Beware Of Mr. Amnesia

Beware Of Mr. Amnesia

One : The beginning

Dallas, US

23.00 PM

Sebuah sport car putih yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa itu melaju di jalanan Dallas Peak, tepat disisi puncak gunung di sneffes range.

Di belakangnya terdapat dua buah sportcar dengan warna berbeda yang mengejar dengan kecepatan tak kalah tinggi. Sosok yang berada di dalam mobil putih tersebut menampakkan senyum tipis ketika melihat salah satu mobil berwarna kuning akan membalap mobilnya.

Arshia Clarikson. Sosok yang berada dalam mobil itu langsung membanting kemudi ke arah kanan, menutup jalan yang akan dilalui oleh mobil kuning itu.

“Shit” umpat Evan, pria itu menginjak rem dengan spontan

“Kau terlalu gegabah, Evan” sahut Jacob

“Nice try, lil boy." Sambung Shia disertai kekehan kecilnya. Gadis itu menatap kearah kaca mobil. Melirik sekilas mobil kuning yang kini kembali melaju mendekatinya.

“Awas saja kau Shia!” ucap Evan kesal.

Begitu mendekati tikungan. Shia memasukkan mobil ke gigi satu. Kakinya menginjak kopling dengan penuh dan mengencangkan mesin. Setelah menaikkan RPM hingga 5000, Shia melepaskan rem pada tangannya sehingga menyebabkan roda belakang mobil berputar sangat cepat. Ketika Shia melepaskan koplingnya mobil putih tersebut langsung dipenuhi dengan asap sebelum akhirnya berhenti berputar.

Shia keluar dari mobilnya dengan melepaskan hands-free pada telinganya. Ia melangkah ringan mendekati Evan yang berdecak kesal di depan mobilnya.

“Bagaimana?” Tanya Shia disertai senyum tipis dan sebelah alis yang terangkat

“Aku mengaku kalah” Jawab Evan. Pria berambut gondrong itu membuka kembali mobilnya. Mengambil sebuah tas koper kecil dan membawanya keluar.

“Sesuai kesepakatan, 1 Juta dollar” lanjut Evan sambil menyerahkan koper tersebut pada Shia.

“Terima kasih.”

“Aku akan mengalahkanmu lain kali” ucap Evan bertekad.

Shia menyeringai tipis, ini sudah kali ke 6 pria itu selalu kalah jika balapan dengannya dan sudah jutaan dollar juga kerugian yang dialami pria itu karena taruhan yang mereka buat.

“Baiklah. Semoga kau beruntung di duel ke tujuh kita.”

“Jadi, apakah sudah berakhir seperti biasanya?” Tanya Jacob, dia menyandarkan tubuhnya pada pintu mobil. Jacob tidak ikut balapan, dia ikut hanya sebagai wasit agar balapan yang mereka lakukan terbukti ‘bersih’.

Evan mendengus kesal “Ini semua salahmu, kau bilang dia akan kalah jika ada di rute baru.”

“Aku hanya bilang dia mungkin 'tidak terbiasa dengan rute baru' bukan berarti dia kalah” Balas Jacob sambil mendelikkan bahu dan mentap ke arah Shia

“Aku tidak menyangka kalian memikirkan itu. Mungkin memang aku terlahir untuk jadi pemenang” Jacob tersenyum miring, Evan berdecak. Keduanya tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan Shia.

“Tapi, baru kali ini aku tau kalau di Dallas Peak ada lintasan drift.” Lanjutnya sambil memandangi pepohonan yang memenuhi sisi pegunungan yang miring.

“Beberapa tahun lalu tempat ini cukup terkenal. Bukan sebagai lintasan drift, tapi sebagai jalur karena banyak wisatawan yang kesini, namun karena sering terjadi longsor jadinya jalur ini ditutup” Jelas Jacob. Shia menganggukan kepalanya tanda menyimak apa yang Jacob katakan.

“Kami menyebutnya pegunungan Greenhills karena tempat ini penuh dengan pepohonan tidak seperti bagian utara yang ditutupi dengan salju" lanjut Jacob

“Really? Mungkin aku akan berkeliling sebentar sebelum kembali. sayang sekali jika aku langsung pulang tanpa menjelajah wilayah baru" Jacob hanya tertawa geli, Shia berbicara sambil melangkah masuk ke dalam mobil, "Sampai jumpa" Shia membuka kaca mobilnya lalu melambai singkat setelahnya gadis itu mamacu mobilnya mengelilingi rute yang baru saja ia lalui.

Di sisi lain tampak seorang pria dengan kemeja putih berdiri di depan sebuah jurang yang terlihat curam. Di belakangnya terdapat tujuh orang pria berseragam yang mengejarnya.

“Cepat cari dia!" seru lelaki berambut coklat yang tampak memberikan perintah kepada orang-orang yang mengikutinya.

“Try to catch me, huh" Pria yang menjadi objek pengejaran itu berdiri dengan tegap, mengabaikan rasa sakit pada tubuhnya akibat benturan jatuhnya pesawat di pegunungan itu, seolah itu adalah hal biasa baginya.

Tangan kanannya memegang sebuah pistol Desert Eagle yang terarah kedepan, siap membidik lawannya.

“AKHH”

Sebuah tembakan tepat mengenai jantung salah satu anak buah pria berambut coklat itu diikuti ringisan kesakitan hingga akhirnya sang korban langsung jatuh tak bernyawa. Bukan karena peluru yang bersarang di jantungnya namun karena ada racun dalam peluru yang ditembakkan hingga membuatnya langsung meregang nyawa dalam hitungan detik.

Seringian licik nampak diwajah tampan sang pelaku penembakan. Ia menatap rombongan pria yang kini berjumlah 6 orang didepannya. Sang bos komplotan tampak menarik perhatian pria itu.

“Tidak bisa ku percaya jika Frank yang memimpin kalian” Pria itu berucap dengan dingin namun ada nada remeh yang terselip di ucapannya

“Awalnya aku memang curiga mengapa jet pribadiku bisa mendarat dengan sangat mulus disini. Ternyata kau sudah membuat skenario yang bagus untuk kematianku yaa” Pria itu mengangguk-anggukan kepalanya. Pistol yang berada pada tangan kanannya ia mainkan dengan santai.

“Padahal bisa saja dilakukan dengan cepat, tapi kenapa kau memilih rencana yang merepotkan begini Frank?" lanjutnya

Frank mengetatkan rahangnya menahan rasa kesal atas ucapan meremehkan yang dilontarkan oleh ‘mantan tuannya’.

“Ada kata-kata terakhir, tuan?” ucap Frank, tangan kanannya mengarahkan pistol pada pria itu. Pria itu tersenyum miring ketika melihat tangan Frank yang bergetar ketika mengacungkan pistol ke arahnya.

“Entahlah, aku bertanya-tanya apa kalian mampu membunuhku?” tanya pria itu disertai kekehan kecil. Hal itu tentu saja membuat keenam pria didepannya meradang, hingga semuanya mengarahkan pistol pada pria itu.

“Wow, Kalian sangat brutal yaa”

DOR

Sebuah peluru menembus perut pria itu. Rasa terbakar oleh timah padat yang menembus kulitnya membuat ia meringis, tangan kirinya menyentuh bagian perutnya yang tertembak. Kemeja putihnya kini ternoda oleh merah darah yang sangat ketara. Ia menatap ke belakang lalu melompat, membiarkan tubuhnya menggelinding tak tentu arah. Hingga kesadaran pria itu menghilang ketika tubuhnya kehilangan banyak darah.

“Bodoh, mengapa kau menembaknya?!" marah Frank pada anak buahnya yang baru saja menembak.

Dengan langkah cepat Frank mendekat kearah jatuhnya sang ‘mantan tuan’ yang kini tak terlihat lagi raganya.

“Sekarang bagaimana kita membawa tubuhnya dalam keadaan hidup pada tuan muda kedua" lanjut Frank dengan kesal.

Pria yang menembak itu menundukkan kepalanya, saat itu ia melihat aliran darah dari salah satu rekannya yang mati tertembak.

“Boss, bagaimana jika kita menggunakan mayat Ed sebagai bukti” ucapnya.

Frank mengerutkan keningnya bingung, jelas tubuh Ed dengan ‘mantan tuannya’ berbeda. Bagaimana bisa ia mengelabui tuan muda kedua dengan itu.

“Kita bisa meledakkannya, katakan saja tuan muda pertama terjebak dalam pesawat yang jatuh dan meledak” ucap lainnya

“Ide bagus” jawab frank dengan senyum puasnya.

---------💕

Hello readers so this is my first story. Jujurly aku deg-degan banget mau up cerita ini tapi di satu sisi aku juga butuh tanggapan akan cerita yang aku buat so aku harap kalian bisa ngasih aku masukan-masukan sebagai pembaca supaya aku sebagai penulis pemula dapat berkembang.

hope you all like this story yaa🥰

Full love : Rose.vody

Terpopuler

Comments

Deli Waryenti

Deli Waryenti

kok "akan membalap" kan memang sedang balapan. mungkin maksudnya mau menyalip ya...

2023-04-19

0

Deli Waryenti

Deli Waryenti

biasanya orang menyebut "timah panas" Thor, bukan "timah padat"

2023-04-19

0

Deli Waryenti

Deli Waryenti

mungkin kalimat yg cocok, "cepat tangkap dia" ya Thor

2023-04-19

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!