordal. Ingin rasanya patahkan paruh burung bangkai itu.
Ruve menghentakkan kepalanya, saat matanya bertemu dengan Fanta dan Fanta mengerti kode yang Ruve lempar.
"ARK!" Pekik kesakitan Yordal. "J ala ng kau! Aku sudah memberimu informasi yang kau mau, tapi kau tetap—"
"Kau menggoda lelakiku! Sialaan!" Yordal terkekeh, "Hei lelaki tampan, aku akan memberi semua informasi tentang Hudson kalau kau mau bersamaku" Ruve mendekat perlahan. Wajahnya menunduk.
Yordal tentu tak akan melewatkan, bagaimana musuhnya ini ditinggalkan oleh kekasihnya untuk bersamanya. Yordal tersenyum jumawa.
"Lepaskan satu tangannya," Ruve menyeringai tepat didepan wajah Yordal. Yordal meneguk saliva nya susah payah.
"Bawa meja kesini!" Perintah Ruve, Gen segera menggeser meja bulat milik Garden Angel.
"Fanta ulurkan tangannya, hingga menempel pada meja. Atur agar jari manisnya teracung" Fanta dan yang lain tak mengerti apa yang akan Ruve lakukan.
"Tahan tangannya" Fanta menuruti.
Ruve menarik belati tajamnya. "Aku sudah peringatkan sekali, kau tak mendengarnya, aku terlalu bermurah hati rupanya"
BRAK!
"AAAK!" Pekik Yordal yang tertahan, keringat dingin mengucur, ia tak pernah berhadapan dengan Ruve dalam mode semengerikan ini
"Ops … meleset" Ruve sudah mengangkat belatinya.
"Baiklah aku beri semua informasi yang aku dapat dan aku tak akan mengganggu le … lagi" Bahkan menyebut kata 'lelaki tampan' saja ia mendapatkan lirikan tajam Ruve.
Ruve mengangguk, dan memasukkan belatinya kembali. "Yah sayang sekali," Wajah Ruve sama sekali tak terlihat sedih.
Dan bukan hanya Yordal yang terkejut juga lega dalam waktu yang bersamaan. Mereka yang menyaksikan kejadian itu, Tak menyangka dengan sifat asli Ruve, Jangan buat masalah dengan wanita itu, pikir mereka, sepakat.
***
Gen, Elves dan Ruve kembali ke hutan bubuk gatal, persiapan mereka matang kali ini.
"Panas" keluh Gen. Mereka pakaian sangat tertutup. Tidak menyisakan celah, dengan kain yang tebal. "Buka saja, biarkan kau gatal seharian, aku dan Elves tak akan membantumu, kami terlalu sibuk" sarkas Ruve.
Temannya itu sangat menyebalkan, Gen menyembikkan bibirnya.
"Huh!" Gen menarik tali kekang kudanya dan berjalan mendahului Ruve dan Elves. "Dasar bucin" Gen mengomel di sepanjang jalannya.
Informasi yang Yordal beri, tidak mendetail dimana lokasi Hudson tapi infonya sangat membantu tim Ruve mencari keberadaan Hudson.
Gen turun dari kudanya. Ia mengeluarkan belatinya, membabat tanaman jalar yang menutupi jalannya.
"Elves seperti apa Hudson itu?" Ruve memperhatikan Elves yang sibuk dengan teropongnya.
Ia melirik Ruve, ia diam. Ruve melihat itu, sedikit gelagapan.
"Kan kalian pernah berteman, mungkin kau tahu kebiasaan, atau apa dia punya tempat persembunyian, setidaknya, kita menemukan petunjuk lain?" Ruve merasa ini terlalu memakan banyak waktu jika terus berada di hutan bubuk gatal sangat tidak bagus.
"Ia suka membuat persembunyian dalam tanah, aku ingat ia sangat mahir saat bermain pasir, dan ia sangat suka memelihara semut" Ruve menaikkan alisnya.
"Memelihara semut?" Sebuah petunjuk aneh.
"Iya, Hudson, ia anak pendiam, ia selalu menyendiri, tapi suatu hari guru kita memperlihatkan bagaimana semut hidup didalam tanah,"
"semua anak takjub dengan apa yang guru bawa, akuarium tipis, dimana terdapat koloni semut di dalamnya,"
"aku sekelompok dengan Hudson, dan dari situ kami dekat, tapi semakin lama, ia semakin terobsesi dengan semut-semut itu, hampir setiap hari Hudson membawa akuarium tipis itu kemana-mana dan ia lebih senang memandangi akuarium dari pada bermain denganku" lanjutnya lagi sambil mengingat-ingat masa kecilnya.
