"Kenapa, Mbak? tanya pak Bondan pada Suci yang sedari tadi tak berhenti mengamati mobil sedan berwarna merah itu.
"Ti-ti-tidak apa kok, Pak."
"Mbak ehm, …"
"Nama saya Suci".
"Mbak Suci tunggu di sini sebentar. Saya temui Nyonya besar dulu di ruangannya," ucap pak Bondan.
Beberapa saat kemudian pak Bondan kembali menghampiri Suci lalu mengajaknya masuk ke dalam ruang tamu.
Suci berdecak kagum saat melihat ruangan yang ukurannya bahkan tiga kali lipat lebih besar dari rumahnya itu hingga ia tertarik pada sebuah foto berukuran besar yang dipajang di salah satu bagian dinding. Di antara potret ke empat wajah itu hanya seorang perempuan yang menggendong bayi saja yang tampak tersenyum lepas.
"Jadi kamu yang mau bekerja sebagai pengasuh Arsene?"
Dari foto berukuran besar itu pandangan Suci beralih pada sesosok wanita yang kini berdiri tepat di hadapannya. Ia tampak anggun mengenakan dress panjang berwarna maroon serta sepatu berwarna senada. Riasannya cukup tebal hingga wajahnya terlihat lebih putih dari warna cat dinding di ruangan itu.
"Ceritakan pengalamanmu mengasuh bayi," ucapnya dengan nada tegas.
"Hah?!"
"Apa kamu tidak dengar, nyonya Sofia memintamu menceritakan pengalamanmu mengasuh bayi," ucap seorang gadis yang berdiri persis di belakang perempuan itu.
"Saya-saya pernah membantu almarhumah ibu mengasuh kedua adik saya saat mereka masih kecil."
"Kamu jangan main-main! Saya tidak akan sembarangan memilih orang untuk menjadi pengasuh cucu saya. Dari sepuluh orang yang pernah menjadi pengasuh Rayyan, tidak ada satu pun yang becus mengurusnya."
"Saya pasti bisa mengurus Arsene dengan baik, Bu … eh, Nek … eh Nyonya."
"Kamu sendiri yang mengatakan belum memiliki pengalaman menjadi pengasuh bayi, tapi kamu seyakin itu bisa mengurus cucu saya dengan baik."
"Memangnya apa bedanya Arsene dengan adik-adik saya ketika mereka bayi. Di mana-mana perawatan bayi sama saja."
"Enak saja kamu membandingkan Arsene dengan dengan bayi lain. Arsene adalah calon pewaris tunggal perusahaan Bimantara group."
"Se istimewa apapun perlakuan kita pada Arsene, pada akhirnya dia tetap makan nasi seperti orang pada umumnya."
"Sekarang juga kamu tinggalkan rumah ini! Gadis sepertimu tidak pantas menjadi pengasuh cucu saya!" seru nyonya Sofia.
"Tolong beri saya kesempatan. Saya sudah banyak berkorban untuk bisa sampai di rumah ini. Bahkan saya kehilangan dompet saya saat di perjalanan."
"Kamu pikir saya peduli?!"
"Saya mohon beri saya kesempatan. Kalaupun harus pulang, saya bingung karena saya benar-benar tidak memiliki ongkos."
"Zola," panggil nyonya Sofia pada gadis yang sedari tadi membawakan tas milik sang nyonya.
"Ya, Nyonya."
"Suruh sopir menyiapkan mobil. Aku harus berangkat sekarang."
"Baik, Nyonya."
Gadis yang dipanggil Zola itu pun beranjak dari ruang tamu lalu berjalan menuju halaman rumah.
"Kenapa kamu masih di sini juga? Apa perlu saya memanggil security untuk menyeretmu keluar dari rumah ini?!"
"Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada bapak dan budhe jika aku gagal mendapatkan pekerjaan di kota? Apakah ini artinya kami benar-benar harus menyerahkan rumah kami pada rentenir?"
"Cepat tinggalkan rumah ini!" bentak nyonya Sofia. Dia lantas meninggalkan ruangan itu.
"Nyonya! Tunggu!" panggil seseorang dari dalam rumah. Namun sayang, sang nyonya telah masuk ke dalam mobil. Detik kemudian mobil itu pun meninggalkan halaman rumah.
"Maaf, kamu siapa?" tanya perempuan paruh baya berpakaian daster itu.
"Nama saya Suci. Tadinya saya berniat melamar pekerjaan sebagai pengasuh Arsene. Tapi, …"
Suci belum menyelesaikan kalimatnya namun tiba-tiba perempuan yang belum diketahui namanya itu menarik tangannya.
"Saya mau dibawa kemana?"
"Ini kamar tuan muda Arsene. Sedari tadi dia menangis tanpa sebab. Saya dan tuan Rayyan sudah mencoba menenangkannya tapi tangisnya justru semakin menjadi."
Di ruangan itu tampak seorang laki-laki yang tengah menggendong seorang bayi laki-laki. Usianya mungkin sekitar satu tahun. Laki-laki itu yang disebut tuan Rayyan sendiri memiliki penampilan yang jauh dari kata rapi. Hampir seluruh bagian wajahnya dipenuhi jambang dan rambutnya yang gondrong itu pun dibiarkan terurai.
"Bagaimana bayi itu mau tenang? Yang ada dia malah semakin takut melihat wajah anda," ucap Suci yang sontak membuat laki-laki berusia 35 tahun itu menoleh ke arahnya.
