BAB 3

"Sekarang atau besok sama saja 'bukan? Kita pasti dipaksa penagih hutang itu untuk meninggalkan rumah ini," ucap Widya dengan entengnya.

"Kita seharusnya mencari jalan keluar, bukan pasrah begitu saja dengan keadaan," ucap Bimo.

"Mau usaha sampai jungkir balik sekalipun mustahil kita mendapatkan uang dua puluh juta dalam waktu seminggu."

"Apa Ibu sadar, Ibu lah penyebab masalah ini. Kalau Ibu tidak egois mementingkan Siska, kita tidak akan terlibat hutang dengan lintah darat itu," ucap Suci.

"Kalaupun ada yang salah, itu bapak kamu. Seharusnya dia bisa memberikan apapun yang aku inginkan."

"Ibu saja yang kurang bersyukur. Sebelum memutuskan menikah, Ibu sudah tahu 'bukan? Apa pekerjaan bapak, dan bagaimana kondisi keluarga kami? Kalau Ibu memang ingin hidup mewah dan bergelimang harta, kenapa Ibu tidak cari suami yang kaya?"

"Inilah salah satu sebab yang membuatku tidak betah tinggal di rumah ini. Selain pembangkang, kamu juga berani pada orangtua. Apa begini cara ibumu yang sudah membusuk di dalam tanah itu mengajarimu?"

"Widya! Jaga mulutmu! Tidak sepantasnya kamu bicara begitu. Kami tidak pernah mengajarkan hal-hal buruk kepada putri-putri kami. Kalaupun Suci membantahmu, itu karena sikapmu yang sudah keterlaluan!"

"Dia anak kandungmu, sudah pasti kamu akan membelanya."

"Aku membelanya karena dia benar."

"Sudahlah, lebih baik aku pergi ke kota dan tinggal bersama Siska. Aku sudah muak hidup bersama kalian, orang miskin!"

"Kamu mau pergi, Silahkan! Aku juga sudah tidak tahan lagi menghadapimu! Detik ini juga aku jatuhkan talak padamu! Kita bukan suami istri lagi!" tegas Bimo.

"Kamu pikir aku sedih berpisah darimu?" Aku masih cantik dan menarik. Aku pasti bisa mendapatkan suami baru yang lebih segalanya darimu," ucap Widya dengan angkuhnya.

Tidak berselang lama sebuah mobil berhenti tepat di hadapan rumah Suci. Pasti Widya yang telah memesannya melalui aplikasi.

"Ke kota, Pak," ucapnya pada pengemudi taksi. Tanpa salam Widya masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu lalu menutup pintu dengan kerasnya.

"Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan," gumam Bimo.

"Apa Bapak yakin dengan keputusan Bapak?" tanya Suci sesaat setelah mobil itu berlalu.

"Sebenarnya sudah lama bapak ingin mengutarakan niatan itu. Bapak mencoba bersabar dan berharap ibu sambung mu itu bisa berubah. Tapi, ternyata bapak salah. Dia justru semakin menjadi. Kini kesabaran bapak sudah benar-benar habis."

"Semoga ini keputusan terbaik," ujar Suci.

****

Keesokan paginya.

Suci beserta bapak dan kedua adiknya tengah mengitari meja makan. Seperti biasanya, Murni dan si bungsu Fitri akan pergi ke sekolah. Suci akan pergi ke kandang bebek, sementara sang ayah akan menjadi buruh pencari rumput.

Meskipun hanya sebakul nasi putih hangat dan sepiring telur dadar yang dipotong menjadi empat bagian, tak terdengar sedikit pun protes dari kedua bocah perempuan itu. Keduanya menikmati sarapan pagi mereka dengan penuh rasa syukur.

"Ibu kemana? Kok semalam tidak tidur di rumah?" tanya si bungsu Fitri dengan mata polosnya.

Suci dan sang ayah saling bersitatap. Tentu saja pertanyaan itu cukup sulit dijawab. Gadis sekecil itu belum paham apa arti perpisahan.

"Ehm … ibu-ibu berkunjung ke rumah sanak saudaranya," jawab Suci.

"Berapa hari, Mbak?" Giliran si sulung Murni yang bertanya.

"Ehm … entahlah. Mungkin berhari-hari."

"Kenapa kalian menanyakannya? Memangnya selama ini ibu sambungmu itu peduli pada kalian? Apa pernah dia menyediakan makanan di meja makan? Apa pernah dia mencuci baju kalian?"

"Walaupun ibu Widya tidak sebaik almarhumah ibu, tapi ibu Widya sering membelikanku mainan," ujar Fitri.

"Mainan itu dia beli dari uang hasil berhutang, dan pada akhirnya bapak dan mbakyumu yang repot," ucap sang ayah.

"Sudah jam setengah tujuh. Cepat habiskan sarapan kalian. Nanti kalian terlambat." Suci sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Kami berangkat dulu, Pak … Mbak."

