Twenty : Kissmark

Pria dengan pakaian serba hitam itu menjalankan mobilnya dari Texas menuju kota Dallas. Tidak peduli pada langit yang sudah sangat malam, entah jam berapa ini ia tidak peduli, karena yang ada dipikirannya hanyalah sosok gadis dengan dress putih yang beberapa jam lalu ia temui.

Dan di sinilah dia sekarang. Di depan sebuah bangunan apartemen yang menjadi tempat tinggal gadis tersebut. Ia menekankan beberapa angka yang menjadi pin apartemen.

Pintu terbuka, Pria itu melangkah masuk. Ia mengamati bagian dalam apartemen tersebut. Sebelum pandangannya jauh pada sebuah pintu yang tertutup.

Pria itu melangkah mendekat menuju pintu, ia membuka pintu itu dengan pelan. Senyum lebar Nampak di wajah tampan pria itu, wajahnya menunjukan kepuasan mendapati incarannya sedang tertidur di atas ranjang dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Hanya menyisakan kepala gadis itu yang tidak tertutup selimut.

Pria itu melangkah mendekat dengan merogoh sakunya, mengelurkan sesuatu dari sana. Sebuah jarum suntik yang masih tertutup dengan botol bening kecil yang berisi cairan.

“Sorry” Gumamnya pelan, pria itu membuka tutup jarum lalu menyuntikkan isinya pada lengan Shia. Senyumnya terukir bahkan kini lebih lebar. Seolah ucapan maafnya tadi hanyalah bualan semata.

Pria itu ikut membaringkan tubuhnya setelah meletakan bekas suntikan di atas meja, mendekatkan tubuhnya kearah Shia, Ia melingkarkan tangannya pada pinggang ramping gadis itu. Kepalanya menyeruk di leher Shia.

“You can do whatever you want but you’re still mine, remember that”

-----------

Shia terbangun ketika matahari menyorot kelopak matanya, Ia menatap sekitar dengan linglung, rasanya ada yang aneh seolah ia tertidur seperti orang yang koma, lengan kanannya terasa sakit dan keanehan itu juga ada pada tubuhnya bukan hanya lengan.

Shia melirik jam di atas meja, ia mengeryitkan dahinya bingung. Shia adalah orang yang teliti dan seingatnya jam itu mengarah ke ranjangnya bukan ke depan, menyamping dari posisi ranjangnya.

Tatapannya kembali menyorot di seluruh bagian kamar. Entah mengapa Shia merasa seperti ada yang mengawasinya.

“This is insane” gumamnya pelan. Memilih mengabaikan hal tersebut, Shia bergerak kearah kamar mandi.

Cukup 20 menit Shia menyelesaikan acara mandinya, kini ia mendudukkan dirinya di depan meja rias, hanya menggunakan bath robe berwarna hitam.

Ia menatap kearah cermin dengan dahi berkerut, menyorot pada leher putihnya yang terdapat bercak kemerahan. Kini ia sadar titik keanehan pada tubuhnya disebabkan oleh tanda merah pada lehernya, bahkan nyaris mengenai dadanya.

Jantung Shia berdetak kuat. Ia mencoba tenang, meyakinkan dirinya bahwa itu bukanlah tanda ‘kissmark’.

Hei, Shia tidak sepolos yang kalian pikirkan dan dia juga tidak seliar wanita penghibur yang ada di club. Setidaknya Shia masih menjaga dirinya dengan baik.

Shia terdiam, ia kembali bepikir, ada 2 kemungkinan tanda merah samar dilehernya, pertama itu adalah kissmark dan kedua mungkin saja ia di gigit nyamuk.

Dan Shia memilih pilihan kedua, lagipula siapa yang memberikannya kissmark. Apartemennya terkunci dan tidak mungkin ia tidak menyadari apabila ada yang masuk. Perlu di ingatkan bahwa Shia adalah tipe yang peka.

Dering telpon menarik perhatian Shia. Ia meraih telponnya dan mengangkat panggilan itu.

“Hello Er” Sapa Shia pada Erika

”Kenapa baru angkat telpon?” Shia mengeryit ia menatap ponselnya, ia membuka riwayat telpon dan benar, ada 3 panggilan tak terjawab dari Erika

“Sorry, I don’t see my handphone” jawab Shia, terdengar helaan nafas gusar disana disertai lirihan kecil

“Why?” tanya Shia yang tidak dijawab Erika.

“Erika, tell me why you cry?” tanyanya Shia lagi namun kali ini nada suaranya agak meninggi.

