Shia sedang berkutat di dapur, dia membuat dua porsi makanan, untuk dirinya sendiri dan untuk Liam.
Dia melirik jam yang tergantung di dinding yang menunjukkan pukul 06.50 AM.
Shia menyajikan makanan itu ke dalam mangkuk lalu meletakkannya di meja makan. Ia beralih mengambil segelas susu murni kesukaan nya. Bersamaan dengan itu Liam keluar dari kamarnya. Rambut hitam yang berantakan dan tubuh bagian atas yang telanjang hingga menampakkan dada bidangnya yang kekar dan bahu lebarnya.
Jika Shia kembali menilai ia yakin Liam bukan orang biasa. Entah pria ini seorang konglomerat atau apapun itu.
‘sedikit bocoran. Pria itu sudah ingat siapa dirinya’
Ingatannya kembali pada saat ia melakukan drifting dengan Dayn, dan sayangnya ia kalah. Entahlah ia merasa ada yang salah dengan mobilnya waktu itu. Ucapan Dayn selalu terngiang dipikirannya. Haruskah dia bertanya kebenarannya pada Liam?
“Kau akan pergi?” tanya Liam. Shia sadar ketika pria itu sudah mendudukkan dirinya di kursi meja makan.
“Iya”
“Ikut”
“You can’t”
“Why?” tanya Liam
“Aku akan bertemu dengan ayahku” Jawab Shia, Liam mengangguk paham.
“Ngomong-ngomong bisa tidak gunakan bajumu jika keluar kamar” Shia kembali berucap tanpa menyadari Liam menyunggingkan senyum samar.
“Kenapa?” tanya Liam
“Liam please, jangan sok polos! I know you know what I mean!” Ucap Shia kesal, Liam tertawa puas. Tanpa Shia tau bahwa Liam memang sengaja tidak menggunakan bajunya untuk menunggu rekasi wanita itu, sayangnya rekasi Shia selalu datar seolah Liam bukanlah seorang pria dan hari ini, akhirnya Shia menunjukkan reaksi juga.
“Hah sudahlah, anggap saja ini rumahmu sendiri!” lanjut Shia sebelum mendudukkan diri dihadapan Liam dan memakan sarapannya.
---------
Shia berjalan di lobby kantor Robert, ia menuju meja resepsionis tanpa peduli dengan tatapan para pegawai yang seolah bertanya siapa dirinya.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita yang berjaga ditempat itu
“Arshia Clarikson, jam 1” Ucap Shia
Shia bisa melihat wanita itu kaget sebelum tersenyum dan menuntunnya menuju lift khusus.
“Mr. Clarikson ada di lantai 25, silahkan miss Clarikson” ucap wanita itu sambil tersenyum.
“Don’t call me miss Clarikson just call me Shia” Ucap Shia pada resepsionis itu sebelum pintu lift tertutup
-----------
“Jadi apa lagi sekarang?” tanya Shia setelah mendudukan dirinya disofa ruang kerja Robert. Robert ikut mendudukkan dirinya didepan Shia sambil menyerahkan sebuah kartu akses VIP sebuah restoran bintang lima Shia tau sangat terkenal.
“Apa maksudnya ini?” tanya Shia lagi
“Menikahlah dengan pria pilihan ayah!”
“Huh?” Shia menatap Robert dengan kikuk. Tiba-tiba Robert memintanya untuk pulang karenas ada hal penting yang ingin dibicarakan dan hal itu adalah pernikahan? Damn. Shia hampir tidak mempercayai pendengarannya sendiri jika saja Robert tidak mengulang ucapannya.
“Menikahlah dengan pria pilihan ayah, setelah itu kau bebas. Tidak perlu terikat sebagai penerus” Jelas Robert
“Bukankah jika aku menikah dengan pria pilihan anda maka hidupku akan semakin terkekang?!”
“Shia..” Robert memanggil lirih. Shia terlalu keras kepala dan tidak bisa ditentang. Ia hanya akan luluh jika Robert memelas bahkan memohon padanya.
“Aku masih muda lagipula menikah bukan impianku! Tidak ada jaminan kami akan bahagia selamanya. Aku mempunyai contoh nyata dari hal tersebut.” Ucap Shia dengan nada menyindir. Ia ingin menyindir Robert, ayahnya.
“Shia.. ayah sudah berulang kali mencoba menjelaskan tapi kau tetap tidak mau mendengarkan”
“Bukannya penjelasan itu tidak perlu jika kita melihat langsung kejadiannya.” Sahut Shia.
“Shia bisakah kamu bermurah hati pada ayah..”
“Hatiku tidak murah!” Sahut Shia ketus
“Shia…” Robert kembali berucap lirih membuat Shia mengacak rambutnya kasar. Hati sialan. Kenapa Shia selalu lemah dengan orang yang memohon padanya.
