Di kantor Rayyan.
Siang itu Rayyan terlihat berada di dalam ruangannya ketika tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu. Ray yang tengah asyik melamun sontak tersentak kaget hingga membuat bingkai foto yang sedari tadi dipandanginya itu nyaris terjatuh.
"Selamat siang, Pak."
Perempuan berusia dua puluh lima tahun yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu adalah sekretaris Ray yang bernama Fiona. Ray pun bergegas memasukkan bingkai foto itu ke dalam laci meja.
"Ada apa?" tanya Ray.
"Saya ingin mengingatkan jam satu siang ini Tuan ada janji dengan klien di cafe "Diamond".
Ray pun lantas melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul 12.30 yang artinya saat ini juga dia harus berangkat ke cafe yang letaknya cukup jauh dari kantor.
"Tuan menangis?" tanya Fiona saat mendapati sepasang netra sang direktur terlihat sedikit sembab.
"Ah, tidak. Sepertinya aku terlalu lama memandang layar monitor," bantah Ray.
"Saya mengerti perasaan Tuan. Kehilangan orang yang begitu kita cintai memang sebuah hal yang menyakitkan. Akan tetapi hidup harus terus berjalan. Semenjak kematian nyonya Arini, Tuan seperti kehilangan semangat hidup. Saya ingin Tuan Ray yang dulu. Tuan Ray yang tegas, penuh semangat, dan selalu menjadi inspirasi bagi kami," ungkap Fiona.
Ray tersenyum hambar.
"Terkadang saya berpikir Tuhan tidak adil pada saya. Kami sudah begitu lama menginginkan hadirnya anak di dalam pernikahan kami. Di saat Tuhan mengabulkan do'a saya untuk memiliki anak, Tuhan justru mengambil Arini."
"Percayalah. Tuhan tahu yang terbaik bagi kita. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan," ujar Fiona.
Fiona sudah lebih dari dua tahun bekerja di kantor Ray. Dia adalah orangtua tunggal bagi putri semata wayangnya. Ia terpaksa mengakhiri pernikahannya lantaran sering mendapatkan perlakuan kasar dari sang suami.
Dibandingkan dengan sekretaris Ray sebelumnya, sepertinya Fiona mendapatkan kepercayaan lebih. Ray seringkali mencurahkan isi hatinya ketika dirinya tengah menghadapi masalah. Meskipun usia Fiona jauh di bawahnya, namun Ray menganggap janda satu anak itu cukup bijak dan bisa dipercaya menjaga rahasia.
"Apa kamu sudah memesan meja untuk kami?" tanya Ray.
"Sudah, Tuan. Saya sudah memesan meja nomor 27."
"Baiklah. Saya berangkat sekarang. Jika ada yang mencari saya, katakan untuk kembali lagi besok pagi. Selesai menemui klien, saya langsung pulang ke rumah."
"Baik, Tuan."
Setengah jam kemudian Ray tiba di cafe.
Dia langsung menuju meja nomor 27 yang telah dipesan Fiona sebelumnya. Rupanya meja tersebut masih kosong.
"Orange juice satu," ucapnya pada salah satu pelayan sebelum ia menempati salah satu kursi.
Beberapa saat kemudian pelayan menghampiri mejanya dengan membawa nampan berisi minuman yang tadi dipesannya bersamaan dengan munculnya seorang pria di meja tersebut.
"Maaf, saya sedikit terlambat," ucapnya.
"Tidak masalah, saya baru saja tiba di cafe ini, Tuan ehm … "
"Nama saya Sean."
"Rayyan." Keduanya saling berjabat tangan.
"Saya ingin menawarkan kerjasama dengan perusahaan Tuan. Jadi saya mencari investor yang ingin menanamkan modal di perusahaan "TD". Silahkan Tuan baca penjelasan dan peraturannya di sini."
Pria yang mengenakan setelan jas itu meletakkan sebuah map di atas meja.
Rayyan pun mulai membaca isi yang tertulis di dalam surat perjanjian tersebut. Sebagai pengusaha yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia bisnis, tentu saja dia paham mana perusahaan yang benar-benar bonafit, dan mana perusahaan fiktif.
