Pukul 03.50 AM
Shia terbangun karena rasa mual yang melandanya. Ia langsung menuju toilet, ketika sudah berada di kamar mandi, Shia langsung memuntahkan semua makanan yang ia makan tadi. Makanan yang ia beli dari restoran favorit ibunya.
Shia kira hal ini tidak akan terjadi lagi namun dugaannya salah, traumanya kembali muncul hanya karena makanan. Shia menetralkan nafasnya yang tidak beraturan. Bayangan masa lalunya kembali melanda.
“Kau sakit?”
Shia hampir melonjak kaget ketika mendengar suara Liam di belakangnya, Shia menoleh ketika melihat Liam mendekat dan mengusap punggungnya
“I’m okay.” Ucap Shia. gadis itu bangkit membuat usapan Liam pada punggungnya terhenti. Shia menggosok giginya, Liam hanya diam memperhatikan barulah setelah Shia selesai Liam menariknya keluar dari kamar mandi.
“Mau kemana?” tanya Shia bingung ketika Liam membawanya kearah pintu keluar
“Rumah sakit”
“Kau bisa membawa mobil” tanya Shia, pasalnya ia merasa tidak bisa konsentrasi saat mengemudi karena rasa sakit yang menjalar di kepalanya.
“Kau bisa memberitahu ku caranya” Shia membelalak, dia dengan cepat menepis tangan Liam membuat pria itu menoleh kearahnya.
“Kenapa?” tanya Liam dengan nada rendah
“I’m okay Liam”
“Tapi kamu memuntahkan semua makanan mu” Liam berdecak kesal
“Aku terlalu kenyang makanya muntah” bohong Shia, wajahnya terlihat pucat. Liam melangkah mendekat, pria itu meletakkan tangannya di dahi Shia
“Kamu demam, ayo istirahat aku akan mengompresmu” Liam kembali menarik Shia ke kamar gadis itu. Shia menurut ketika Liam menyuruhnya untuk tidur di atas ranjang lalu pria itu keluar.
Hampir 10 menit, Liam kembali dengan tangan yang membawa tempat berisi air dan kain. Dengan lembut Liam mengusap dahi dan leher Shia.
“Sudah lama aku tidak di layani seperti ini” ucap Shia dengan kekehan kecil
“Selama ini kamu tinggal sendiri?” tanya Liam
“Baru 6 tahun” ucap Shia. Liam terdiam, usia Shia sekarang 22 tahun jika 6 tahun artinya gadis itu sudah hidup sendiri sejak usia 16 tahun, bukankah terlalu dini untuk seorang gadis berusia 16 tahun hidup sendirian di dunia luar yang berbahaya seperti ini.
“Di mana keluargamu?”
“Entahlah, apa aku punya?” tanya Shia pada dirinya sendiri. Liam terdiam kaku. Ia tidak bermaksud membuat Shia menceritakan hal sedih di hidupnya tapi ia penasaran sosok seperti apa Shia sebenarnya.
Liam masih telaten mengusap wajah Shia yang dipenuhi keringat dingin. Gadis itu sudah tertidur dengan dahi yang mengeryit.
“Nightmare, hmm?” Bisik Liam pelan.
Liam menghentikan usapannya, dia menatap Shia lekat. Liam mengecup dahi Shia, pria itu menjauhkan diri ketika merasa Shia sudah mulai kembali tenang. Ia mengambil kembali handuk kecil yang sudah lembab itu dan meletakkannya di kepala Shia.
“Sweet dream, Shia”
---------------
Shia terbangun ketika merasakan cahaya matahari yang mengusik tidurnya. Tangannya terangkat mengambil kain yang berada di kepalanya. Ia tersenyum tipis ketika mengingat bahwa Liam merawatnya semalam.
Gadis itu bangkit dan beranjak menuju kamar Liam. Shia membuka pintu dengan pelan. Ia menatap Liam yang masih tertidur di atas ranjang dengan tubuh tertutup selimut.
Shia mendekat, tangannya terulur hendak membangunkan Liam, namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh Liam. Tanpa bisa Shia tebak, Liam membalikkan posisi mereka. Kini Shia berada di bawah Liam.
Dada bidang pria itu terlihat menggoda namun tidak dengan tatapan Liam yang tajam. Ketika menyadari bahwa sosok di bawahnya adalah Shia dengan cepat dia bersingut menjauh.
“Maaf” sesal Liam. Pria itu mengalihkan pandangannya ke samping enggan menatap Shia yang masih terbaring di ranjangnya.
