Ruvera Dan Pangeran Elves
Ruvera menghela nafas, asap panas menguar dari mulutnya. Sudah seminggu ia berkeliling kota bernama Cahaya ilusi untuk mencari sebuah batu, Batu kristal yang amat cantik, katanya. Bahkan ia sendiri belum pernah melihatnya secara langsung.
"Ayo lanjutkan perjuanganmu, Ruvera!" Ia menyemangati dirinya sendiri. Ia tak sadar sudah keluar jauh dari kota Cahaya ilusi.
Wanita itu sudah seminggu lebih di tempatnya berada sekarang, dan ia tak akan menyiakan kesempatan menikmati yang ada di desa ini sekalian Ia akan bertahan hingga menemukan batu kristal itu.
Desa Bymaba, tempat dimana ia merasakan kenyamanan dan surga. Tempat yang ia idamkan selama ini.
Ia sangat betah disini. Mengapa?
Karena di tempat tinggal aslinya, hanya ada tembok beton dan gurun pasir yang ia temukan di sekelilingnya, seumur hidupnya. Gersang dan panas.
Air, memang menjadi komoditas utama dan sangat terbatas dan langkah mereka bisa saling membunuh hanya karena benda cair itu.
Pemandangan yang ia lihat disini, bagaikan mimpi, air mengalir yang tak akan kering, dedaunan hijau dengan pepohonan rindang juga makanan melimpah ruah yang dipersembahkan oleh alam secara cuma-cuma.
Ini semua yang ia rasakan sekarang adalah mimpi terbesar kaumnya. Ia dari ras Ular, klan Elit Ceras Viper atau klan Ular Derik.
Mereka penguasa tertinggi daerah gurun. Bertemu dengan ras yang sama sepertinya di tempat asing, merupakan sebuah anugerah. Contohnya saat ini, ia tak sengaja bertemu dengan Klan Deathdroas. Yang juga ras ular.
Wujudnya humanoid, mereka bisa menjelma menjadi black mamba, mereka mengagungkan Ratu yang sama, Medusa.
"RUVE! AYO CEPAT!" Ia melihat Gen berteriak padanya dari kejauhan. "Ah!" ia lupa jika akan ke kota Cahaya Ilusi -lagi- hari ini, ia tepok keningnya.
"IYA, TUNGGU AKU, GEN!" Teriaknya tak kalah kencang.
"Hush … Kalian ini! tidak usah saling berteriak!" Seorang wanita tua melirik Ruve tajam. Ia, Gma Mima, nenek Gen. Dan mereka keluarga baik hati, yang mau menampung dirinya disini.
Ruve melihat Gma Mima merubah wujudnya menjadi ular, ular betina itu melatah ke arahnya dan menaiki tubuh Ruve dengan cepat.
Dan ia melilit di lengan Ruve, "Pagi Gma" Ia tersenyum memandang kepala Black Mamba itu di depan wajahnya. "Pagi sayang," ia mengecup dahi Ruve lalu meluncur turun.
"Aku akan ke tempat Holin, kalian juga akan kembali sore nantikan? jadi aku tak akan membuat makan siang, biasa, jika para gadis dan lajang berkumpul akan lupa waktu, bye honey" Pamitnya keluar rumah.
"Hati-hati Gma sampaikan salamku pada para gadis cantik dan pemuda tampan disana ya" seruan Ruve terkekeh, mendengar Gma Mima, mengibaratkan perkumpulan lansianya adalah perkumpulan kaum muda belia.
"HEI RUVE! KAU VIPER LELET!" Teriak Gen.
"Damn Gen! Iya aku kesana! Siaall, mamba jomblo itu, waktunya kawin sepertinya! Tak sabar sekali!" Gerutu Ruve menyambar tas dan peralatan lainnya, hari ini pasti akan sangat panjang, ia akan berpetualang lagi dengan Gen.
