Four : Mr. Amnesia

Shia terpaku menatap sosok pria yang terduduk di ranjang pasien. Mata yang tertutup itu kini telah terbuka.

Pandangan mereka bertemu, netra biru gelap dengan kesan dingin itu menyapanya. Shia sama sekali belum pernah melihat mata sebiru itu, biru yang pekat, lebih dalam daripada laut itu tengah menatapnya dengan intens.

“Siapa?” suara serak itu menyadarkan Shia.

“Are you okay, sir?” Tanya Shia balik dengan langkah mendekat, tangannya meraih teko di atas meja dan menuangkan segelas air lalu menyerahkan pada pria itu.

Tentu saja pria itu sadar dirinya kini pasti berada di sebuah rumah sakit dan mengenakan seragam pasien. Namun bagaimana dirinya bisa berada disini.

Pria itu menatap Shia dengan kening berkerut. Maniknya bersitatap dengan manik coklat terang milik Shia. Dia tidak mengenali sosok gadis di depannya ini bahkan dia tidak mengenali dirinya sendiri.

Merasakan tenggorokan nya yang kering. Pria itu meraih gelas yang disodorkan oleh Shia dan meminumnya hingga tandas.

"Kenapa aku bisa berada di sini?" Tanyanya

“Oh, saya menemukan anda tergeletak tak berdaya di jalanan" jawab Shia sedikit berbohong, tidak mungkin dia mengatakan jika pria itu mendadak jatuh dari langit tepat di depan mobilnya atau mengatakan jika pria itu tersapu longsor dan Shia menemukannya, itu tidak masuk akal.

PRANK

“ARGHH”

Gelas kaca yang dipegangnya jatuh dan pecah. Pria itu meringis sambil menarik rambutnya kasar guna mengurangi rasa sakit yang merayap dikepalanya.

Dengan cepat Shia menarik kedua tangan kekar itu dengan kedua tangannya. Menarik pria itu dalam pelukannya untuk menenangkannya.

“Jangan dipaksakan, sir. saya tau jika itu akan menyakitkan” kedua tangan Shia beralih mengelus kepala yang menyender di pundaknya. Pria itu mulai tenang dan pasrah dalam pelukan Shia.

“Dokter bilang anda harus banyak istirahat, luka pada tubuh anda belum kering.”

"Lalu dokter juga bilang jika anda amnesia, sir. Tapi tenang saja hanya amnesia sementara, anda akan mengingat semuanya seperti semula" jelas Shia

“Siapa namamu?” Tanya pria itu dengan nada berbisik, masih di dalam dekapan Shia

“Shia, anda dapat memanggilku Shia. Lalu apakah anda mengingat nama anda, sir?"

“Aku …” ucapan pria itu terhenti, ia bingung harus berkata apa tentang namanya.

“Bagaimana jika Liam, itu panggilanku untukmu” Shia mengulas senyum tipis menghilangkan formalitas yang tadi digunakannya, membuat Pria itu tertegun melihatnya. Perasaan asing menjalar di sekujur tubuhnya. Sebuah perasaan yang seolah baru pertama kali ia rasakan.

Cklek

Kedua manusia dalam ruangan itu sontak menatap kearah pintu yang terbuka. Erika, sang pelaku melangkah mendekat kearah keduanya dengan tangan yang memegang sebuah dokumen berisikan diagnosa pasien.

“Kalian habis bertengkar?” tanya Erika ketika melihat pecahan kaca yang berada di lantai

“Sedikit kekacauan kecil” ucap Shia, Erika mengangguk ia melangkah mendekat

“Aku harus menyuntikkan infusnya dan melakukan pemeriksaan” ucap Erika

“Apa anda merasakan sakit dibagian tertentu?” Tanya Erika

“Kepala” jawab Liam. Erika menanggukan kepalanya tanda mengerti.

“Sepertinya benar anda amnesia” Shia sontak menoleh kearah Erika, dokter cantik itu tidak bercanda tentang hal sebelumnya.

“Apa anda mengingat hal-hal dasar, seperti kegunaan benda ini?” tanya Erika sambil menunjukkan pulpen yang dipegangnya. Pria itu menganggukan kepalanya

"Aku sudah mengatakan padanya jika dia Amnesia sementara" Ucap Shia yang di angguki Erika

“Apa setelah sadar anda merasa takut akan sesuatu?”

