BAB 5

"Eh, ada Nak Suci."

Kemunculan wanita yang kerap dipanggil Bu Panji itu tentu saja mengejutkan pak Panji. Namun rupanya laki-laki paruh baya itu mencoba bersikap setenang mungkin seolah tak terjadi apa-apa.

"I-i-iya, Bu. Saya datang ke sini untuk mencari budhe saya."

"Oh, mbak Tini masih di dapur. Sebentar saya panggilkan." Bu Panji berlalu dari teras rumah lalu masuk ke dalam dapur yang terpisah dari rumah utama.

"Kalau kamu mau, kamu kawin saja dengaku. Jadi, kamu tidak perlu capek-capek bekerja," ucap pak Panji setengah berbisik.

"Sekali lagi Bapak bicara seronok, saya tidak akan segan-segan melaporkan Bapak pada ibu Panji!" ancam Suci.

"Kamu jangan khawatir. Kalau kamu mau kawin denganku, aku akan membelikanmu rumah baru. Jadi kamu tidak akan tinggal satu atap dengan istriku yang sekarang gembrot itu. Aku pun sebenarnya sudah bosan dengannya."

"Oh, jadi begitu ya. Saya tahu dulu Bu Panji memiliki tubuh yang ideal. Bentuk badannya berubah setelah melahirkan anak kalian yang ke lima. Apa hanya karena hal itu Bapak berniat meninggalkannya dan mencari istri baru?"

"Aku malu kalau ke acara kondangan lantaran sering diledek berjalan dengan gajah bengkak."

Obrolan keduanya terhenti saat Tini muncul di teras.

"Kamu jadi berangkat, Nduk?" tanyanya.

"Iya, Budhe. Aku juga sudah berpamitan pada Murni dan Fitri."

"Ya sudah, hati-hati di perantauan. Jaga diri baik-baik, dan jangan sekalipun melewatkan sholat lima waktu."

"Ya, Budhe. Aku titip bapak, Murni dan Fitri."

"Kamu jangan khawatir, Nduk. Budhe pasti akan memperhatikan bapak dan adik-adikmu."

"Aku pamit dulu, Assalamu'alaikum."

"Kamu tidak pamit juga sama pak Panji?"

"Saya pamit dulu, Pak," ucap Suci seraya menahan rasa kesal.

"Kebetulan aku mau ke kantor kecamatan. Kamu bisa naik mobilku."

"Di ruang terbuka saja berani kurang ajar. Apalagi di dalam mobil," gumam Suci.

"Ehm, tidak usah, Pak. Saya naik angkutan saja." Suci mempercepat langkahnya meninggalkan rumah itu.

*****

"Empat ratus ribu," ucap seseorang yang menawar cincin emas milik Tini yang uangnya akan Suci gunakan untuk ongkos ke kota. Rupanya toko emas tempat cincin itu dibeli telah tutup beberapa bulan yang lalu karena bangkrut. Suci pun tidak punya pilihan lain selain menjual cincin itu pada pembeli emas yang membuka lapaknya tidak jauh dari terminal bus.

"Yang benar saja, Pak. Cincin ini emas asli loh. Beratnya pasti lebih dari satu gram," protes Suci.

"Iya. Tapi cincin ini emas muda dan tidak ada surat nya. Saya tidak berani memberi harga lebih. Kalau kamu menolak tawaran saya, silahkan jual saja di tempat lain."

Pria berkacamata itu menyerahkan kembali cincin itu pada Suci lalu melanjutkan membaca koran.

"Tolong lah, Pak. Saya butuh sekali uang untuk ongkos ke kota sekaligus sebagai pegangan saya sebelum saya menerima gaji."

"Begini saja, saya tambah lima puluh ribu jadi empat ratus lima puluh ribu."

"Tambah sedikit lagi, Pak."

Pria itu mendengus kesal sebelum akhirnya memberikan tawaran terakhirnya.

"Lima ratus ribu!" Ia pun lantas mengambil lima lembar uang pecahan seratus ribu dari dalam dompetnya lalu memberikannya pada Suci.

"Terima kasih, Pak."

"Ya. Hati-hati, di bis banyak copet."

Setelah membeli tiket seharga 150.000, ia pun masuk ke dalam bus. Tempat duduk yang dipilihnya adalah bangku bernomor 15 yang ada di dekat jendela.

"Mau ke kota ya, Mbak," sapa seorang perempuan yang duduk persis di sebelah Suci.

"Iya, Mbak."

"Kalau begitu tujuan kita sama."

"Mbak dari mana?"