“Damien…” Ucap Erika lirih. Shia mengepalkan tangannya saat nama kekasih Erika itu disebut.

“Where are you?”

“Hospital” Jawab Erika

“Tunggu disana, jangan kemana-mana”

Shia mematikan telponnya, ia langsung mengganti baju dan menuju lokasi Erika. Shia tidak bodoh untuk tidak memahami maksud ucapan Erika.

Jika sahabatnya itu sudah menyebutkan nama kekasihnya sambil menangis maka sudah pasti ada hal buruk yang terjadi.

Begitu sampai, Shia langsung berlari melewati koridor rumah sakit. Ia membuka kasar pintu ruang kerja Erika. Sayangnya, yang Shia dapatkan hanyalah ruang kerja kosong tanpa pemiliknya.

“Apa kau melihat Miss Tylor?” tanya Shia pada seorang perawat yang lewat.

“Dokter Tylor dirawat diruang 103 nona” Jawab perawat itu membuat Shia mengeryit bingung

“Maksudmu dirawat?” tanya Shia

“Dokter Tylor mengalamai fraktur pada salah satu rusuk ka..” Belum sempat perawat itu menyelesikan ucapannya, Shia sudah berlalu menuju ruang rawat Erika. Ia tidak dapat mengontrol emosinya ketika mendengar Erika dirawat dan apa katanya tadi fraktur? Hah tanpa di beritahu pun Shia sudah bisa menduga siapa pelakunya.

Shia membuka ruang rawat Erika. Wanita itu menatap kearah kedatangan Shia. ia tersenyum tipis, namun Shia bisa melihat lebam di wajahnya dan mata Erika yang membengkak, habis menangis.

“Apalagi masalah kalian kali ini?” tanya Shia dengan datar, ia berusaha mentralkan emosinya melihat kondisi Erika.

Dokter cantik itu terkekeh kecil, namun air matanya justru mengalih pelan.

“Aku memergokinya selingkuh, aku kecewa dan minta putus namun seperti yang kamu lihat begini jadinya” Ucap Erika lirih. Shia memandangnya nanar, ia tidak menyangka sosok sempurna seperti Erika di sia-siakan oleh pria bajingan bernama Damien itu.

“Tapi kamu tenang saja, kami sudah putus” Ucap Erika tanpa beban, tapi Shia tau bagaimana perasaan Erika, bagaimana sakitnya ketika harus melepaskan pria yang sangat dicintai.

“Are you fine with that?” tanya Shia

“Actually I’m not fine, tapi aku tidak ingin melukai diriku sendiri. kamu benar Shia, semakin lama aku bersama Damien, semakin aku melukai diri sendiri baik itu fisik maupun mental” ucap Erika sambil mengusap air matanya.

“Kamu tidak mau nuntut dia, dia melakukan kekerasan” Ucap Shia, Erika menggeleng samar.

“It’s oke, aku tidak tega melaporkannya. Bagaimana pun dia pernah membuat ku bahagia”

“Bajingan itu terlalu baik untukmu, aku akan membalasnya” Ucap Shia membuat Erika tertawa. Sungguh ia bersyukur memiliki sahabat yang selalu ada seperti Shia.

“Bagaimana kamu membalasnya, apa kamu akan menabraknya seperti kamu menabrak Liam?” tanya Erika disela tawanya

“Ide bagus, tapi tentang Liam aku tidak menabraknya, dia sendiri yang jatuh ke mobilku” seru Shia tak terima

“Bagaimana kabarnya sekarang?” tanya Erika

“Tidak tau, mungkin saja dia sudah bertemu dengan kelaurganya”

“Don’t you miss him?”

“I don’t know”

“Ngomong-ngomong aku lapar, makanan di rumah sakit ini gak enak. Aku cuma dikasih bubur hambar" Ucap Erika dengan muka memelas, Shia menghela napas.

“what do you want?”

“I want Chiken” ucap Erika

“Ayam rebus?” Tanya Shia, Erika melotot.

“Ayam goreng” balas Erika

“Gak boleh, ayam itu bisa membuat perutmu terganggu. Tolong ingat bahwa rusukmu itu patah”

“Kalau begitu aku mau steak”

“Kau pikir ini restoran, tolong yang masuk akal sedikit”

“Ya sudah, spaghetti Carbonara buatanmu saja, Liam bilang rasanya enak. Nah silahkan gunakan dapur rumah sakitnya”

“Shit’” umpat Shia, ia sadar Erika menyindirnya.

Terpopuler

Comments

Ria Oktavianti

Ria Oktavianti

sejauh ini ceritanya seru

2023-04-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!