"ia selalu membawa sesuatu di tangannya, dan saat sekolah, waktu istirahatnya digunakan untuk menatap ak—-"
"WUAAHHRG!" Teriakkan kencang Gen.
BRAK! DRUAK!
"GEN!" Ruve dan Elves, memacu kuda mendekati sumber suara. Melihat kuda Gen Ruve turun dari kudanya, ia melangkah cepat pada lubang yang menganga, ia mendengar rintihan Gen di alam sana.
"Auch! Siaal kenapa lagi- lagi aku yang kena!" Maki Gen, Ruve dan Elves mendengarnya.
"Gen? Kau baik-baik saja?" Elves mengamati lubang itu. "Ya" teriak Gen. Suaranya menggema.
PRAK!
"Gen kau tak apa?"
"Hm" Hanya gumaman, ia tak mendengar celotehan lagi. Sibuk mengamati keadaan.
Suasana lubang itu sangat gelap. Gen membuat sigil api, dan dua bola api melayang di kedua sisi pundaknya. Ia melihat beberapa guci disana. Ia baru saja menginjak salah satunya.
Guci mini dan juga pot-pot bunga. Berserakan. Gen melihat adanya obor disana, ia menyalakan obor dan membawanya, ruang itu terlihat jelas. Ini sebuah ruangan, berukuran kecil. Ia melihat pot yang berisi bunga berwarna hitam.
Juga ada ruang lain disana.
KRAK!
Kakinya menginjak sesuatu. Ia melihat sesuatu berkilau, ia mengambil kilauan itu yang ternyata serbuk.
"GEN!"
"KAU MASIH SADAR?"
"GEN?"
"HEY KAU ULAR NARSIS! JIKA KAU TAK MENYAHUT AKU KIRIM KAU SIGIL SINGLE SEUMUR HIDUP!!!"
"GEN!"
"YA AKU SADAR, TOLONG TURUNKAN TALI UNTUKKU!" Gen yang hanya menggeleng mendengar ancaman Ruve.
Gen mematikan sigil apinya juga obornya. Ia naik ke atas. Disana Ruve dan Elves menunggu dengan tampang garang.
Gen menarik nafasnya, "Dibawah disana aku menemukan ini" ia menyerahkan kantong kain kecil.
Ruve mengambil dan membukanya. Ia menuangkan isi kantong itu pada telapak tangan. Serbuk berkilau.
"Apa ini?" Ruve mengamati serbuk berkilau cantik itu. Seketika itu serbuk itu terserap oleh telapak tangannya. Lalu hilang. Mereka bertiga saling pandang,
"Serbuk apa itu?" Gumam Ruve, ia juga merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Jantungnya memompa kencang, keringat dingin, rasa pusing dan mual. Ia berlari menjauh dan memuntahkannya isi perutnya.
"Cough" Ruve terbatuk, melemas. Ia bersandar pada batu besar.
"Kau tak apa?" Elves mendekat, ia memberikan air untuk Ruve. Ruve minum habis air itu.
"Ya hanya pusing dan lemas. Apa itu racun?" "Kita kembali ke Garden Angel dulu, kita tunda dulu pencarian"
"Tak apa, istirahat sebentar, aku akan cepat pulih"
"Sudah jangan keras kepala, kita harus periksa, bagaimana jika kau keracunan?" Tegas Elves.
Ruve tersenyum. Tenangnya benar-benar hilang. Lemas, berjalan saja ia tak sanggup. Elves membopong Ruve.
"Eh … turunkan, Elves! Aku jalan sendiri," Ruve tak menyangka Elves akan menggendongnya.
Elves langsung menurunkan Ruve. Wanita itu langsung buruh ke tanah. Berdiri saja ia tak mampu. "Aku keracunan, sepertinya" lirihnya.
"Eh … hey … Elv—"
"Diamlah! kau berat!" Ucapan Ruve terpotong, Elves kembali membopongnya, membuat bibir Ruve menyembik. Ia mengalungkan tangannya pada leher Elves dan memeluknya erat.
"Kesempatan dalam kesempitan Huh!" Gen menyindir nya. Ia hanya bisa memberikan lirikan laser lemahnya,
"Ruve lebih mengeratkan pelukannya.
"Wangi, aku suka" Ruve mengendus leher Elves.
"Kamu kucing!" Elves bersuara. "Miauw" Ruve menanggapi nakal. Astaga dalam keadaan sekarat saja ia masih genit. Pikir Gen. Yang berjalan dibelakang mereka menuju Garden Angel.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Emak
sempat-sempatnyaaa. ya ampun ruve😆😆😆
2023-01-10
0
Nasnisnus
typo like always
2022-11-22
0