“Shia..” panggilan Liam membuat Shia bangkit dan menatap pria itu datar. Ia masih syok dengan hal yang baru saja terjadi
Liam menarik tangan Shia, membawa gadis itu keluar dari kamarnya.
“Lain kali jangan masuk ke kamar pria manapun saat pagi hari!"
BRAK
Liam menutup pintu kamar dengan kuat meninggalkan Shia yang mematung. Sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi bahwa Liam menyerangnya.
Di dalam kamar, Liam menatap kearah tangannya sendiri. Bukan itu yang ingin dia lakukan tapi tubuhnya bergerak sendiri, seolah dia sudah terbiasa dengan reflex untuk bertahan dan menyerang.
Liam terdiam, dia teringat ketika Shia berada di bawahnya. Liam mengacak rambutnya dan menghela nafas frustasi.
“Apa dia tidak melihat bagaimana penampilannya sebelum datang kesini!”
-----------
Liam keluar dari kamarnya dengan rambut yang basah. Ia menatap Shia yang sedang duduk menonton televisi. Liam menghela nafasnya, Shia masih dengan tampilannya tadi pagi. Kaos hitam kebesaran yang menutupi celana pendek gadis itu. Mungkin jika orang lain yang melihat maka mereka akan berpikir jika Shia tidak menggunakan celana.
Mendapatkan pergerakan di sampingnya Shia menoleh, dia menatap Liam yang menduduk seperti enggan menatap kearahnya.
Shia menggerakkan tangannya di depan wajah Liam. Namun netra biru pria itu justru menatap ke arah pergelangan tangannya yang sedikit memerah.
“Maaf” Ucap Liam
“It’s okay” ucap Shia tersenyum tipis
Liam meraih tangan Shia dan mengusap pergelangan tangannya, dari tingkahnya Shia bisa menebak bahwa pria itu menyesal akan tindakannya sendiri.
“Sakit?” tanya Liam
“Sedikit” ucap Shia jujur
Deringan telpon mengganggu suasana yang tercipta diantara keduanya. Shia meraih handphone di atas meja dan melihat David menelponnya. Shia sedikit menjauh dari Liam lalu mengangkat telponnya. Liam terdiam, dia menatap tak suka kearah handphone Shia.
Liam masih memperhatikan Shia dari mematikan telponnya hingga bergerak dengan cepat memasuki kamarnya.
Shia keluar dari kamar mengenakan celana jeans panjang yang memiliki robekan pada lututnya dipadukan dengan atasan crop top berwarna putih yang dilapisi dengan jaket bomber berwarna hitam.
Liam berusaha abai ketika Shia duduk di sisinya dan mengenakan sepatu converse berwarna putih.
“Aku pergi dulu, bye!” ucap Shia tanpa menunggu respon Liam karena gadis itu sudah keluar dengan kunci mobil di tangannya.
"Kau benar-benar mengabaikan dan meninggalkan ku lagi, Shia" gumam Liam
Shia berada di basement apartemennya. Dengan tergesa Shia melajukan mobilnya menuju lokasi David, senyum lebar tercetak dibibirnya. Stan's Automotive milik David adalah tujuannya.
Temannya itu menelpon dan memberitau bahwa pesanan Shia sudah datang. Senyum Shia semakin merekah ketika melihat mesin kelas kakap produksi dari Toyota 2JZ-GTE berada di depannya. Mesin yang sangat terkenal di dunia Drifting dan juga Drag Race, mesin yang sangat ideal untuk balapan karena memiliki capasitas sebesar 3000cc dan dapat mengeluarkan output 1000++hp dengan parts aftermarket yang menunjang.
“Look at your face, how happy you are" ucap seorang pria dari arah belakangnya. Shia berbalik menatap David yang mendekat ke arahnya dengan pakaian khas montir.
“Of course!”
“Kau tau betapa susahnya aku menemukan mesin itu?”
Shi tersenyum, ia amat sangat tau bagaimana susahnya menemukan mesin ini selain harganya yang bisa dibilang sangat menguras dompet, mesin ini juga banyak di buru di berbagai Negara sehingga mulai susah di jumpai. Setelah ini mungkin Shia akan sangat menyanjung David yang bisa membuatnya memiliki mesin ini.
“So, siap mengguncangkan dunia lagi wild girl?” ucap David setelah menangkap maksud senyuman Shia.
“Absolutely, yes!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
shia suka tantangan balapan....
2023-03-27
0