Seventeen : Ace Hiddleton

Dokter baru saja pergi setelah memeriksa dan memberikan suntikan pada Shia. Liam memandangi Shia yang sudah terlelap lalu ia ikut bergabung diranjang dengan sebelah tangan yang memeluk gadis itu.

“Sudah saatnya mengakhiri sandiwara ini, benarkan Shia?” Liam tertawa kecil, kemudian mengusap wajah tampannya lalu melirik sekilas kearah Shia yang tertidur nyenyak. Liam mengambil sejuntai rambut coklat Shia, matanya terpejam ketika menghirup aroma rambut Shia.

“Tapi sebelum itu bukankah aku harus membersihkan parasit yang menempel padamu?”

Manik biru itu kembali mentap Shia, tangannya beralih membelai pipi kanan Shia dengan lembut.

“Kita akan segara bertemu, Shia” Liam mengecup sekilas bibir Shia sebelum ia meninggalkan kamar itu.

Begitu Liam melangkah keluar dari gedung apartemen itu. Tepat di sebelah kiri dan kanan, beberapa orang dengan setelan hitam berbaris menyambut kedatangannya. Pria itu berjalan melewati orang-orang itu hingga berhenti tepat di depan seorang pria paruh baya yang berdiri didepan sebuah mobil.

“Kau membuatku menunggu lama” Ucapnya yang membuat Liam tertawa

“Don’t you miss me, dad?” tanyanya

“Berhenti bercanda Ace” ucap Jack, pria itu adalah Jack Hiddleton, ayah dari Ace Hiddleton pria yang Shia sebut sebagai Liam.

“Aku tidak menduga, kau akan menjemputku langsung” ucap Ace sambil masuk ke dalam mobil, mobil sudah berjalan namun pria itu masih setia menatap ke luar jendela.

“Kau menyukainya” Ucap Jack ketika menyadari pandangan Ace yang tidak lepas dari gedung apartemen Shia.

“Kau menyelidiki ku?” tanya Ace

“Menurutmu apa aku akan diam saja setelah kau mengirimkan surat itu.” Ucap Jack membuat Ace mendengus.

“Kau mengalami kegagalan dalam mendidik bawahanmu!” lanjut Jack

“Yah sesekali sebuah kegagalan terjadi adalah sebuah kewajaran” Ucap Ace malas

“Dan kau akan diam saja?” mendengar kata-kata itu Ace langsung menoleh pada Jack,.

“Apa menurutmu aku akan diam saja?” Ace menyerngai, sedangkan Jack menghela nafas. Ia hampir lupa dengan sifat asli Ace.

“Jangan berlebihan, setidaknya biarkan tubuhnya utuh”

“Apa itu setimpal?” tanya Ace

“Setidaknya bawahanmu tidak kesulitan membersihkannya”

"Bagaimana dengan Dean?" Sambung Jack

“Bukan Dean pelakunya" ucap Ace.

"Lalu?"

"Tugasmu untuk menemukan pengkhianat itu, Dad" Ace berucap dengan senyum lebarnya.

Disisi lain Shia terbangun dari tidurnya ketika pancaran matahari masuk ke dalam kamar apartemennya. Kepalanya mengingat ciuman panas yang ia lakukan dengan Liam. Ah tidak, lebih tepatnya Liam yang menciumnya dengan paksa sampai ia pingsan. Gadis itu menatap ke penjuru kamarnya, terasa sepi padahal ia kira semalam Liam menemainya namun rupanya dugaan gadis itu salah.

Shia bangkit, bangun pergi keluar kamar. Ia menatap ruangan apartemen yang terlihat sepi, tidak ada sosok Liam begitupula ketika gadis itu membuka kamar yang ditempati Liam. Sosok pria tampan dengan mata biru itu tidak ada.

Liam benar-benar pergi sesuai perkataannya kemarin. Bukankah ini bagus? Lagipula ia akan menikah dengan pria lain.

Tapi perasaan kehilangan apa yang Shia rasakan sekarang? Ini yang Shia khawatirkan, perasaan tidak nyaman karena kepergian Liam. Seharusnya Shia tidak perlu khawatir karena Liam sudah mendapatkan ingatannya dan kembali pada tempat seharusnya, entah di mana pun itu yang jelas bukan di sisinya.

----------

Los Angeles, US

Sebuah pesawat pribadi sudah mendarat di landasan. Pesawat itu terbuka dua orang pria berbeda usia dengan wajah jelamaan dewa itu melangkah keluar dari pesawat itu. Mereka berjalan menuju sebuah bangunan putih yang sangat megah, seperti sebuah kerajaan eropa.

“ACEE!!!”

