"Saya bermaksud meminjam uang, Tuan."
"Untuk keperluan apa?"
"Sebenarnya-sebenarnya … ehm, tujuan saya bekerja di tempat ini adalah mencari uang untuk membayar hutang keluarga saya. Ibu sambung saya menggadaikan sertifikat rumah pada rentenir tanpa sepengetahuan bapak saya. Sementara uangnya ia gunakan untuk kepentingannya sendiri. Jika sampai besok hutang belum dibayar, keluarga saya terancam diusir dari rumah kami."
"Jika boleh saya tahu, berapa jumlah hutang ibu sambungmu?"
"Dua puluh juta, Tuan. Jadi, selama empat bulan ke depan Tuan tidak perlu membayar gaji saya."
"Bagaimana jika ternyata setelah saya memberikan pinjaman, kamu kabur dari rumah saya?"
"Demi Allah, saya tidak pernah terpikir untuk melakukan hal itu. Jika Tuan tidak percaya pada saya, Tuan bisa membuat surat perjanjian dengan disertai materai. Untuk isinya silahkan Tuan yang buat."
Suasana hening sejenak.
"Saya minta kartu identitasmu saja," ucap Ray.
"Ma-ma-af, Tuan. Dompet saya hilang saat dalam perjalanan ke rumah ini. Kartu identitas saya ada di dalamnya."
"Jika kartu identitas saja tidak ada, apa yang bisa dijadikan jaminan?"
"Saya yang akan menjadi jaminannya," ucap seseorang yang tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka.
"Mbok Asih?"
"Saya yang akan menjamin Suci tidak akan menyalahgunakan kepercayaan Tuan. Meskipun belum lama mengenalnya, saya yakin Suci gadis baik-baik. Dia bisa memegang omongannya," ucap mbok Asih.
"Besok pagi jam tujuh datang ke ruangan saya." titah Rayyan sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Suci.
"Apa ini artinya tuan Rayyan akan memberiku pinjaman, Mbok?"
"Meskipun kaku dan dingin, di mata saya tuan Ray adalah majikan yang begitu baik. Beberapa tahun yang lalu saya juga pernah meminjam uang pada beliau untuk membayar operasi suami saya yang mengalami kecelakaan, meskipun pada akhirnya suami saya meninggal dunia."
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."
"Bagi saya uang sebesar lima puluh juta bukanlah jumlah yang kecil. Saya sudah berkali-kali mengatakan agar memotong gaji saya setiap bulan. Tapi jumlah gaji saya selalu utuh. Apa kamu tahu bagaimana tanggapan tuan Rayyan saat saya membahas hutang itu?"
Suci menggeleng pelan.
"Tuan Rayyan mengatakan uang lima puluh juta itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan pengabdian saya di rumah ini," ungkap mbok Asih.
"Jika boleh kutahu, sudah berapa tahun Mbok bekerja sebagai juru masak di rumah ini?" tanya Suci.
"Mbok lupa kapan tepatnya mulai bekerja di rumah ini. Tapi yang jelas saat itu mbok belum menikah. Suami mbok sendiri dulu juga bekerja di sini sebagai security. Hingga sekarang digantikan pak Bondan," ungkap mbok Asih.
Suci mengalihkan pandangannya pada Arsen. Bayi yang yang sempat membuat seisi rumah panik itu pun tampak terlelap di ranjang bayi.
"Kamu harus lebih berhati-hati menjaga Arsen. Jangan sampai tuan Ray marah besar."
"Oh ya Mbok. Ada satu hal yang ingin saya tanyakan."
"Kamu mau tanya apa?"
"Saya sempat melihat wajah tuan Ray di foto yang dipajang di ruang tamu, kenapa penampilannya sekarang jauh berbeda?"
"Entahlah. Semenjak kematian nyonya Arini, tuan Ray yang dulunya selalu berpenampilan rapi mulai acuh pada penampilannya. Dia tidak pernah lagi mencukur jambang ataupun memangkas rambutnya. Hanya tuan Ray sendiri yang tahu alasannya mengapa dia merubah penampilannya."
"Akuyl yang sudah dewasa saja takut dengan penampilannya yang menyeramkan begitu. Apalagi anak sekecil Arsen."
"Di mana Arsen? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya nyonya Sofia yang tiba-tiba saja memasuki ruangan itu.
"Tuan muda Arsen baru saja tidur, Nyonya," ucap Suci.
"Zola bilang pada saya kamu memberikannya makanan sembarangan hingga membuatnya muntah-muntah. Apa benar begitu?" cecarnya.
"Dasar suka cari muka!" umpat Suci dalam hati.
