Ruve mengusap peluhnya yang deras menetes. Sinar matahari bersinar terik. "Panas!" Keluh Gen. Dan Ruve melirik lelaki itu nyalang, pasalnya setiap Gen melangkah dan saat itu pula bibirnya akan mengeluarkan keluhan.
"Payah! Lelaki cemen!" Desis Ruve sengaja dekat Gen. Gen mendengarnya, ia memandang Ruve sengit. "Apa kau bilang! Heh! Ular derik!" Gen menyusul Ruve dan memiting kepala wanita itu tanpa ampun.
"Kita memang se-ras namun aku ular hutan yang rindang dan teduh, bukan main panas seperti dirimu!" Omelnya dengan masih menghimpit kepala Ruve dengan lengan tangannya.
"Dasar lemah!" Bukannya takut Ruve lebih memanasi lagi. "Lepas! Kau bau!" Ruve menggerakkan tubuhnya agar bisa terlepas dari kungkungan Gen.
"Rasakan! Dan dari mana aku bau! Kau yang bau! Bau matahari! Macam anak kecil! Sama sekali tak ada perempuan-perempuan nya" cibir Gen.
"Ada!" Dengan gerakan cepat Ruve memutar tangan Gen dan memelintirnya ke punggung lelaki itu.
"Aaark! Iya! Iya! Sakit! Lepaskan!" Teriak Gen. Ruve melepaskan tangannya, Gen mengibaskan tangannya yang nyeri.
"Tubuh sih mungil tapi kekuatan mirip badak!" Cibirnya lagi.
"Apa kau bilang? Ampun?" Kembali mereka beradu. Elves sedari tadi hanya melihat mereka layaknya dua anak beruang yang sedang berebut mainan.
Ia menggelengkan kepala, merogoh ke arah kantongnya. Dan mengeluarkan liontin yang ia temukan.
Ia ingat saat mereka menentukan kemana selanjutnya mereka akan tujuh. Dan itu kesempatan Elves memberikan pendapatnya. Dan tak perlu banyak menyakinkan Ruve dan Gen, mereka sepakat menuju arah yang Elves yakini.
Mereka melanjutkan ke arah timur. Dalam perjalanan mereka belum mendapati aliran sungai dan perbekalan air juga menipis.
Siang semakin terik. Namun tak ada dari mereka bertiga yang berniat untuk istirahat. Karena mereka pikir, istirahat akan menyita waktu mereka.
Dan benar tak berapa lama mereka mendapati jalan setapak besar menuju sebuah desa. Tidak besar tapi tidak juga kecil.
Mereka masuk ke gerbang, dan melihat ternyata banyak penduduk disana. Gen menyunging senyuman.
Ia senang akhirnya lelahnya seperti terbayar. "Ayo kita mencari penginapan" Gen mendahului Ruve dan Elves.
Gen memasuki bangunan yang terbuat dari kayu dan cukup besar dari bangunan yang ada disekitarnya. "Garden Angel" tertulis plang besar di atas atapnya.
Ruve mengikuti Elves yang juga memasuki bangunan itu. Gen telah mendapatkan kamar mereka masing-masing dan memberikan kuncinya.
"Disini dimana jika aku ingin mencari perhiasan?" Tanya Elves pada lelaki muda penjaga penginapan yang berada dibalik meja resepsionis.
"Di pasar Tuan, disana ada seorang yang bernama Greo"
"Dimana itu? Kau bisa tunjukan pada kami lebih jelas?"
"Bisa letaknya tak jauh dari penginapan ini, ada sebuah pasar, ia biasa berada disana saat sore menjelang malam. Dan pasti nanti malam ia ada. Karena akan akan pasar malam di pasar."
"Dan hanya dia pengrajin perhiasan di desa ini" lanjut dari pemuda itu.
"Terima kasih" Elves lalu meninggalkan meja resepsionis. Ia telah mendapatkan kunci kamarnya dari Gen.
Dan ia akan menunggu malam dalam kamarnya. Sekalian beristirahat sejam, dua jam untuk memulihkan tubuhnya yang lelah.
***
Ketukan pintu membangunkan Elves. Ia menatap jendela kamar nya, sudah gelap. Ia membuka pintu dan senyuman Ruve yang ia dapati.
"Ayo kita makan malam"
Ruve tak segan menggandeng tangan Elves. Lelaki yang masih mengantuk itu hanya menurut.
Mereka menuruni tangga. Dan masuk dalam bar, di satu meja Elves mendapati banyak makanan dengan lilin menghiasi tegahnya.
Ruve menarik bangku dan mendudukan Elves dibangkunya. "Kita makan malam romantis." Ruve terkekeh. Ia membayangkan Elves akan menyuapi dirinya dengan romantis. Mengelap bibirnya yang belepotan.
"Ayo sayang dimakan" sedari tadi lelaki itu hanya terdiam di tempatnya. Kantuknya pergi entah kemana.
Melihat meja makan dengan lilin, juga apa barusan Ruve memanggilnya sayang? Apa yang sedang wanita di depannya ini lakukan?
Lelaki yang Ruve pandangi ini memang tak peka dan nilai tentang percintaan nol besar. Jadi Ruve terlalu berharap banyak.
"Boleh dimakan?" Elves tak melihat Ruve memulai dan memang perutnya sudah minta diisi.
Elves mengambil sendok dan melahap makanan yang ada di depannya. Ikan yang dibakar. Dan memasukan makanan itu ke mulutnya.
Elves terbatuk. Saat ikan itu bertemu dengan indra perasanya. "Pelan-pelan dong sayang" Ruve mengelus punggung Elves setelah memberikan gelas minumnya pada Elves.
"Pasti sangking enaknya ya? Ini aku yang masak tadi pinjam dapur bar" ucap Ruve bangga pada pencapaiannya.
Tampilan makanan yang ada dimeja sangat mengiurkan dan cantik tapi rasa …
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Emak
jangan² rasanya nggak enak😅😅
2022-12-20
0