Eleven : Dominate

Shia kembali ke apartemen ketika waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Dengan perlahan gadis itu membuka pintu dan melangkah masuk dengan pelan, takut membangunkan Liam yang berada di sebrang kamarnya.

“Dari mana?” nada datar dan dingin itu membuat Shia menoleh ke belakang. Diantara pintu yang terbuka Liam berdiri dengan sedikit menyandarkan tubuhnya pada dinding. Kepala pria itu masih dibalut dengan perban yang sama.

“Kamu meninggalkan ku lagi” ucap Liam

“Itu..” Shia gelagapan ia bingung harus berkata seperti apa. Haruskah ia bohong pada Liam.

“Dari mana?” Liam mengulang pertanyaannya namun dengan nada yang lebih dingin. Membuat Shia merasa asing dengan Liam untuk pertama kalinya.

“Ada urusan diluar” jawab Shia.

Bisa Shia rasakan udara di sekitarnya perlahan mencekik, seolah ada aura dominasi yang mengendalikannya. Ini berbeda dengan suasana sebelumnya.

“Kenapa belum tidur?” tanya Shia, Liam diam saja namun tatapan pria itu menyorotnya semakin dalam.

“Kamu sudah makan?” tanyanya lagi mencoba untuk mengalihkan suasana. Liam terdiam sesaat sebelum menggeleng pelan.

“Duduk disitu sebentar aku akan masakkan makanan untukmu” ucap Shia sambil berjalan ke arah dapur mengabaikan Liam yang masih berdiri di depan pintu kamar.

Shia membuka kulkas, ia mengambil pasta dan beberapa bahan lainnya. Gadis itu memutuskan untuk membuat spaghetti carbonara.

‘KRET’

Shia menoleh ketika mendengar decitan kursi yang bergesekan dengan lantai dan benar saja Liam duduk di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan dapur. Manik biru itu mengekori setiap gerak-gerik Shia seolah sedang melakukan pengintaian.

spaghetti Shia sudah masak, ketika ingin mengangkatnya, sepasang tangan sudah terulur lebih dulu untuk mengangkatnya. Liam sang pelaku hanya memasang wajah datarnya. Pria itu menaruh spaghetti itu ke sebuah piring.

Shia membiarkannya, ini bukan pertama kalinya Liam melakukan itu. Selama ini Liam selalu membantunya. Jika Shia memasak maka Liam akan mencuci piring. Jika Shia pergi maka Liam akan membersihkan apartemennya. Selalu seperti itu selama hampir seminggu mereka tinggal bersama. Kini keduanya duduk berhadapan dimeja makan. Liam memakan Spageti buatan Shia yang di padukan dengan potongan beef yang di pansear.

“Kamu tidak makan?” tanya Liam ketika Shia hanya duduk didepannya dan bertopang dagu

“Sudah” Ucap Shia

“Kemampuan memasakmu semakin meningkat” celetuk Liam, sesaat setelah menyuapkan makanannya.

“Berkat seseorang” sindir Shia halus.

Suasana menjadi begitu sunyi. Shia terdiam menatap Liam yang memakan spaghetti sambil menatap ke arahnya. Manik keduanya bertemu, biru pekat itu terlihat bersinar di cahaya dapur yang remang, seperti mata seorang predator yang mengincar mangsanya. Membuat Shia merinding seketika disertai degupan jantung yang menderu. Tatapan Liam, membuat kulitnya terasa terbakar.

Liam sudah menyelesaikan makannya, ketika Shia ingin mengambil alih piring itu, tangan Liam terulur menghentikannya.

“Biar aku saja.” Sela Liam, Shia tersenyum tipis lalu kembali duduk di tempat semula. Ia menatap Liam yang berdiri membelakanginya. Tiba-tiba ia teringat ucapan Alex, bagaimana jika Liam memang merupakan pria berbahaya sebelum ingatannya menghilang. Shia tidak bisa memungkiri aura mendominasi yang ada dalam diri pria itu. Jika benar dugannya apakah ia akan baik-baik saja?

“Liam..” Seru Shia memecahkan keheningan

“Ya” jawab Liam tanpa mengalihkan pandangannya dari cucian piring.

“Aku pertama kali menemukanmu di pegunungan Greenhills, bertepatan dengan waktu disaat pesawat Putra pertama keluarga Hiddleton jatuh” Liam menghentikan aktivitasnya, ia terpaku diam ditempat, membiarkan air keran terus mengalir membasahi tangannya.

