BAB 14

"Apa benar begitu?" tanyanya.

"Ti-ti-tidak, Tuan. Tadi saya berpapasan dengan nyonya Sofia saat melintasi tangga. Beliau lantas merebut paksa amplop berisi uang itu dari saya," ungkap Suci.

"Dia bohong! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri saat Suci mendorong nyonya Sofia." Zola yang selalu berada di kubu sang nyonya menimpali.

"Memangnya dari teras rumah ini bisa melihat ke arah tangga? Kamu baru masuk ke ruangan ini setelah mendengar suara teriakan nyonya setelah terjatuh. Itupun karena kesalahannya sendiri."

"Selain pembangkang, rupanya pengasuh pilihanmu ini juga pintar memutarbalikkan fakta. Sudahlah, pecat dia sekarang juga!" seru nyonya Sofia.

"Di mana uang itu sekarang?" tanya Rayyan.

"Uangnya diambil Nyonya, Tuan," jawab Suci.

"Mana uang itu, Bu? Aku yang meminjamkannya pada Suci," ucap Ray.

"Apa kamu ini sudah kehilangan akal 'hah?! Kenapa kamu meminjamkan uang sebesar itu pada gadis yang tidak punya sopan santun sepertinya? Bagaimana jika besok tiba-tiba dia kabur?"

"Saya terpaksa meminjam uang untuk membayar hutang keluarga saya pada rentenir. Jika hari ini hutang itu tidak dibayar maka bapak dan kedua adik saya harus angkat kaki dari rumah," ungkap Suci.

"Apa tidak ada alasan lain yang kamu pakai untuk menutupi kebohonganmu itu?"

"Demi Allah, apa yang saya katakan adalah jujur," ujar Suci.

"Sudahlah, berikan saja uang itu padanya. Aku harus segera bersiap ke kantor."

Meski terpaksa, nyonya Anita tidak memiliki pilihan selai memberikan amplop berwarna cokelat itu pada Suci.

"Hari ini juga kamu kirimkan uang itu pada keluargamu," ucap Rayyan.

"Oh ya. Apa boleh saya mengajak serta tuan muda Arsen? Selama ini dia pasti belum pernah melihat suasana di luar rumah. Tuan jangan khawatir, saya akan meminta mbok Asih untuk menemani kami," ucap Suci.

Rayyan hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya beranjak dari tempat itu.

Siang harinya.

"Lihat saja nanti, tuan muda pasti sakit setelah kamu kalian mengajaknya keluar rumah," cibir Zola pada sang Suci saat keduanya melintasi halaman rumah.

"Buruk sekali pikiranmu, Nona. Tuan muda akan baik-baik saja bersama kami. Permisi." Suci dan mbok Asih pun lantas berlalu dari hadapan Zola.

"Mari saya antar, Mbak, Mbok," ucap pak Seto, sopir pribadi nyonya Sofia.

"Tidak usah, Pak. Kami bisa naik taksi. Kami tidak ingin terkena masalah karena menggunakan mobil milik nyonya Sofia tanpa sepengetahuannya," ucap Suci.

"Ya sudah, kalau begitu kalian hati-hati."

Suci dan mbok Asih pun lantas meninggalkan rumah tersebut.

*****

Suci dan mbok Asih baru saja memasuki halaman kantor pos ketika tiba-tiba seseorang memanggilnya.

"Suci!"

Suci pun sontak menoleh ke arah suara. Rupanya petugas parkir.

"Maaf, kamu siapa? Apa kamu kenal saya?" tanyanya.

"Astaga. Ini aku, kawanmu di kampung, Hans."

"Hans? Sepertinya aku tidak memiliki teman bernama Hans."

"Bagaimana dengan Hanafi?"

Suci mengamati wajah juru parkir itu. Seingatnya Hanafi kawan masa kecilnya dulu memiliki tanda lahir di bagian lengan kirinya. Dari wajah, pandangannya beralih ke bagian lengan.

"Hanafi. Kamu benar Hanafi?"

"Syukurlah, Akhirnya kamu mengenaliku."

"Aku tidak menyangka kita bertemu lagi. Sejak kapan kamu berangkat ke kota ini?"

"Aku sudah hampir dua tahun menjadi juru parkir di tempat ini. Kamu sendiri, bagaimana kamu bisa berada di kota ini?"

"Dina yang mengajakku bekerja di kota ini."

"Apa Dina yang kamu maksud itu Dina kawan kita?"

"Ya, dia bekerja di kota ini juga sebagai asisten rumah tangga."

Tiba-tiba pandangan laki-laki bertubuh tinggi itu tertuju pada Arsen yang berada di gendongan Suci.

"Kamu sudah punya anak?" tanyanya.

"Oh, anak ini bernama Arsen. Aku bekerja sebagai pengasuhnya. Sedangkan beliau ini mbok Asih, asisten rumah tangga di rumah itu," jelas Suci."

"Jadi kamu bekerja sebagai baby sitter?"

