BAB 4

"Aku minta maaf, Pak. Kalaupun aku memilih mengambil pekerjaan di kota, itu kulakukan demi keluarga kita. Aku tidak rela rumah yang menjadi tempat aku dilahirkan ini jatuh ke tangan orang lain apalagi jika kita yang harus angkat kaki. Dari mana kita bisa mendapatkan uang dua puluh juta dalam waktu seminggu?"

"Tapi, Nduk, hidup di kota itu keras. Banyak orang di desa ini yang nekad merantau di sana, hidup mereka justru semakin susah. Mau pulang kampung mereka malu, hingga pada akhirnya mereka melakukan segala cara demi untuk bertahan hidup." Tini menimpali.

"Pekerjaan yang ditawarkan Dina adalah sebagai pengasuh bayi. Bapak dan Budhe juga kenal dengannya 'bukan? Dia gadis baik-baik, tidak mungkin menipuku."

Pak Bimo terlihat berpikir sejenak.

"Ongkos ke kota itu tidak kecil, Nduk. Bapak sama sekali tidak memiliki uang tabungan. Kalaupun gajian, itu masih tiga hari lagi."

"Bapak tidak usah khawatir, aku masih punya uang simpanan. Sepertinya cukup kalau hanya untuk ongkos naik bis ke kota."

"Tetap saja kamu harus punya uang pegangan. Tidak mungkin kamu langsung gajian setelah sehari bekerja. Budhe hanya punya ini." Tini melepaskan cincin dari jari manisnya lalu diselipkannya di tangan Suci.

"Tidak usah, Budhe. Aku tidak ingin merepotkan siapapun."

"Tidak apa, Nduk. Cincin ini nanti kamu jual di toko emas di dekat terminal."

"Tapi, Budhe, …"

"Sudah. Kamu sendiri 'kan yang bilang ingin bekerja di kota biar hutang pada rentenir karena ulah Widya yang tidak tahu diri itu cepat lunas?"

Suci mengangguk pelan.

"Ya sudah, sekarang kamu rapikan pakaian atau barang apa saja yang sekiranya perlu kamu bawa. Apa perlu budhe bantu?"

"Tidak usah, Budhe. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Sebaiknya berangkat nya nanti menunggu kedua adikmu pulang sekolah. Kasihan kalau kamu tidak pamit pada mereka," ucap Tini. Sekali lagi Suci mengangguk paham.

"Ya sudah, budhe pulang dulu. Nanti kalau mau berangkat cari budhe di rumah bu Panji. Hari ini budhe dimintai tolong bantu masak-masak di sana. Ada pesanan catering untuk acara akikah di desa sebelah."

"Maturnuwun, Budhe. Aku berjanji kalau punya rezeki, aku akan mengganti cincin Budhe."

"Tidak usah kamu pikirkan, Nduk."

Jam 11 siang.

Si bungsu Fitri yang baru saja pulang dari sekolahnya terlihat keheranan saat mendapati tas berukuran besar yang berada di ruang tamu.

"Itu tas siapa, Mbak?" tanyanya.

"Itu tas mbak."

"Mbak Suci mau kemana? Kok bawa tas besar?" tanya gadis kecil berusia tujuh tahun itu.

"Mbak mau kerja di kota, Dek."

"Nggak boleh! Mbak Suci nggak boleh pergi!" Tiba-tiba saja tangis Fitri pecah. Dia lantas menghambur ke dalam pelukan sang kakak.

"Mbak harus pergi, Dek. Ini demi keluarga kita. Demi masa depan kamu juga," ucap Suci sembari mengusap rambut Fitri.

"Mbak Suci harus janji sering-sering pulang."

"Iya, Dek. Mbak janji akan sering-sering pulang. Kamu mau dibelikan apa? Baju? Boneka?"

Fitri menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak pingin apa-apa, Mbak."

Tidak lama kemudian terlihat Murni memasuki ruang tamu.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Tumben jam segini sudah pulang."

"Ada rapat guru, jadi siswa dipulangkan lebih cepat."

Sama seperti si bungsu, gadis yang kini duduk di bangku SMP itu juga penasaran dengan keberadaan tas berukuran besar di atas kursi ruang tamu.

"Itu tas Mbak 'bukan? Kenapa ada di sini? Mbak mau kemana?" tanyanya.

"Mbak Suci mau pergi bekerja di kota, Mbak," jawab Fitri.

"Kenapa mendadak begini?"

"Baru pagi tadi teman mbak menelpon. Mbak harus tiba di kota sebelum malam."