“Apa kamu mengingat sesuatu tentang bagaimana kau bisa ada di sana?” tanya Shia. Liam mematikan keran dan menoleh sepenuhnya kepada Shia. Ia tersenyum tipis lalu menggeleng pelan.

Shia mengalihkan pandangannya dari Liam. Ia menatap lurus kearah kamar Liam. Sentuhan pada pundaknya menyadarkan Shia, Ia menoleh mendapati manik biru yang menyorotnya dalam. Beberapa menit yang lalu Liam telah selesai mencuci piring dan mendekat kepadanya.

“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?” tanya Liam

“Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu”

Liam mendudukan dirinya berhadapan dengan Shia. Keheningan yang penuh dengan kecanggungan itu dapat Shia rasakan. Ia menghela napas, mengurangi rasa gugup yang tiba-tiba melanda dadanya.

“Apa kamu mulai mengingat sesuatu?” ucap Shia cangung, untuk yang kesekian kalinya ia bertanya.

“Seperti?” Shia mematung, tatapan Liam menghunusnya

“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Shia hati-hati. Liam terdiam sejenak.

“Aku Liam” ucapnya

“Ah, aku ingat sesuatu, saat itu seorang wanita mengatakan agar jangan mati” lanjutnya

Shia terdiam Ia menatap Liam dengan tatapan rumit. Itu perkataannya saat di dalam mobil setelah Liam jatuh dan sekarat namun bagaimana pria itu bisa mengingatnya. Kondisi Liam saat itu jelas-jelas diambang batas kesadaran. Suatu hal yang tidak mungkin bisa ia ingat, kecuali…

DRTTT

Getaran beserta nada dering telpon membuyarkan lamunan Shia.

“Halo” jawab Shia ketika melihat Tante Ilya menelponnya. Tumben sekali wanita itu menelponnya tengah malam begini.

“Shia hiks Lily, di-dia..” Seru Ilya dengan lirih terdengar jelas tangisan wanita itu.

Shia melirik jam tangannya. Jam dua dini hari, bukannya sudah biasa jika Lily belum pulang jam segini. Mengingat kebiasaan wanita itu yang selalu mabuk-mabukan di Club, mungkin saja kini ia berada di salah satu tempat laknat itu.

“Ada apa?” tanya Liam pelan melihat kebingungan Shia. Shia menggeleng pelan sambil menyimak ucapan disertai tangisan yang dilontarkan Ilya.

“Lily diculik, Shia! Tante sudah menelpon temannya tapi tidak ada satupun yang melihat Lily!” Sambung Ilya membuat Shia mengepalkan tangannya erat.

“Tante tenang dulu, aku akan mencari tau lokasi Lily. Lily akan selamat.”

Shia berlari ke kamarnya, membuka laptopnya. Dengan bantuan Alex ia berhasil merentas CCTV yang terpasang di kediaman Clarikson. CCTV itu memutarkan kejadian beberapa jam yang lalu, ketika Robert keluar dan pergi menggunakan mobil sedan hitam.

Lalu tak lama Lily keluar dengan pakaian pendek dan ketat. Shia sudah menduga Lily akan pergi ke club malam seperti biasanya. Namun hal tidak terduga terjadi, beberapa orang pria mendekat dan langsung membekap mulutnya dengan kain. Di saat Lily pingsan mereka mengangkatnya masuk ke dalam sebuah mobil jeep dan mobil itu bergerak menjauh.

Pintu kamar Shia terbuka pelan, namun sepertinya Shia tidak menyadari kehadiran seseorang di kamarnya. Matanya terus tertuju pada rekaman CCTV pada laptopnya.

“Apa ada sesuatu yang terjadi?” Suara itu tepat berada disebelah telinga Shia hingga membuat gadis itu terlonjak kaget

“Astaga Liam! Kenapa masuk tanpa mengetuk” ucap Shia, kini atensinya kembali pada layar laptop.

“Aku sudah mengetuk pintu, kau saja yang tidak mendengarnya” bela Liam. Manik Pria itu ikut terfokus pada layar laptop yang ada di depan Shia

“Kau memata-matai seseorang? Siapa?” tanya Liam ketika mendapati hal yang Shia lakukan

“Bukan memata-matai, lebih tepatnya mencari” jawab Shia. Gadis itu terus memperhatikan rekaman itu hingga pada akhirnya tangannya menekan tombol untuk mempause video itu.

“Gotcha” serunya ketika mendapatkan apa yang ia cari.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

shia sangat pandai bisa merentes cctv.....

2023-03-28

0

diasiapa😈

diasiapa😈

Jodohmuu🙏🏻

2022-11-03

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!