"Saya dari desa Makmur."

Setelah cukup lama mengobrol, Suci merasa tenggorokannya begitu kering.

Ia baru ingat tak membawa makanan atau minuman apapun untuk bekal selama di perjalanan.

"Apa kita bisa berhenti sebentar di SPBU, Pak? Saya ingin membeli air mineral," ucap Suci pada kondektur yang tengah memeriksa tiket penumpang.

"Maaf, Mbak. Bus ini baru saja mengisi bahan bakar di SPBU sebelumnya. Kami juga harus mengejar waktu, tidak bisa berhenti sembarangan."

"Kalau Mbak haus, silahkan ambil ini. Kebetulan saya membeli dua botol air mineral," ucap penumpang itu sembari menyodorkan sebotol air mineral pada Suci.

"Tidak usah, Mbak. Nanti saja saya beli air mineral nya setelah saya sampai di terminal."

"Tidak apa, Mbak. Perjalanan masih jauh. Masa Mbak bisa menahan haus selama itu."

Suci yang awalnya menolak tawaran penumpang itu akhirnya menerima air mineral tersebut.

Dua jam kemudian.

"Mbak … bangun, Mbak."

Suci terperanjat saat seseorang mencolek pundaknya. Rupanya sang kondektur.

"Di mana ini, Pak?"

"Kita sudah sampai di terminal."

Suci memandang jam dinding yang berada di atas bangku kemudi. Waktu menunjukkan pukul lima sore. Semua penumpang telah turun tak terkecuali perempuan yang duduk bersebelahan dengannya. Ia pun bergegas beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan bus tersebut. Tiba-tiba terdengar suara khas dari dalam perutnya yang menandakan jika dirinya kini diserang rasa lapar.

"Nasi pakai sayur dan tahu, minum nya teh tawar hangat," ucapnya pada pemilik warung makan yang berada di area terminal. Dalam hitungan detik makanan dan minuman yang dipesannya itu telah tersedia di hadapannya.

"Berapa semuanya, Bu?"

"Lima belas ribu, Mbak."

Suci membuka salah satu resleting tas nya hendak mengambil dompetnya. Namun, tiba-tiba raut wajahnya berubah kebingungan lantaran ia tidak menemukan benda tersebut di dalam dompetnya.

"Kenapa, Mbak?" tanya pemilik warung.

"Dompet saya-dompet saya hilang, Bu," jawabnya dengan suara bergetar.

"Dicari dulu, Mbak. Mungkin terselip di pakaian."

Suci mencari dompetnya di semua ruang tas besar miliknya. Namun tetap saja hasilnya nihil.

"Mungkin dompetnya jatuh, Mbak." Pembeli yang juga tengah berada di warung makan itu menimpali.

"Tidak, Bu. Saya yakin sekali menyimpan dompet saya di dalam tas setelah saya membayar tiket bis."

"Ehm … maaf. Apa di dalam bus tadi ada seseorang yang memberi makanan atau minuman?"

Setelah beberapa saat, akhirnya Suci ingat jika seseorang memberinya sebotol air mineral hingga akhirnya rasa kantuk yang begitu kuat menyerangnya.

"Ya, Bu. Tadi penumpang yang duduk persis di sebelah saya memberi saya sebotol air mineral. Saya tidak mengingat apapun setelahnya. Saya baru bangun setelah kondektur bis membangunkan saya."

"Tidak salah lagi. Pasti air mineral itu sudah dicampur dengan obat tidur hingga membuat Mbak mengantuk. Saat Mbak tidur itulah penumpang yang duduk di sebelah Mbak mengambil dompet milik Mbak."

Tiba-tiba sendi-sendi Suci terasa lemas.

Belum juga tiba di tempat tujuan, ia sudah terkena masalah.

"Handphone! Aku harus segera menghubungi Dina," gumamnya.

Sekali lagi Suci memeriksa isi tasnya berharap ponselnya tidak turut raib.

Bersambung …

Hai, pembaca setia….

Ditunggu dukungannya ya….

Jangan lupa tinggalkan like, komentar positif, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰

🙏🙏

Terpopuler

Comments

Devi Handayani

Devi Handayani

hadehh klasik klasik😩😩😩😩😩😩

2023-03-09

0

Nicky Nick

Nicky Nick

suci gampang percaya ma orang sij

2023-01-02

0

Suhaetieteetie

Suhaetieteetie

suci dah diingetin hati2 teledor percaya sama orang lain

2022-11-02

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 Promo novel baru
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
Promo novel baru
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!