Mendapati Suci berada di dalam kamar sang cucu, tentu saja membuat nyonya Sofia meradang.
"Apa yang kamu lakukan di sini 'hah! Menjauh dari cucu saya!" teriaknya lantang. Arsen yang baru saja berhenti menangis itu pun sontak ketakutan hingga tangisnya kembali pecah.
"Tuan Rayyan yang meminta saya untuk menjadi pengasuh tuan muda Arsen, Nyonya," ucap Suci.
"Tidak ada seorang pun yang bisa menentang saya! Cepat angkat kaki dari rumah ini!"
"Jangan usir Suci, Nyonya. Hanya dia yang bisa membuat tuan muda Arsen berhenti menangis," ucap mbok Asih.
"Omong kosong! Kamu bukan siapa-siapa nya keluarga ini. Mana mungkin dia bisa menenangkan Arsen."
"Jika Nyonya tidak percaya, silahkan buktikan sendiri. Tuan muda Arsen akan berhenti menangis setelah Suci menggendongnya," ucap mbok Asih.
Suci pun mengangkat tubuh mungil itu dari ranjang bayi. Entah magnet apa yang dimilikinya, hanya dalam hitungan detik tangis bayi berusia satu tahun itu benar-benar mereda.
"Nyonya lihat sendiri 'bukan? Tuan muda langsung berhenti menangis setelah Suci menggendongnya."
"Alah! Itu hanya kebetulan saja. Jangan kamu pikir hal itu akan membuat saya berubah pikiran. Kali ini saya sedikit berbaik hati. Saya izinkan kamu tetap di kamar ini, tapi ingat. Besok pagi kamu harus meninggalkan rumah ini!"
"Terima kasih, Nyonya."
"Saya hanya tidak ingin Arsen kembali menangis dan mengganggu waktu istirahat saya." Nyonya Sofia beranjak dari kamar itu lalu menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Terima kasih, Mbok. Sudah membantu saya. Saya tidak tahu harus ke mana jika dini hari begini dipaksa pergi meninggalkan rumah ini," ucap Suci.
"Sepertinya kamu dan tuan muda Arsen berjodoh, Nak," ucap mbok Asih.
Suci menanggapi ucapan itu dengan senyum simpul di bibir.
"Ya sudah, mbok kembali ke kamar dulu. Tuan muda jangan rewel ya, Sayang," ucap mbok Asih seraya membelai rambut pirang Arsen. Tidak lama ia pun meninggalkan kamar tersebut.
****
Keesokan paginya.
"Kamu mau kemana?" tanya Rayyan yang mendapati Suci keluar dari kamar Arsen dengan menenteng tas miliknya.
"Nyonya Sofia tidak mengizinkan saya bekerja di rumah ini. Saya hanya diperbolehkan berada di rumah ini sampai pagi."
"Mbok! Mbok Asih!" panggil Rayyan.
"Ya, Tuan," sahut Zola yang muncul dari arah belakang rumah.
"Saya memanggil mbok Asih, bukan kamu!"
"Mbok Asih sedang berbelanja di warung, Tuan."
"Mana ibu?"
"Nyonya Sofia masih berada di dalam kamarnya. Sepertinya masih tidur."
"Nyonya Sofia baru pulang dini hari, Tuan."
"Jangan sok tahu kamu!" ketus Zola.
"Suci ini tidak sok tahu kok. Memang benar nyonya Sofia baru pulang dini hari. Saya sendiri yang membukakan pintu untuknya." Mbok Asih yang baru saja kembali dari warung itu menimpali.
Tiba-tiba pandangan mbok Asih tertuju pada tas milik Suci.
"Loh, kamu mau kemana, Nduk?" tanyanya.
"Nyonya Sofia tidak menginginkan keberadaan saya di rumah ini. Daripada menimbulkan masalah, lebih baik saya pergi. Terima kasih Tuan dan Mbok Asih sudah menerima saya dengan baik. Saya pamit dulu, Assalamu'alaikum."
"Mau pergi ya pergi saja. Tidak usah kebanyakan drama," cibir Zola.
"Kamu ini ada masalah apa dengan saya? Sejak saya datang ke rumah ini kamu selalu bersikap tidak ramah dengan saya," protes Suci.