"Kamu siapa? Berani-beraninya masuk ke dalam rumah ini tanpa izin," ucap Rayyan.
"Suci ini yang akan mengasuh tuan muda Arsene," jelas perempuan paruh baya itu.
"Kamu sudah bertemu ibu?" tanya Rayyan atau yang kerap disapa Ray itu.
"Ehm … sebenarnya … saya tidak dite- …"
"Kamu sudah berpengalaman mengasuh bayi 'bukan? Pasti kamu tahu caranya menenangkan bayi yang sedang tantrum."
"Ehm … saya-saya, …"
"Mbok Asih ini kurang paham bagaimana cara mengurus bayi. Itulah sebabnya aku membuat pengumuman untuk mencari pengasuh Arsene," ujar Rayyan.
Dengan langkah ragu Suci melangkahkan kakinya menuju kamar yang didominasi warna biru itu. Meski tak yakin, dia mencoba mendekati Arsene lalu mengambil alih bayi laki-laki itu dari gendongan Rayyan.
"Hai, Sayang. Kamu kenapa menangis terus? Kamu mengantuk, lapar, atau bosan?" ucap Suci sembari menatap wajah bayi tampan itu. Arsene memiliki kulit putih, mata kebiruan, dan bibir kemerahan. Hanya dalam hitungan detik saja Suci sudah jatuh cinta padanya.
Ajaib. Bayi yang tengah belajar berjalan itu sontak menghentikan tangisnya. Dia lantas tersenyum lebar.
"Nah, gitu dong. Tuan Arsene tampan sekali loh kalau tersenyum," ucap Suci.
"Kamu hebat, Suci. Tuan muda langsung berhenti menangis setelah kamu gendong," puji mbok Asih.
"Mungkin tuan muda merasa tidak nyaman karena ruangan ini dingin. Lebih baik kecilkan AC nya lalu ganti pakaiannya dengan baju dan celana panjang," ucap Suci.
Dengan sigap mbok Asih menyiapkan baju panjang sang tuan muda, ia lantas memakaikannya pada Arsene.
"Kamu sudah merasa nyaman 'kan sekarang?" tanya Suci. Arsene menanggapinya dengan senyum lebar hingga memperlihatkan gigi susunya yang baru tumbuh itu.
"Setelah minum susu Tuan Arsene tidur ya, Sayang," ucap Suci. Penampilannya boleh saja tomboy dan sedikit menyerupai laki-laki. Tapi hatinya begitu lembut, apalagi terhadap anak kecil.
Mbok Asih semakin dibuat kagum pada Suci saat Arsene yang sudah kenyang minum susu formula itu mulai menunjukan tanda-tanda mengantuk. Tidak berselang lama bayi itu pun benar-benar terlelap dalam gendongan Suci.
"Mulai malam ini dan hari-hari berikutnya kamu tidur di kamar ini menjaga Arsen," titah Rayyan.
"T-t-tapi, Tuan. Saya-saya, …"
"Akhirnya, setelah banyak orang mencoba menjadi pengasuh, tuan muda Arsene menemukan pengasuh yang tepat," ujar mbok Asih.
"T-t-tapi, Tuan. Saya-saya, …"
"Sebutkan berapa gaji yang kamu minta," ucap Rayyan.
"Ap-ap-apa? Apa aku tidak salah dengar? Bagaimana mungkin aku diminta menentukan gajiku sendiri?" gumam Suci.
"Ehm … satu … dua … tiga. Tiga juta rupiah."
"Kamu sudah menikah?"
"Belum, Tuan. Tapi saya memiliki dua orang adik yang masih sekolah."
"Baiklah, aku akan memberikanmu gaji sebesar lima juta rupiah perbulan."
"Li-li-ma juta?" Apa itu uang semua, Tuan?"
"Bukan, itu daun kering. Kamu pikir aku sudah gila membayar gaji baby sitter dengan daun," gerutu Rayyan kesal.
"Maaf, Tuan. Saya hanya bercanda. Jangan terlalu serius jadi orang. Nanti cepat tua, cepat kena stroke lalu mati," ucap Suci.
"Saya ke kamar dulu, selamat malam."
Rayyan pun lantas meninggalkan kamar Arsene.
"Loh, ngapain kamu masih di sini? Tadi nyonya Sofia sudah mengusirmu 'bukan?"
Zola yang melintasi kamar Arsene tampak kebingungan saat mendapati keberadaan Suci di dalam sana.
"Aku-aku, …"
"Ayo cepat pergi sebelum nyonya besar pulang!" Zola menarik paksa tangan Suci lalu mendorongnya dengan kasar hingga ia terjatuh di atas lantai.
"Zola! Apa-apaan kamu!" seru Rayyan yang ternyata masih berada di ruang makan."
"Ini, Pak. Ada penyusup di rumah ini."
"Penyusup kamu bilang. Suci ini adalah pengasuh Arsen!".
"T-t-tapi, Tuan."
Suci menjulurkan lidahnya ke arah Zola hingga membuatnya mendengus kesal.
"Awas kamu, Suci!"
Bersambung ….
Hai, pembaca setia…. ditunggu dukungannya ya….
Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰
Happy reading…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Kenyang
senang bngt BacA cerita ini mnarik dn penuh tantangan🥰🥰
2022-12-14
0