***
"Siaal!" Makinya, ia terpisah dengan Gen dan terjebak dengan ratusan ranting kecil juga tajam yang menggores dan menusuk kulitnya.
Ruve cabut beberapa ranting menyakitkan itu. Coba saja ia bisa merubah dirinya, menjadi ular, pikirannya.
Iya, ini adalah satu alasan Ruve berada disini, mencari batu kristal itu. Ruve tak bisa merubah wujudnya menjadi ular dan kekuatannya juga menurun, seiring berjalannya waktu.
Ruve tak bisa abai karena desanya sedang menunggunya pulang dengan hasil yang baik. Ia tak akan membuat orang yang percaya padanya kecewa.
"Ark! Mengesalkan!" Ruve terjebak tubuhnya terperosok dalam lubang bebatuan yang seperti sumur, dan semoga saja Gen bisa menemukannya.
Ia sandarkan punggungnya ke bebatuan, rasanya melelahkan. Dan rasa kantuk mulai menyerang. Kemudian kegelapan dengan cepat menyergap dirinya.
***
"Hrrnn ... " perlahan Ruve membuka matanya, di depan sana sangat silau. Ia menyipit mata. Mendudukan tubuhnya dan ia menunduk. Rasa kantuk masih menggelayut di matanya.
Ruve menolehkan kepalanya, mengamati sekeliling. Terdengar tetesan air silih berganti dan menggema di goa ini.
Hah! Goa?! Kesadaran menyentaknya. Ruve kembali menatap sekelilingnya, ia berada di atas batu persegi panjang bekas ia tiduri, dengan tembok bebatuan dengan lumut menghiasinya. Tempat ini cukup luas.
Berbeda dengan saat ia terjebak. Apa Gen menemukannya? Kemana lelaki itu? Ia tak melihat batang hidung lelaki itu.
Ia menurunkan kakinya, "Akh!" Pekiknya. Rasa nyeri menghantam pergelangan kakinya.
"Jangan dulu bergerak, istirahatlah!" Suara berat itu menyentak Ruve.
Ia edarkan netranya ke sumber suara. Dan Ruve melihat sosok lelaki berdiri dengan tangan sibuk melakukan sesuatu.
"Siapa kau!" Ruve defensif. Mengerutkan tubuhnya menjauh dari sosok itu. Lelaki itu hanya meliriknya sekilas dan kembali mengaduk sesuatu dalam gelas yang ia pegang.
Ia mendekat. Ruve semakin menggeser tubuh. Lalu lelaki itu mengulurkan gelas kayu pada Ruve "Minumlah!" Ruve diam. Hanya menatap kearah sosok itu.
Sosok itu terlihat jelas didepan Ruve. Sosok lelaki, Ia tinggi, berambut hitam, mata yang menyorot tajam, dengan bola mata hazel terang, kupingnya memanjang keatas dan runcing.
Ras peri kah? Untuk sesaat Ruve terpukau, jika memang ia ras peri, memang tak diragukan lagi rupa mereka yang menawan.
Tapi sosok itu seukuran dirinya, sedangkan yang ia dengar ras peri itu bertubuh kerdil. Apa sekarang ras peri juga berevolusi?
"Kau Ras Peri Raksasa?" Ruve masih menatap lugu kearah sosok yang mulai jengah. "Ini cepatlah minum! Agar demam mu cepat turun!" Kasarnya. Ia menyerahkan gelas kayu itu pada tangan Ruve.
Ruve masih melihat ke arah sosok yang sudah menjauhinya. "Minum!" Perintah lelaki itu.
"Kau tak meracuniku kan?" Ia mengintip isi gelas yang berwarna hijau mengerikan, Ruve menelan salivanya susah payah.
"Terserah! Jika kau ingin pergelangan kakimu itu membusuk perlahan!" Terdengar decakan lelaki itu.
Ruve melihat pergelangan kakinya yang membengkak lalu meneguk isi gelas itu hingga tandas. Dan tak menunggu lama, dengan kaki yang terpincang Ruve berlari keluar goa dan memuntahkan ramuan hijau itu.