“Mom”

Irena berlari menuju Ace, Ia mendekap putranya dengan erat tanpa bisa membendung air matanya lagi.

“Beraninya kau mati sebelum say good bye dengan mom!”

“Aku masih hidup, Mom” Ucap Ace, ia tertawa dengan tangan yang juga memeluk ibunya namun tangannya langsung ditepis oleh Jack

“Jangan peluk istriku! AKH! Kenapa memukulku?” Ucap Jack sambil memegang perutnya yang ditinju oleh Irena.

“Putraku baru kembali, jangan mengganggunya!” Ketus Irena, Ace memadang Jack lalu tersenyum mengejek.

“Jika tau begini lebih baik ku biarkan saja dia di Dallas” Ucap Jack

“Jadi selama ini kamu di Dallas, kenapa tidak memberitahu mom? Kau tau betapa sedihnya mom saat mendengar kabar kamu tewas?” tanya Irena

Ace mentap Jack lalu tersenyum miring. Sedangkan Jack menghela nafas frustasi, pasti putranya akan memantik api antara dirinya dan Irena.

“Apa dad tidak memberitahu mom?” ucap Ace tanpa beban. Dan benar saja setelah Ace mengucapkan itu, Irena langsung menghujani Jack dengan pukulan dan cubitan.

“Kau merahasiakannya dariku, Jack!!!” Irena berucap dengan lantang

“Tidak sayang, sungguh” sanggah Jack

“Bohong!!! Malam ini kau tidur di luar!!”

“Sayang jangan, aku bisa sakit”

“I don’t care! Mau kau mati sekalipun aku tidak peduli!”

“Sayang…”

Ace menatap kedua orang tuanya. Siapa yang menduga jika kepala keluarga Hiddletton adalah seorang pria takut istri.

“Ngomong-ngomong, dimana Lyran?” tanya Ace ketika tak mendapati adiknya ikut menyambut

“Dia ada jadwal pemotretan di Paris, besok pagi baru dia akan terbang ke sini” jawab Irena.

Liam mengangguk, ketiganya berjalan memasuki mansion. Irena langsung menuju dapur sedangkan Jack menuju ruang kerjanya. Seseorang masuk dan berdiri di dekat Ace.

“Tuan, dia sudah diruang bawah, kakinya patah karena tertembak saat berusaha untuk kabur” Penjelasan dari pria itu tak merubah raut wajah rupawan Ace.

Ace melangkah menuju ruang yang dimaksud. Seorang pria terlihat berlutut dengan tangan yang dipegang oleh anak buahnya.

“Frank, senang melihatmu disini. Terakhir kita bertemu di pegunungan Greenhills kan?” tanya Ace sambil menebarkan senyumnya. Frank tau senyuman itu bisa membuat nyawanya melayang.

“Kau tau kan aku benci dengan pengkhianat? Tapi kau malah melakukan hal yang ku benci” Ucap Ace

“Maaf Tuan Ace” Frank memelas meminta maaf

“Kalau ingatanku tidak salah kau bilang aku bukan Tuan mu” Ace tersenyum miring

“Kau bilang kakinya patah?” tanyanya lagi namun kali ini pada salah satu bawahannya yang tadi melapor.

“Benar Tuan” ucapnya lalu mengangkat Frank sehingga Ace dapat melihat lantai tempat Frank berlutut tadi sudah dipenuhi dengan darah.

“A-ampuni aku tuan" Frank kembali berlutut dengan cepat. Ia meronta melepaskan cekalan kedua bawahan Ace pada lengannya.

Bugh! Ace menendang keras dada Frank, membuat pria itu terjatuh terlentang.

“Aku bukan Tuhan, jadi aku tidak mengampuni!” Ace tersenyum miring. Pria itu mengambil pisau lipat di sakunya, ia menikmati raut wajah Frank yang pucat ketika pisau itu berjalan diwajahnya, tanpa membuang waktu Ace menusuk Frank hingga pria itu tewas.

“Aku hampir lupa rasanya membunuh” kekeh Ace, kedua bawahannya yang ada di ruangan itu bergindik ngeri, mereka hampir lupa jika wajah rupawan itu hanyalah sebuah kamuflase dari iblis dalam jiwanya.

Ace membuka kemejanya dan membuangnya asal, bisa bahaya jika ibunya melihat pakaiannya penuh dengan darah, mungkin wanita yang paling Ace sayang itu akan langsung pingsan jika tau bagaimana sifat asli putranya. Karena itu, tidak ada yang tau sisi lain Ace selain Jack dan anak buahnya karena pria itu pintar untuk menyembunyikan semuanya termasuk dari Shia sekalipun.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!