BAB 8

"T-t-tapi, nyonya Sofia tidak mengizinkannya bekerja di rumah ini," ucap Zola.

"Sedari tadi aku dan mbok Asih kesulitan menenangkan Arsen. Tapi begitu dia datang Arsen langsung berhenti menangis."

"Nyonya Sofia menolaknya menjadi pengasuh tuan muda Arsen karena dia sama sekali belum berpengalaman."

"Berapa banyak pengasuh lagi yang keluar masuk di rumah ini. Kamu sendiri tidak bisa mengurusnya 'bukan?"

"Ehm, saya-saya, …"

"Di mana ibu?" tanya Rayyan.

"Nyonya Sofia mengatakan beliau menghadiri undangan pesta di rumah salah satu kawannya."

"Lanjutkan pekerjaanmu. Jangan membuat puteraku terbangun." Rayyan berlalu dari hadapan Zola lalu berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Ngapain kamu masih di sini? Apa kamu tidak mendengar perintah tuan Rayyan?" tanya Suci.

"Kamu jangan merasa menang dulu. Setelah nyonya Sofia pulang nanti, aku pastikan kamu akan diusir dari rumah ini!" ancam Zola.

"Uh … takut!" Lagi-lagi Suci menjulurkan lidahnya.

"Awas kamu!" Zola hendak menarik lengan Suci. Sial, di waktu yang sama Suci menutup rapat pintu kamar Arsen. Akibatnya jari-jari tangannya pun terjepit.

"Aww! Gadis kampung sialan!" umpatnya.

Rayyan yang tengah menaiki tangga sontak menoleh ke arah pelayan yang bertugas membersihkan rumah itu. Tatapannya yang tajam tentu saja membuat nyali Zola seketika menciut.

Sebelum sang tuan murka, ia pun memutuskan meninggalkan tempat itu.

Pukul 01.00 dini hari.

Suci terbangun lantaran merasa perutnya begitu melilit. Ia baru ingat terakhir kali dirinya makan saat di terminal sore tadi.

"Kalau aku tidak makan, bisa-bisa aku pingsan," gumamnya. Ia lantas menoleh ke arah ranjang bayi yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya. Arsen masih tertidur pulas setelah satu jam yang lalu terbangun karena haus.

Berusaha tak membuat suara, Suci membuka pintu sepelan mungkin. Ia berharap masih menemukan makanan di dapur untuk mengganjal perutnya yang kosong.

Perlahan ia melangkahkan kakinya menuju dapur. "Wah!" Satu kata itulah yang spontan terucap saat ia memasuki ruang dapur yang luas dan apik itu.

"Ada banyak lemari di ruangan ini. Di mana kira-kira mbok Asih menyimpan makanan?" gumamnya.

Satu persatu dibukanya pintu lemari yang berada di ruangan itu. Namun ia tak menemukan apapun selain perabot dapur.

Tiba-tiba pandangannya tertuju pada lemari pendingin yang berada di sudut ruangan.

"Apa ada makanan di dalam sini?" gumamnya lagi.

Suci membuka pintu kulkas bagian atas. Namun yang ditemukannya hanyalah daging mentah dan minuman dan makanan siap saji. Sorot matanya berbinar setelah ia membuka pintu bagian bawah kulkas tersebut. Tampak satu nampan kue bolu berukuran cukup besar yang baru dipotong sebagian kecil.

Suci mengambil nampan itu lalu meletakkannya di atas meja. Ia tak peduli meski cahaya di ruangan itu terbilang gelap. Tidak mungkin juga ia salah membedakan mana mulut dan mana hidung. Baru saja hendak melahap potongan ke tiga, Suci dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba menyentuh pundaknya.

"Ampun, Tuan. Saya lapar," ucapnya tanpa menoleh.

"Ini mbok Asih."

Detik kemudian lampu di ruangan itu menyala.

"Ma-ma-af, Mbok. Saya lapar sekali. Terakhir saya makan sore tadi di terminal," ucap Suci seraya memunguti remahan kue bolu di atas meja.

"Tidak apa kok, Nduk. Kalau kamu lapar masih ada nasi dan lauk sisa makan malam. Mau mbok ambilkan?"

"Tidak usah, Mbok. Alhamdulillah, kue bolu ini sudah cukup mengganjal perut saya."