Kedua bocah perempuan itu bergantian menyalami sang ayah dan sang kakak secara bergantian.

"Kalian belajar yang benar," ucap Suci.

"Ya, Mbak. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Kedua kakak beradik itu pun beranjak meninggalkan ruang makan.

"Tidak seharusnya Bapak berkata begitu di hadapan Murni dan Fitri. Murni mungkin sudah paham, tapi bagaimana dengan Fitri? Anak seusianya pasti belum cukup mengerti permasalahan orang dewasa," ucap Suci sesaat setelah kedua adik perempuannya berangkat sekolah.

"Bapak minta maaf, Nduk. Bapak hanya kesal saja dengan sikap ibu sambungmu itu. Dia tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Dia hanya melakukan apa yang dia inginkan tanpa peduli pada perasaan kita sebagai keluarganya."

"Tok tok tok!"

Obrolan keduanya terhenti saat tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu depan rumah mereka.

"Budhe Tini. Mari masuk," ucap Suci.

"Hari ini budhe memasak soto. Budhe sengaja membuat kuahnya lebih banyak agar bisa berbagi dengan kalian."

Wanita paruh baya itu meletakkan rantang dua susun di atas meja.

"Terima kasih, Budhe."

Wanita yang dipanggil budhe itu adalah kakak perempuan pak Bimo. Usianya sudah lebih dari empat puluh tahun tetapi ia tak kunjung mendapatkan jodoh. Tempat tinggalnya persis di belakang rumah Suci. Tentu saja di atas tanah peninggalan almarhum orangtua mereka.

Dulunya Tini pernah menjalin kasih dengan seorang pemuda di desa itu. Keduanya sudah sepakat untuk saling menikah. Namun, manusia hanyalah perencana. Calon suami Tini meninggal dunia di hari pernikahan mereka, hanya selang beberapa menit sebelum acara ijab qobul. Aji, begitulah nama pemuda itu. Ia ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya dalam keadaan telah mengenakan jas pengantin. Tidak diketahui pasti penyebab kematiannya yang mendadak itu. Tapi menurut pengakuan keluarganya, malam sebelum hari pernikahan itu, Aji sempat mengatakan tidak enak badan.

Tentu saja kematian Aji memberi pukulan hebat bagi Tini. Sejak saat itu dia tidak pernah lagi dekat ataupun menjalin hubungan dengan pria manapun.

"Anak-anak sudah berangkat sekolah ya?" tanyanya.

"Sudah, Budhe."

"Pasti nyonya besar masih asyik berkelana di alam mimpinya."

Nyonya besar yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah Widya.

"Ehm … ibu Widya kemarin siang pergi ke kota, Budhe."

"Hah? Mau apa dia di kota? Tidak mungkin dia bekerja."

"Ibu bilang mau tinggal bersama Siska di tempat kost nya."

"Ckckck. Benar-benar perempuan tidak punya adab. Setelah berhutang pada rentenir dengan menjaminkan rumah ini, sekarang dia pergi begitu saja. Aku tidak tahu lagi di mana letak pikirannya. Apa memang dia tidak punya pikiran?"

"Aku sudah menjatuhkan talak pada Widya, Mbak," ucap Bimo.

"Bagus! Mbak dukung 1000 persen keputusanmu. Seharusnya dari dulu kamu melakukannya."

"Selama dua tahun ini aku mencoba bersabar dan berharap dia berubah. Tapi ternyata dia semakin menjadi dan tidak bisa diatur. Semoga keputusan yang kuambil tepat."

"Dari awal Mbak tidak menyukai hubungan kalian. Mbak sudah mengingatkanmu, tapi kamu tidak menggubris ucapan Mbak."

Suara dering ponsel Suci membuat obrolan mereka terjeda. Suci pun bergegas masuk ke dalam kamarnya. Dia lantas menjawab panggilan tersebut.

"Siapa yang nelpon, Nduk?" tanya sang ayah.

"Dina, Pak. Dia memberi kabar jika hari ini juga aku disuruh berangkat ke kota."

"Kamu benar-benar tega ninggalin bapak dan adik-adikmu, Nduk?" tanya pak Bimo dengan mata berkaca-kaca.

Bersambung …

Hai, pembaca setia….

Ditunggu dukungannya ya….

Jangan lupa tinggalkan like, komentar positif, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰

🙏🙏

Terpopuler

Comments

Devi Handayani

Devi Handayani

hmmm rasain lohh benalu.... sekalian bayar tuh utang muu😠😠😠😠😠

2023-03-09

0

Devi Handayani

Devi Handayani

cereiin pak pak.... sampah kayak gitu yo dipungut😠😠😠😠😠😠😠😠

2023-03-09

0

Kenyang

Kenyang

sabar Gie pak Bimo doakn saja anakmu suci yg terbaik dn bisa membahagiakan BPK dan keluarga..😭😭🤲amin...agar BPK sekeluarga tidak di rendahkan istri jlng itu..😡

2022-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 Promo novel baru
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
Promo novel baru
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!