"Ya, begitulah. Aku belum genap satu bulan bekerja di rumah itu."

"Lantas, apa tujuanmu datang ke kantor pos ini?"

"Aku ingin mengantar uang untuk bapak di kampung."

"Hebat juga kamu. Belum genap sebulan bekerja, tapi sudah mengirim uang."

"Ehm … aku terpaksa meminjam uang dari majikanku karena terpaksa, sebab hari ini juga aku harus membayar hutang pada rentenir. Jika tidak, bapak dan kedua adikku akan diusir."

"Apa aku tidak salah dengar? Bapak kamu pinjam uang ke rentenir dengan rumah sebagai jaminannya."

"Sebenarnya … sebenarnya bukan bapak yang meminjam uangnya. Tapi ibu sambungku."

"Bapak kamu menikah lagi?" tanya Hanafi. Suci menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ibu sambungku meminjam uang dengan menggadaikan rumah kami sebagai jaminan. Dia melakukannya tanpa sepengetahuanku ataupun bapak. Tiba-tiba saja seminggu yang lalu rumah kami didatangi penagih hutang. Mereka memukuli bapak sekaligus mengancam agar segera membayar hutang ibu sambungku. Akhirnya aku bilang pada penagih hutang itu jika aku akan melunasinya dalam waktu satu Minggu. Itulah sebabnya aku terpaksa meminjam hutang pada majikanku," ungkap Suci.

"Syukurlah, kamu memiliki majikan yang baik."

"Aku masuk ke dalam dulu."

"Tunggu! Aku boleh 'kan minta nomor teleponmu?" Hanafi mengambil ponselnya lalu menyodorkannya pada Suci. Gadis itu pun lantas mencatat nomor ponselnya di buku telepon.

"Terima kasih."

Suci dan mbok Asih pun lalu masuk ke dalam kantor pos.

Sebelum giliran antreannya tiba, Suci menyempatkan menghubungi sang ayah.

[Assalamu'alaikum, Pak]

[Waalaikumsalam, Nduk]

[Alhamdulilah, Pak. Aku sudah dapat uangnya. Sekarang aku sedang di kantor pos. Mungkin hari ini juga uangnya sampai]

[Bapak minta maaf, sudah menyusahkanmu, Nduk]

[Tidak apa, Pak. Yang terpenting sekarang Bapak dan adik-adik bisa hidup dengan tenang karena hutang ibu Widya sudah lunas]

[Tapi, Nduk. Darimana kamu mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu satu hari saja? Dan bagaimana cara kamu mengembalikannya?]

[Bapak tidak.usah pikirkan itu. Aku hanya minta do'a dari Bapak semoga Allah selalu melancarkan urusanku]

[Pasti, Nduk. Tanpa kamu minta pun bapak akan selalu mendoakanmu]

[Ya sudah, aku tutup dulu teleponnya. Sampaikan salamku untuk budhe dan adik-adik. Assalamu'alaikum]

Suci mengakhiri panggilan.

"Alhamdulillah ya Mbok, majikan kita baik, walaupun wajahnya menyeramkan. Jika bukan karena kebaikannya, saat ini aku pasti sudah bingung membayar hutang itu," ucap Suci sesaat setelah meninggalkan kantor pos.

"Menyeramkan?"

"Ya, Mbok. Aku tak berani menatap wajahnya. Sudah berjambang, rambutnya pun gondrong. Hiiii." Suci bergidik ngeri.

"Ya, begitu lah. Walaupun terkadang galak dan tegas, tuan Ray begitu baik pada kita."

"Kita mau langsung pulang atau kemana, Mbok?" tanya Suci.

"Sepertinya persediaan bumbu dapur dan lauk mulai menipis. Mungkin kita mampir ke pasar dulu."

"Oh ya. Aku baru ingat. Sabun mandi Arsen pun hampir habis."

"Ya sudah, sementara mbok berbelanja di pasar, kamu ke supermarket dulu," ucap mbok Asih. Suci mengangguk setuju.

Mbok Asih berjalan menuju pasar, sementara Suci memasuki supermarket yang berada tidak jauh dari pasar.

Suci baru menarik gagang pintu. Entah bagaimana, tiba-tiba saja dia menabrak seorang perempuan yang baru saja keluar dari supermarket tersebut. Akibatnya barang belanjaannya pun jatuh berserakan di atas lantai. Tak terkecuali telur yang baru saja dibelinya.

"Astaga. Apa kamu tidak punya mata 'hah!"

"Salah kamu sendiri, jalan sambil bermain handphone."

Perempuan itu pun lantas mendongakkan wajahnya.

"Kamu?"

Bersambung …

Hai, pembaca setia…. ditunggu dukungannya ya….

Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰

Happy reading…

Terpopuler

Comments

Nicky Nick

Nicky Nick

hadeeeh suci ktmu siapa lagi

2023-01-02

0

Kenyang

Kenyang

siapa dia aku jadi penasaran😱

2022-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 Promo novel baru
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
Promo novel baru
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!