Tiba-tiba raut wajah gadis yang kini duduk di bangku kelas 1 SMP itu berubah murung.

"Kalau Mbak pergi siapa yang siapin sarapan kita? Siapa yang cuciin baju kita?"

Suci tersenyum seraya membelai rambut adik perempuannya itu.

"Murni, kamu 'kan sudah besar. Mulai sekarang kamu harus belajar mengurus ibu dan adikmu. Mbak pergi bukan karena kemauan sendiri, tapi mbak melakukanya demi keluarga kita. Kalian tidak mau 'bukan, jika kita harus meninggalkan rumah yang kita tinggali sejak lahir ini?"

Kedua kakak beradik itu kompak menggelengkan kepalanya.

"Mbak harap kalian bisa mengerti."

Suci lantas merengkuh tubuh kedua adik perempuannya itu ke dalam pelukannya. Ia harus terlihat tegar di hadapan mereka meskipun hatinya terasa begitu sesak.

"Suci pamit dulu, Pak," ucapnya seraya mencium punggung tangan sang ayah penuh takdzim.

"Maafkan bapak, Nduk." Bimo menyentuh puncak kepala puteri sulungnya itu. Ia tak sanggup lagi menahan buliran bening yang sedari tadi merebak di kedua bola matanya. Pria itu menangis untuk pertama kali setelah kematian istrinya beberapa tahun silam.

"Bapak tidak perlu meminta maaf. Yang perlu Bapak lakukan cukup mendoakan Suci agar di kota nanti Suci bisa mendapatkan pekerjaan dan majikan yang baik pula."

"Tentu saja, Nduk. Do'a bapak selalu menyertaimu."

"Mbak Suci janji ya, sering-sering pulang," ucap si bungsu Fitri sambil sesekali terisak.

"Iya, Dek. Do'akan semuanya lancar biar mbak bisa membelikanmu boneka beruang yang besar."

Sekali lagi Suci merengkuh tubuh kedua adik perempuannya sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan itu.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Seperti pesan yang disampaikan sang bibi sebelumnya, jika hendak berangkat, ia diminta mendatangi rumah bu Panji.

"Kamu mau kemana, kok bawa tas besar?" tanya pak Panji yang tengah membersihkan mobilnya di halaman rumah.

"Ehm … saya-saya mau berangkat bekerja ke kota, Pak."

"Tamatan SMP sepertimu mau kerja apa di kota? Banyak yang hanya punya modal nekad, akhirnya nasib mereka justru lebih menyedihkan dibandingkan saat mereka masih di desa."

"Dina yang menawarkan pekerjaan pada saya untuk bekerja sebagai pengasuh bayi."

"Pekerjaannya di kota saja tidak jelas. Sekarang kamu mau ikut-ikutan?"

"Tidak jelas bagaimana, Pak? Dina mengatakan jika dia bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah salah satu artis terkenal."

"Alah. Dia bicara begitu biar kamu tertarik. Bisa saja dia bekerja sebagai wanita penghibur atau, …"

"Maaf, Pak. Dina itu kawan baik saya. Saya harap Bapak tidak berprasangka buruk terhadapnya."

Tiba-tiba pria paruh baya itu mengamati penampilan Suci dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Dari kaki lalu berhenti di bagian dada. Membuatnya merasa tidak nyaman.

"Kamu ini sebenarnya cantik. Dadamu juga cukup berisi. Hanya saja penampilanmu terlalu tomboy," ucap pak Panji setengah berbisik.

"Bapak jangan kurang ajar ya!"

"Istriku sedang sibuk di dapur. Kalau kita melakukannya sebentar saja di ruang tamu, pasti tidak akan ketahuan." Tiba-tiba pak Panji merangkul pundak Suci dan nyaris memegang buah dadanya.

"Plak!" Sebuah tamparan yang cukup keras baru saja mendarat di pipi ketua RT itu.

"Kurang ajar! Berani kamu menampar saya 'hah!"

"Bapak yang sudah berlaku tidak sopan. Saya bisa saja menendang atau meninju Bapak."

"Sikap jual mahal mu ini justru membuatku penasaran," gumamnya. Dia pun lantas membekap mulut Suci dan memaksanya masuk ke dalam ruang tamu.

Bersambung …

Hai, pembaca setia….

Ditunggu dukungannya ya….

Jangan lupa tinggalkan like, komentar positif, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰

🙏🙏

Terpopuler

Comments

Thebel Yanix

Thebel Yanix

jangan sampe suci diperkosa pk panji...

2022-11-01

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 Promo novel baru
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
Promo novel baru
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!