Ruve masih berada dalam goa bersama Elves, sudah dua minggu dan ia seakan lupa dengan Gen. Entah berada dimana lelaki itu sekarang, Ruve tak memikirkannya. Karena ia menyangka Gen telah kembali ke desa Bymaba.
Ia melihat Elves sibuk memetik dedaunan. Sesekali ia melirik. Setidaknya ramuan itu akan menjadi bekal yang bagus baginya saat mencari batu kristal itu. Dan lebih bagus lagi jika lelaki itu juga ikut dengannya, maka ia tak perlu susah payah mempelajari ramuannya.
Berbicara mengenai batu kristal. Ruve yakin ia berada ditempat yang benar. Sesekali ia kabur, keluar goa, dan mencari keberadaan kristal.
Dan pulang-pulang, ia dalam keadaan yang memprihatinkan. Banyak luka gores di tubuhnya, Elves dibuat kesal dan bingung dengan apa yang wanita itu lakukan diluar sana hingga lukanya yang harusnya sembuh malah bertambah.
Walaupun kekuatannya menurun namun Ruve masih yang terhebat dan tak terkalahkan diantara kawanannya. Namun untuk memimpin desanya, kekuatannya masih kurang, Ruve tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan yang ia miliki saat ini.
Ruve sibuk dengan pikirannya saat Ia merasakan sesuatu mendekat. Dengan lincah Ruve menangkis beberapa serangan. Melompat pada pepohonan dan mengamati dari atas siapa yang baru saja menyerang mereka.
"Siall!" Ia mendengar Elves memaki. Ruve menatap lelaki itu, Tapi setelah beberapa saat Ruve mengetahui jika yang diserang bukan dirinya melainkan Elves. Ia mendekati lelaki itu.
Ia membelakangi Elves yang juga membelakanginya. Ruve mendengar tarikan nafas Elves yang berat.
Ruve berdecak, "Kau terluka!" ia melihat ada bercak merah di pinggang Elves.
"Tak usah pedulikan aku! Konsentrasilah dan serang arah jam dua belas mu" Ruve mendengarkan, ia menggunakan kekuatan sihirnya.
Tiga buah bola api berwarna hijau kehitaman sebesar bola mata itu meluncur cepat dengan rantai hitam dengan kobaran api di tangan Ruve ke arah targetnya.
"Aaarg" teriakan terdengar. Ruve menyeret mangsanya yang terjerat dalam api rantai itu. Lalu membantingnya ke pohon besar. Rantai itu cepat kembali masuk dalam jari Ruve.
Ruve bisa melihat lawan-lawannya yang mulai waspada. Dengan bergerombol kelompok itu menyerang Ruve.
Dengan satu hentakan, kelima jarinya mengeluarkan rantai hitam yang meliuk layaknya ular dan menjerat satu per satu lawannya. Rantai itu berbunyi layaknya ujung ekor ular deriknya.
"Argh!"
"Aaargh!"
BRUGH!
Rantai itu menari di udara, membuat sang lawan kewalahan juga ikut melayang, teriakkan kesakitan menggema di hutan lebat itu.
Elves memandang tak bersuara. Ia tak menyangka wanita dengan tubuh mungil itu memiliki kekuatan yang besar.
Ia juga sibuk dengan panahnya. Menyerang lawannya. Elves mengambil tiga anak panahnya dan mulai membidik lawannya. Anak panahnya melesat kencang dan melubangi dahi-dahi lawannya.
Rasa nyeri di perutnya ia tahan. Di awal refleknya tak bagus dan pinggangnya menjadi korban dari pedang musuhnya.
"Siapa kalian? KATAKAN!" Bentakan Ruve.
"Kakak!" Pekikan seorang wanita mengalihkan konsentrasi mereka.
"Lavender!" Teriakan Elves, ia terbelalak. Elves ingin mendekat namun jeratan rumput mengikatnya dengan cepat. Ia tak bisa bergerak.
"Lama tidak bertemu kawan lama," Suara pongah itu muncul dari kegelapan.
"Hudson!" Desis Elves.
"Wah saya sangat tersanjung, pangeran masih mengingat saya" senyuman yang tak sampai mata, ia perlihatkan pada Elves.
Ruve mendengarkan percakapan itu. Terkejut. Pangeran? Elves? Ruve sibuk dengan pikirannya.
"Putri, kau sangat cantik sekali" Hudson mencengkram rahang kecil Lavender.
Ruve kembali ke kenyataan, ia tak suka ada lelaki yang berbuat kasar pada perempuan, ia ingin sekali maju namun Elves tak mengijinkannya untuk menyerang Hudson, adiknya sedang dalam bahaya.
Ruve hanya bisa menahan kesalnya.
"Ka-kak ... " adiknya itu sangat ketakutan, tubuhnya yang kecil juga rapuh itu bergetar, terlihat jelas wajah cantiknya memucat dan bermandikan air mata.
Elves menggeram. "Lepaskan adikku! Bajing an!" ia melihat adiknya dengan tatapan kemarahan, Lavender menangis.
"Tak semudah itu, aku ingin barter! Kau berikan aku kunci yang kau miliki dan akan aku serahkan putri tak berguna ini" Hudson kembali mencengkram erat dagu Lavender lalu melepasnya kasar.
Elves mengernyit, ia melihat Lavender yang meringkuk ketakutan, ia tak bisa membiarkan ini terlalu lama, ia sudah mengambil keputusan.
Ia menarik kalung yang tersembunyi di balik pakaiannya.
Rumput yang mengikat dirinya, menjalar merebut apa yang diminta oleh Hudson dan memberikan pada sang majikan. Tawa Hudson meledak. Ia merasa kemenangan di depannya.
Dengan bungkusan di tangannya yang berupa cincin itu jalannya untuk menguasai dunia akan segera terwujud.
Hudson menggunakan cincin itu. ia melihat dengan senyum liciknya, kemudian tawa memenuhi kesunyian.
"Lepaskan Lavender!" Bentak Elves.
"Sabar teman" ia masih terkekeh. Ia melepaskan Lavender. Wanita muda itu berlari tertatih kearah Elves yang sudah tak terikat. Ia menyosong sang adik.
"KAKAAAK ... " Jeritan Lavender.
Dengan cepat rumput menyambar tubuh Lavender lagi dan wanita itu ditarik dan dibawa dalam cengkraman Hudson yang sudah berada dipinggir portal yang ia buat.
"LAVENDER!" teriakan Elves berlari ke arah portal.
Ruve menjulurkan tangannya rantai hitam itu melesat ke arah Lavender berada namun kekuatannya melemah. Rantai hitamnya tak bisa mencapai Lavender.
"Sampai jumpa Pangeran AHAHAHAHAA ... " Ucap Hudson sebelum ikut menghilang bersamaan dengan portal yang juga menghilang.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
AdindaRa
Aku baca ini kek nonton film. Keren euy 😍
2022-11-30
2
lazy
makasih udah mampir emang terinspirasi dari situ 🤓🤓🤓
2022-11-29
0
Emak
baca ini jadi membayangkan Legolas dari film The Lord of The Ring😄😄😄
2022-11-29
1