"Itu tidak benar, Nyonya. Suci tidak memberi makanan apapun pada tuan muda selain bubur yang saya masak. Lagipula kaa dokter Nara, tidak ada yang yang perlu dikhawatirkan. Tuan muda Arsen muntah-muntah karena kekenyangan dan perutnya kembung karena bermain di taman," jelas mbok Asih.
"Memangnya siapa yang menyuruhmu mengajak cucu saya keluar rumah 'hah?!"
"Ehm … ehm … saya merasa tuan muda bosan bermain di dalam kamar. Itulah sebabnya saya mengajaknya bermain di taman."
"Ini salah satu alasan kenapa saya tidak menyukaimu. Kamu ini selalu merasa sok tahu dan sok pintar!"
"Ma-ma-af, Nyonya. Bukan begitu maksud saya. Saya hanya, …
"Di mana Zola?"
"Mungkin dia di halaman belakang."
"Sekali lagi kamu membuat cucu saya sakit atau terluka, habis kamu!" ancam nyonya Sofia. Dia lantas beranjak meninggalkan kamar Arsen.
"Aku heran. Nyonya Sofia dan tuan Rayyan adalah ibu dan anak. Tapi, kenapa sifat mereka sungguh jauh berbeda?"
"Sebenarnya … nyonya Sofia bukan ibu kandung tuan Ray."
"Apa?!"
"Mendiang tuan Bayu dan nyonya Sofia tidak pernah memiliki anak. Tuan Ray hanyalah anak angkat mereka. Meskipun begitu, di dalam surat wasiat tertulis jika 50% harta milik mendiang tuan Bayu jatuh pada tuan Ray, sementara separuhnya lagi jatuh pada tuan muda Arsen."
"Ja-ja-di, nyonya Sofia tidak mendapatkan warisan apapun dari mendiang tuan Bayu?" tanya Suci. Mbok Asih menggeleng pelan.
"Kenapa tuan Bayu tidak memberi sedikit pun warisan pada istrinya?" tanya Suci lagi.
Mbok Asih membuang nafas.
"Tuan Bayu meninggal dunia karena sakit jantung. Kebetulan siang itu hanya aku saja yang berada di rumah ini. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, mendinang tuan Bayu sempat berpesan sebuah kotak yang berada di bawah kolong tempat tidur. Aku cukup terkejut mendapati isi di dalamnya, yakni surat wasiat yang ditulis tangan dan sebuah buku diary."
"Buku Diary?"
"Ya. Dari buku diary itu aku tahu, selama ini tuan Bayu menyembunyikan kesedihan yang begitu mendalam. Dia mengetahui nyonya Sofia berselingkuh dengan pria lain bahkan memiliki anak darinya."
"Astaghfirullahaldzim!"
"Tuan Bayu sudah tahu kebusukan istrinya, kenapa dia diam saja?"
"Entahlah. Setiap orang punya cara masing-masing untuk menghukum kesalahan seseorang. Isi surat wasiat itulah caranya memberi hukuman pada nyonya Sofia."
"Apa Mbok tahu di mana anak hasil selingkuhan wanita ja*ang itu?"
"Dari catatan yang kubaca di dalam buku diary itu, aku juga tahu jika anak kandung nyonya Sofia adalah laki-laki. Mungkin kini masih duduk di bangku SMA."
"Apa tuan Rayyan tahu tentang rahasia ini, Mbok?" tanya Suci.
Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya.
"Tuan Ray tidak pernah tahu apapun karena saat itu beliau belum cukup umur. Isi surat wasiat itu pun hanya mbok saja yang tahu dan menyimpannya. Tapi, dengan kelicikannya nyonya Sofia bisa meyakinkan tuan Ray jika separuh harta warisan tuan Bayu adalah miliknya."
"Ckckck … benar-benar perempuan berhati ib*is! Apa Mbok tidak ada keinginan untuk mengungkap rahasia itu pada tuan Ray?"
"Mbok akan mengungkap rahasia itu pada waktu yang tepat. Kamu harus janji, rahasia ini jangan sampai bocor pada siapapun," ucap mbok Asih.
"Rahasia apa yang Mbok maksud?"
tanya Zola yang secara tiba-tiba muncul di tengah pintu.
"Zola? Apa dia mendengar semua isi percakapan kami?" gumam Suci.
Bersambung …
Hai, pembaca setia…. ditunggu dukungannya ya….
Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰
Happy reading…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
timbuljaya
zola kerjanya apa seh... selalu ada di antara suci n mbok asih. bersih" nya kpn si zola
2023-02-09
0
Nicky Nick
si pemguping zola...
2023-01-02
0
Kenyang
dasar Zola pmbantu laknat sok tau urusan orng lain😡😡
2022-12-14
0