“Aku akan menemuinya, ku harap ini yang terakhir kalinya anda menggunakanku untuk keuntungan anda” Ucap Shia lalu mengambil kartu tersebut dan meninggalkan Robert.
----------
Shia kembali dari Perusahaan ayahnya saat malam hari. Shia tak menyangka jika Robert akan memintanya untuk menikah dengan seorang pria yang bahkan tidak Shia kenal. Entah siapa pria itu. Mungkin saja salah satu kolega Robert di dunia bawah.
“Kau belum tidur?” Shia mendekat kearah Liam yang duduk diam di sofa. Tatapannya menatap lurus ke arah datangnya Shia.
“Aku menunggumu pulang” jawabnya.
Shia menggelengkan kepalanya. Ia mendudukkan diri disamping Liam lalu membaringkan kepalanya dipaha Liam.
Liam terdiam dengan tatapan rumit lalu tanpa diminta tangannya mengelus kepala Shia dengan lembut.
“Kurasa kau harus mulai mencari keluargamu” ucap Shia setelah keheningan beberapa saat.
Liam menghentikan elusannya, matanya menatap kemanik coklat Shia. “Kenapa?” tanyanya
“Aku tau kau sudah ingat semuanya Liam” Shia bangkit, mendudukkan dirinya untuk menatap manik biru itu.
“Jadi bisakah kita berkenalan? Aku Shia, siapa namamu?” Liam mematung.
“Sejak kapan?” Liam balik bertanya “sejak kapan kau sadar semuanya?” Lanjutnya
“Entahlah. Mungkin sejak saat insiden di donkstreet” jawab Shia
“Lalu kenapa baru sekarang kau mengatakannya?” tanya Liam
“Aku menunggumu berbicara duluan” jawab Shia
“Jika aku memberitahumu faktanya, kau akan menyuruhku pergi mencari keluargaku! Apa kau sudah muak denganku Shia? atau apa aku merepotkanmu?” Liam bertanya dengan nada bergetar. Salah satu hal yang paling Shia benci. Benci karena hatinya akan lemah dengan hal itu.
“Tidak ada kesalahan Liam, kau tidak bisa terus tinggal bersama denganku” jelas Shia
“Kenapa?”
“Aku akan menikah.” Liam mematung. Wajahnya terlihat menegang. Shia meneduhkan pandangannya ia meraih kedua tangan Liam yang terkepal sempurna.
“Aku akan menikah Liam, tidak mungkin kau selalu bersama denganku” ucap Shia sekali lagi yang justru membuat Liam merasa sesak, Ia benci ketika Shia mengatakannya. Rasanya Liam ingin menutup mulut Shia agar gadisnya itu tidak lagi mengucapkan kata-kata menyakitkan itu.
“Jika kau sudah paham, kemba-”
Sebelum menyelesaikan ucapanya. Liam menarik tangan Shia dan mendorongnya dengan hingga Shia terhempas ke sofa.
Ia akan memberikan pelajaran pada bibir Shia yang dengan beraninya mengucapkan kata sialan itu sehingga membuatnya seperti akan gila.
Bibir Liam mendarat dibibir Shia membuat sang empunya membeku. Dengan paksa Liam memainkan bibir Shia.
Shia mendorong dada Liam, namun pria itu tetap tidak bergeming. Justru Shia merasa lidah pria itu menerobos masuk sekalipun tak mendapatkan balasan Shia.
“I hate when you say it makes me wanna go crazy” ucap Liam tepat didepan bibir Shia. Kedua mata Shia membola tak percaya, nada bicara dan tatapan Liam sangat berbeda. Ia seperti tak mengenali pria di atasnya.
Belum sempat membuka mulutnya untuk berbicara, Liam kembali membungkam bibirnya. Membuat Shia terengah-engah karena kehabisan napas. Ia tidak menyangka jika Liam akan menjadi seperti ini. Pria itu terlalu buas menerjangnya. Inikah pria yang seminggu lalu bilang jika dirinya bukan Hewan buas? Lalu yang sekarang ini apa?.
Kepalanya terasa pusing. Ia mencubit kakinya berusaha mempertahankan kesadarannya, namun Liam terus menciumnya tanpa memberikan jeda hingga Shia kehabisan pasokan udaranya dan jatuh tak sadarkan diri.
Liam melepaskan ciumannya ketika tidak mendapati respon apapun dari Shia. Ia menyerigai ketika melihat Shia tertidur dipelukannya.
Dengan cepat Liam mengangkat Shia menuju kamarnya. Tangannya meraih telponnya, menekan beberapa tombol dan setelahnya suara seseorang terdengar diseberang sana.
“Suruh dokter geerk kemari” Liam langsung mematikan panggilan telponnya tanpa menunggu balasan lawan bicaranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments