Six : Arshia Clarikson

Berkali-kali Shia menghela napasnya. Setelah menempuh 3 jam perjalanan menuju Texas akhirnya dia tiba di depan sebuah mansion putih dengan pagar yang menjulang tinggi.

Gadis itu mematung memikirkan sudah berapa lama dia tidak kembali ke tempat ini, mungkin 5 atau 6 tahun. Entahlah Shia lupa namun satu hal yang dia ingat, dia harus meninggalkan mansion mewah itu demi melupakan masa lalunya dan menghindar dari masa depan yang telah di tentukan ayahnya.

“Nona Shia” sapa seorang pria yang sedang berjaga di sekitar halaman depan mansion itu ketika menyadari gadis cantik yang berada di balik pagar putih itu adalah nona muda mereka.

“Silahkan masuk nona, tuan akan senang dengan kedatangan anda” lanjutnya sambil membuka gerbang putih itu dengan raut bahagia.

“Tidak Nick. Berikan saja ini padanya” Ucap Shia sambil menyerahkan sebuah paper bag kecil ketika gerbang itu telah terbuka sebagian. Nick menatap kearah Shia dan paper bag itu lalu tersenyum kecil.

“Saya rasa tuan akan lebih bahagia bila anda memberikannya secara langsung” ucapnya

“Kau membantah ya!” ucap Shia kesal. Ia memang sudah mengenal Nick sejak kecil. Dulu pria itu adalah pengawalnya ketika dia masih tinggal di mansion ini.

“Tuan sedang sakit, apa nona tidak ingin melihatnya?” tanya Nick

“Aku sudah bertemu dengannya saat dia di rumah sakit. Ngomong-ngomong tanganku pegal” ucap Shia sambil menggoyangkan tangannya yang masih menjulur menyerahkan paper bag itu pada Nick

“Astaga, maafkan saya nona” dengan cepat Nick mengambil paper bag itu. Shia tersenyum tipis lalu tanpa mengatakan apapun Shia pergi dari tempat itu dengan supercar putihnya.

Berbeda dengan Nick yang langsung tergesa masuk kedalam rumah dan mencari keberadaan tuan besarnya yang saat ini sedang fokus dengan dokumen di atas meja kerjanya.

“Lagi?” tanya Pria paruh baya itu

“Benar tuan” jawabnya lalu pamit undur diri.

Senyuman tipis tercetak dibibirnya. Tangannya beralih membuka paper bag berwarna hitam itu dengan pita putih dan secarik kertas bertuliskan ucapan selamat padanya.

“Hadiah ulang tahun dari nona Shia?” tanya Ken, asisten pribadi Robert

“Benar” jawab Robert sambil mengeluarkan kotak berisi dasi dan pin yang memiliki ukiran unik.

“Nona Shia masih menyayangi anda” ucap Ken

“Bukan. Ini bukan hadiah tapi sebuah bukti bahwa ia baik-baik saja selama diluar.”

Ken terdiam, ia menatap Robert yang memandang sendu secarik kertas itu

-------

Setelah mengirimkan hadiah pada ayahnya, Shia memutuskan untuk mengunjungi restoran favorit ibunya. Buccees resto, sebuah restoran fine dining khas Texas.

Shia tidak memakan makanannya hanya mengacak-acaknya menggunakan sendok dan garpu. Tanpa menyadari bahwa dari awal dirinya masuk dan duduk ada sosok pria yang menatap penuh kekaguman pada Shia.

“Hello, beauty..” Sapa pria itu

Shia mendelik tidak suka, Dia kembali mengacak makanan dipiringnya.

“Jika tidak dimakan, kenapa dipesan?” tanya pria itu

“Not your business, pretty boy!” Sahutnya ketus

Pria itu menarik kursi yang berhadapan dengan Shia lalu menyodorkan tangannya.

“Mau berkenalan denganku?” tanyanya

“No, Thanks” Shia bangkit dari duduknya ketika melihat seorang pelayan mendekat dengan beberapa bungkus makanan. Shia mengambil alih bungkusan itu dan mengucapkan terima kasih.

“Kau akan menyesali penolakanmu ini nona!” seru pria itu ketika berada di sebelah Shia.

“Anggap saja begitu” Shia melangkah keluar, menuju parkiran tempat mobilnya berada.

Shia menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan penuh membelah jalan raya yang terlihat sedang sepi.

-------------

Tepat Jam 10 Liam membuka matanya. Netranya menyusuri ruangan yang menjadi tempat dirinya berada. Kepalanya berdengung ketika berusaha berpikir lebih keras.

Dia menatap perban ditubuhnya lalu menyentuhnya dengan pelan. Liam ingat setelah Shia selesai membalut lukanya Liam malah emosi dan langsung memasuki kamarnya tanpa berbicara apapun.