"Hanya satu jawabannya. Kamu ini gadis kampungan. Tidak pantas tinggal di rumah ini."
"Sombong sekali kamu, Zola. Kamu pikir saya tidak tahu kamu pun juga berasal dari kampung." Mbok Asih menimpali.
"Sudah … sudah. Kalian jangan berdebat lagi. Suci, kembali ke kamar Arsen. Dan kamu Zola, lanjutkan pekerjaanmu," ucap Rayyan.
"Tapi, Tuan, …"
"Atau kamu sudah bosan bekerja di rumah ini?"
"Ti-ti-tidak, Tuan. Permisi."
Zola berlalu dari hadapan Rayyan lalu kembali dengan pekerjaannya.
"Astaga. Apa yang kalian ributkan pagi-pagi begini?" ucap nyonya Sofia sembari menuruni tangga.
"Aku memutuskan mulai hari ini Suci akan tinggal dan bekerja di rumah ini sebagai pengasuh Arsen," ucap Rayyan.
"Ibu tidak setuju. Arsen adalah cucu tinggal keluarga Bimantara. Dia tidak boleh diasuh oleh sembarangan orang apalagi gadis kampungan dan tidak berpendidikan sepertinya."
"Nyonya ini jangan sembarangan bicara. Meskipun saya lahir dan tumbuh besar di desa, saya mendapatkan pendidikan formal dan pendidikan agama yang cukup," bantah Suci.
"Sudah miskin, belagu lagi. Saya masih memiliki urusan yang lebih daripada berbicara dengan orang tidak penting sepertimu!"
"Saya pamit dulu, Assalamu'alaikum."
"Oek … oek … oek …"
Langkah Suci terhenti saat tiba-tiba terdengar suara tangisan Arsen. Mbok Asih pun pun bergegas masuk ke dalam kamar itu dan berniat memenangkannya.
Namun, sekeras apapun usahanya, tangis bayi berusia satu tahun itu tak kunjung reda. Suci yang sudah berada di tengah pintu utama itu tiba-tiba membalikkan badannya dan melangkah masuk ke dalam kamar Arsen. Ia tak memperdulikan nyonya Sofia yang berulang kali menghalaunya.
Suci membopong Arsen lalu mendekapnya penuh kasih sayang.
"Kamu haus ya, Sayang? Kak Suci buatkan susu ya."
Dengan sigap Suci membuatkan sebotol susu lalu memberikannya pada Arsen.
"Ibu lihat sendiri 'kan, Suci bisa mengurus Arsen dengan baik. Apa salahnya membiarkannya mengasuh Arsen. Lagipula sudah berapa orang yang mencoba menjadi pengasuhnya, tapi pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengundurkan diri. Alasannya karena sikap Ibu yang sama sekali tidak ramah," ucap Rayyan.
"Baiklah. Ibu izinkan dia menjadi pengasuh Arsen. Tapi, sekali saja dia membuat kesalahan, saat itu juga dia harus angkat kaki dari rumah ini!" tegas nyonya Sofia.
Ia pun lantas berlalu dari hadapan Rayyan.
"Terima kasih, Tuan." Entah disadari atau tidak, Suci meraih tangan Rayyan lalu menciumnya berulang.
"Astaga. Sudah. Jangan berlebihan begini," ucap Rayyan yang justru membuat mbok Asih terkekeh.
"Saya harap kamu bisa melakukan tugasmu dengan baik," imbuhnya.
"Baik, Tuan. Saya pasti akan merawat dan mengasuh tuan Muda Arsen dengan baik."
"Saya harus segera bersiap ke kantor," ucap Rayyan sembari berlalu dari ruangan itu.
"Alhamdulillah, mbok senang. Akhirnya kamu diperbolehkan bekerja di rumah ini," ujar mbok Asih.
"Ya, Mbok. Ini berkat bantuan Mbok Asih juga."
Keduanya tidak menyadari jika sedari tadi sepasang telinga mendengarkan obrolan mereka.
Bersambung …
Hai, pembaca setia…. ditunggu dukungannya ya….
Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰
Happy reading…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Kenyang
mudah mudahn suci bisa mndapt kebahagiaan di sini😊😊🤲amin
2022-12-14
1