Tiba-tiba saja Rayyan menutup map berwarna biru itu lalu menyodorkannya kembali pada Sean.
"Apa Tuan sudah selesai membacanya?" tanya Sean.
"Sepertinya saya tidak perlu membacanya jika hingga selesai."
"Memangnya kenapa, Tuan?" Pria yang mengenakan setelan jas itu mengerutkan keningnya.
"Sudah berapa banyak orang yang menjadi korban penipuan anda?" tanya Rayyan.
"Apa maksud ucapan Tuan?"
"Jika anda berpikir saya orang bodoh yang akan menjadi korban anda selanjutnya, anda salah besar. Saya mengenal siapa pemilik perusahaan "TD". Jadi saya pun tahu logo perusahaan dan tanda tangan pemiliknya itu bukanlah asli alias palsu," ungkap Ray.
"Tuan jangan sembarangan menuduh. Saya bisa melaporkan Tuan dengan
tuduhan fitnah."
"Anda pikir saya takut dengan ancaman itu? Sekarang juga saya akan menghubungi polisi untuk menangkap penipu yang sedang beraksi di cafe ini!" Ray balik mengancam.
Entah karena panik atau terburu-buru, pria yang mengaku bernama Sean itu menjatuhkan map milikmu hingga membuat isi di dalamnya jatuh berserakan.
"Tidak lama lagi polisi akan segera tiba di termpat ini," ucap Ray yang sontak membuat pria itu kebingungan. Akhirnya dia pun memutuskan untuk meninggalkan meja Ray.
"Sial!" umpatnya."
Ray melajukan mobilnya menuju arah pulang menuju kediamannya. Kejadian yang baru saja dialaminya membuatnya tak habis pikir. Apakah di zaman sekarang ini orang akan menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan pribadi?
Sepuluh menit kemudian mobilnya sampai di lampu merah yang paling tidak ia sukai lantaran harus menunggu hampir dua menit untuk menunggu lampu Lalu lintas berganti warna menjadi hijau. Di saat itulah seorang pengendara sepeda motor berhenti tepat di sisi mobilnya. Bukan sepeda motor yang menjadi pusat perhatiannya, melainkan sebuah mainan mobil mini yang diletakkan di bagian belakang sepeda motor.
Entah mengapa tiba-tiba ia teringat Arsen. Rasa bersalah pun mulai menyerang. Ray menganggap Arsen adalah pembawa sial lantaran Arini meninggal dunia setelah memaksakan diri melahirkan seorang bayi laki-laki itu untuknya.
"Arsen pasti senang jika aku membelikannya mainan itu," gumamnya.
"Permisi, Pak," sapa Ray setelah menurunkan sedikit kaca mobilnya.
"Ya, Pak."
"Maaf, apa saya boleh tahu di mana Bapak membeli mainan itu?"
"Di toko mainan KIDS, Tuan. Kira-kira 500 meter sebelum lampu merah ini," jelas pria itu.
"Terima kasih."
Rayyan memutar balik mobilnya lalu melakukannya menuju toko mainan yang ditunjukkan pria itu.
"Arsen pasti menyukai mainan ini," gumamnya sesaat setelah mainan berbentuk mobil itu masuk ke dalam mobilnya.
Ray baru saja meninggalkan toko mainan itu dan bersiap meluncur ke jalan raya. Tanpa diduga mobilnya dihantam sesuatu yang begitu dahsyat dari arah belakang.
"Arsen," lirihnya sebelum kesadarannya hilang.
Bersambung …
Hai, pembaca setia…. ditunggu dukungannya ya….
Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰
Happy reading…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Kenyang
siapa dia Thor apa itu pria tadi yg brnama Sean😱
2022-12-14
1
Imma Dealova
Sean ini sebenarnya suami Sofia Kak🥰
2022-11-10
1
Suhaetieteetie
jngn2 yg nabrak rayyan si sean lagi karna dendam apa mama angkatny
2022-11-09
1