Kini ia diliputi perasaan kalut, bagaimana jika Shia mengusirnya karena membuat gadis itu kesal. Liam menyibak selimut lalu berjalan keluar, dia berdiri tepat di depan kamar Shia.

“Shia..” Seru Liam setelah mengetuk pintu kamar Shia.

Tak mendapatkan jawaban, Liam membuka sedikit pintu itu. Mengintip di antara celah yang ada.

“Shia..” seru Liam lagi

Setelah keraguan beberapa saat akhirnya Liam melangkah masuk. Ini pertama kalinya Liam memasuki kamar Shia. suasana kamar ini berbeda dengan kamar yang dia tempati.

Kamar ini terlihat lebih kelam dengan warna dinding abu-abu dan juga beberapa lukisan abstrak yang didominasi warna hitam yang menghiasi dindingnya.

Liam melangkahkan kakinya menuju lemari kaca berisi piala yang menarik perhatiannya. Piala penghargaan atas prestasi wanita itu di bidang akademik dan 4 piala kejuaraan balap yang di dapat 2 tahun terakhir.

Netra Liam teralihkan pada sebuah piagam penghargaan dengan ukiran kata ‘RELIAM” di tengahnya. Di samping piagam itu terdapat foto seorang gadis dan laki-laki remaja. Gadis itu menggunakan seragam SMA, wajahnya tampak polos dan lugu, Liam sangat yakin itu adalah Shia. Tapi dia tidak tau siapa lelaki di sebelahnya.

Setelah cukup puas mengamati lemari piala Shia. Liam beralih pada rak susun yang berisi buku. Dia mengambil salah satu buku dan membawanya keluar dari kamar Shia.

---------

Shia sampai di apartemennya setelah perjalanan yang cukup panjang. Ketika membuka pintu, dia mendapati Liam sedang duduk sambil membaca sebuah buku.

“Kau mengambil buku dari kamarku?” tanya Shia, Liam menatap kearahnya disertai dengan anggukan kecil setelah itu dia melangkah mendekat ke arah Shia.

“Kau meninggalkanku!" seru Liam setelah berada tepat di depan Shia.

“Aku membelikanmu makanan dan pakaian” ucap Shia sambil meletakkan semua belanjaanya di meja. Ia mendudukan dirinya di kursi di tempat Liam duduk sebelumnya.

“Sebenarnya apa pekerjaanmu?” tanya Liam

“Kenapa?”

“Kau keluar saat malam dan kembali siang hari” ucap Liam polos namun terlihat sedikit khawatir.

“Kau tau aku pergi tadi malam?” tanya Shia. Liam mengangguk, dia mendengar ketika Shia pergi tadi malam dan baru kembali sekarang.

“Kau bukan wanita panggilan kan?” tanyanya.

Shia tidak dapat menahan tawanya ketika mendengar ucapan Liam. Apakah pria itu akan berpikir dia memiliki ‘suggar daddy’ yang menghidupinya.

Tawa renyah yang indah dan manis itu membuat Liam terpaku. Shia memang seperti sosok malaikat baginya. Gadis itu menyelamatkannya, memberinya tempat tinggal dan merawatnya. Meskipun sejujurnya dia bosan ditinggal cukup lama oleh Shia namun ketika melihat Shia datang melalui pintu yang tertutup dan suara tawa yang kini hadir membuat Liam melepaskan segala rasa bosannya.

“Apa yang kau khawatirkan? Aku seorang drifting” Jawab Shia disela tawanya. Sedangkan Liam menatap tak percaya pada jawaban Shia.

“Jadi kau bukan simpanan seseorang?” tanya Liam memastikan

Shia menahan umpatannya ketika dugaannya benar, Liam pasti berpikir macam-macam. Padahal waktu yang dia gunakan habis di perjalanan.

“Jika aku simpanan seseorang, kau tidak mungkin berada disini." Liam menganggukan kepalanya tanda mengerti berarti semua piala kejuaraan balap yang ada di kamar gadis itu adalah miliknya.

“Sudahlah, makan saja ini. Aku membelinya di restoran favorit ibuku”

Shia membuka kotak makanan di depannya. Lalu memakan pasta itu dengan tenang. Baru satu suapan ucapan Liam justru membuat suapannya terhenti

“Dimana ibumu?” Shia mengulas senyum tipis lalu menatap Liam

“Di tempat yang jauh”

“Kau tidak ingin menemuinya?”

“Mungkin suatu saat” jawab Shia. Ia kembali menyuapkan pasta ke dalam mulutnya meskipun tidak bisa dipungkiri rasa sesak menjalar di dadanya.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

nama liam orang yg sangat berarti bagi shia,,,, lanjutkan thor....

2023-03-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!