Mbok Asih menuangkan air putih ke dalam sebuah gelas lalu meminumnya.

"Mbok, …"

"Ya, Nduk."

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?"

"Kamu ingin nanya apa?"

"Ehm, … memangnya ibunya tuan muda Arsen kemana?"

"Nyonya Arini meninggal sehari setelah melahirkan tuan muda Arsen."

"Innalilahi wa inna ilahi raji'un."

"Nyonya Arini bersikeras hamil meskipun dokter melarangnya untuk hamil dan melahirkan karena kandungannya lemah."

"Lalu, siapa Zola?"

"Zola itu sama dengan mbok. Sudah sekitar tiga tahun dia bekerja di sini. Selain membersihkan rumah, dia juga asisten pribadi nyonya Sofia. Sejujurnya mbok kurang menyukai sifat gadis itu."

"Memangnya kenapa, Mbok?"

"Zola pandai mencari muka dan suka menjilat."

Obrolan keduanya terhenti saat tiba-tiba terdengar bel rumah berbunyi.

"Siapa yang bertamu lewat tengah malam begini? Jangan-jangan, … hantu," ucap Suci.

"Itu pasti nyonya Sofia."

"Memangnya dia belum pulang?"

"Entah apa yang dikerjakannya di luar sana. Nyonya Sofia seringkali keluar di malam hari dan kembali ke rumah saat dini hari. Pernah beberapa bulan yang lalu dia pulang dalam keadaan mabuk berat."

"Biar aku yang membuka pintu," ucap Suci.

"Sebaiknya kamu kembali ke kamar. Bukankah nyonya Sofia sudah menolakmu? Dia bisa marah besar kalau tahu kamu masih berada di rumah ini. Mbok juga gak mau tuan muda Arsen terbangun hanya karena mendengarnya marah-marah."

"Baik, Mbok. Aku kembali ke kamar dulu."

Suci meletakkan kembali nampan berisi kue bolu itu ke dalam lemari pendingin sebelum akhirnya meninggalkan ruang dapur dan masuk kembali ke dalam kamar Arsen.

"Buka pintu saja lama sekali!" ketus nyonya Sofia.

"Ma-ma-af, Nyonya. Tadi saya sedang di kamar mandi."

Aroma alkohol seketika menyeruak memenuhi ruang tamu. Pun mbok Asih tidak berani bertanya apapun.

"Arsen rewel tidak, Mbok?"

"Tidak, Nyonya."

"Aku hampir menyerah mencari pengasuh Arsen Gadis yang tadi sore itu menyebalkan sekali. Jika aku menerimanya bekerja di sini, dia hanya akan membuat kekacauan," ucap nyonya Sofia. "Aku lapar. Apa di dapur masih ada makanan?" tanyanya kemudian.

"Ada, Nyonya. Sebentar saya ambilkan."

Mbok Asih meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan nampan berisi sepiring makanan. Nyonya Sofia yang memang seringkali melewatkan makan malamnya itu pun menyantap makanannya dengan lahap.

"Oek … oek …" Tiba-tiba saja terdengar suara tangis Arsen dari arah kamar.

"Lama-lama telingaku bisa pecah jika setiap hari mendengar anak itu menangis," gerutunya kesal.

Beberapa saat kemudian tangis bayi laki-laki itu mereda.

"Kenapa dia diam sendiri? Biasanya sekali terbangun dia akan menangis lebih dari satu jam."

"Ehm … anak kecil memang begitu, Nyonya."

"Tunggu. Kenapa Arsen tertawa? Dia tidur sendirian 'bukan?"

"I-i-iya, Nyonya."

"Aneh. Dia tidak mungkin tertawa jika tidak ada yang mengajaknya bercanda. Biar kuperiksa kamarnya. Aku khawatir ada yang mengganggunya," ucap nyonya Sofia seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Ja-ja-ngan, Nyonya!"

"Mbok ini kenapa?"

Nyonya Sofia meninggalkan meja makan kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Arsen.

Bersambung …

Hai, pembaca setia…. ditunggu dukungannya ya….

Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰

Happy reading…

Terpopuler

Comments

Nicky Nick

Nicky Nick

dah tua msh mabuk2 an nyaah...

2023-01-02

0

Kenyang

Kenyang

aduh apa yg akn trjadi ini penasarn aku😱

2022-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 Promo novel baru
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
Promo novel baru
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!