Dan seketika ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Lelaki yang memberinya ramuan tadi, kembali berdecak. "Menyusahkan!"
***
"Elves, ajarkan aku tentang ramuan yang kau berikan padaku itu" rengek Ruve pada Elves. Sosok lelaki yang menyelamatkannya saat ia terjebak.
Sudah lima hari dan setelah meminum dan memuntahkan ramuan buatan Elves. Keajaiban, keesokan harinya Ruve merasa tubuhnya menjadi lebih segar dan bertenaga. Walau pergelangan kakinya masih sedikit nyeri.
Ruve ingin sekali mengetahui rahasia ramuan Elves. Dan lima hari juga Elves merawat Ruve dengan sabar.
"Cerewet! Sana menjauh!" Itu salah satu penolakan yang diberikan oleh Elves. Ia bisa saja meninggalkan wanita itu.
Tapi tempat ini adalah tempatnya. Dan lelaki itu merasa ia harusnya tak menolong wanita yang selalu merengek padanya itu.
"Aku akan tetap mengikutimu sampai kau ajarkan aku tentang ramuanmu itu!" Elves masih ingat kata ancaman wanita itu. Elves tak peduli. Ia pikir wanita itu akan lelah dengan sendirinya tapi nyatanya ia yang merasa terganggu sekarang.
Ruve mendekat, ia tahu ia tertarik pada Elves, lelaki pendiam penuh misteri, yang kadang ketus dan bermulut tajam. Tapi Ruve tak pernah merasa sakit hati dengan kata menusuk yang Elves lontarkan padanya.
"Elves kau mempunyai kekasih?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Ruve yang mendapatkan pandangan tajam dari Elves.
"Bukan urusanmu!" Lelaki yang ternyata adalah ras Elf itu sibuk dengan berbagai macam dedaunan.
"Dasar Elf aneh!" Gerutunya.
Dan Ruve tak lagi bertanya, tapi ia tak bisa mengontrol matanya yang ingin selalu menatap wajah tampan lelaki itu, diam- diam, karena ia pernah jadi korban keganasan ucapan Elves yang merasa terganggu dengan kelakuan Ruve, Saat ini Ruve sedang mengintip apa yang Elves racik.
Namun Ruve selalu salah fokus pada jemari dan lengan kuat Elves. Lelaki itu menggulung lengan bajunya dan memperlihatkan lengan kekarnya.
"Aku suka padamu!" Tanpa sadar Ruve.
"Menjauh!" Seru Elves, Ruve yang menempel tepat pada punggung Elves terlonjak, tangannya menutup mulut, dan segera melipir keluar, lebih baik ia mencari batu kristal incarannya saja, Ruve menggeleng kepalanya untuk mengembalikan kesadarannya. Semoga saja Elves tak mendengar pernyataannya.
Tak bisa, kalau terlalu lama disini, bisa saja sisi liarnya membuatnya menyerang tubuh pemuda tampan itu, Ruve berjalan tergesah dengan kepala yang terus menggeleng tak percaya pada dirinya yang akan selemah ini.
Dan esoknya tak ada yang berubah diantara mereka, Elves masih saja ketus.
Ia mendengar ungkapan rasa Ruve ia diam, lebih ke tak peduli karena ia memang tak tertarik tentang percintaan dan teman-temannya.
Ruve juga merasa lega bercampur kesal namun itu tak lama. Karena ia kembali merasakan debaran halus yang ia sukai jika berdekatan dengan Elves.
***
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Hm...
uwow
2023-02-02
0
AdindaRa
Awal ceritanya menarik kak. Aku kirim secangkir kopi, satu tips iklan sama rate bintang 5. Nanti aku mampir lagi kak. Udah aku subscribe juga ya 😘
2022-11-28
1
Nasnisnus
Akhirnya keluar jg novelnya, semangat thor
2022-11-02
2