“Tidak”

“Apa ada kejadian tertentu yang anda ingat?”

“Tidak ada” ucapnya setelah jeda beberapa saat.

“Apa anda ingat siapa anda?” Tanya Erika lagi. Kali ini pria itu terdiam sebelum akhirnya menampakan senyum samar yang hanya terlihat sekilas tanpa disadari kedua wanita itu.

“Liam” Jawab Liam dengan tatapan dalam yang mengarah pada Shia. Begitu pula dengan Erika, tatapan dokter cantik itu seolah meminta penjelasan.

“Itu bukan nama aslinya. Aku memberinya panggilan itu” Jelas Shia membuat Erika mengeryit tak percaya.

Erika tau bukan tanpa alasan Shia menyebut nama pria asing didepannya dengan Liam, nama sesorang yang sangat berarti bagi Shia. Tapi entah apa alasan Shia kembali menggunakan nama itu pada sosok pria asing ini.

“Baiklah. Setelah infusnya habis maka ia boleh pergi dan bila luka pada perutnya sudah kering, kita akan melakukan operasi pada otaknya untuk mengeluarkan gumpalan darah itu” jelas Erika sambil menyuntikan lengan Liam.

Merasakan kantuk akibat efek dari suntikan yang diberikan, Liam merebahkan tubuhnya dibantu oleh Shia. Dengan telaten gadis itu menyelimuti Liam.

Setelah memastikan Liam beristirahat, kini kedua wanita itu melangkah keluar bersama.

“Kamu masih mengingat Liam?” tanya Erika ragu.

“Bagaimana mungkin aku bisa lupa?” Shia balik bertanya dengan bibir yang memaksa tersenyum

“Bisakah ia tinggal disini?” tanya Shia lagi mengalihkan topik pembicaraan sebelumya, meskipun jujur wanita itu bingung harus membawa Liam kemana. Dia tidak mengetahui identitas asli Liam karena tidak ada handphone atau kartu identitas apapun yang ditemukan saat pria itu jatuh ke mobilnya.

“Tentu bisa” jawab Erika membuat Shia tersenyum lebar namun terenggut begitu saja ketika Erika melanjutkan ucapannya

“Tapi biayanya cukup mahal”

“Berapa?” tanya Shia tak yakin

“Sekitar 10 juta”

“Bagaimana jika ia tinggal di rumahmu” usul Shia cepat setelah mendengar biaya rumah sakit dengan tatapan penuh harap kearah Erika.

“Kau gila? Damien akan membunuhku jika tau aku menampung pria lain” kata Erika membuat Shia teringat bahwa Erika memiliki kekasih yang cukup posesif.

“Aku lupa kamu memiliki Damien” ucap Shia dengan kekehan kecilnya.

“Bawa saja dia ke apartemenmu” sahut Erika

“Tidak mau, tidak ada jaminan kalau dia bukan pria berbahaya” jawab Shia

“Alasan, lagipula dia amnesia, meskipun berbahaya dia tidak akan menyakitimu malah sebaliknya ku rasa dia akan melindungimu” Jelas Erika sambil mengingat tatapan yang Liam tunjukan pada Shia beberapa saat lalu.

“Huh, baiklah.” Shia menghela napas pasrah

“Ditemukan bangkai Pesawat di pegunungan Greenhills pada selasa pagi waktu setempat. Awak kru beserta seorang penumpang yang di duga sebagai putra pertama keluarga Hiddleton ditemukan tak bernyawa dalam keadaan terbakar. Olah TKP menyebutkan terjadi ledakan pada badan pesawat saat mengudara sehingga menyebabkan pesawat kehilangan kendali dan jatuh..”

“Pasti persaingan keluarga kaya, padahal baru beberapa bulan yang lalu putra pertama Hiddleton mewarisi Hiddle Corp” Shia menoleh kearah Erika yang terhenti melangkah dan menatap ke arah televisi berjarak 2 meter di sisi kanan mereka.

Layar televisi menampilkan penampakan puing-puing pesawat yang sudah tidak beraturan.

“Ku dengar putra pertama Hiddleton itu tampan. Sayang sekali dia harus meninggal. Sudahlah ayo kita ke luar, aku lapar” lanjut Erika sambil menarik tangan Shia menuntunnya keluar.

Sedangkan Shia hanya pasrah menurut, namun berbeda dengan pikiran-pikiran yang sekilas terlintas dalam otaknya setelah melihat berita itu.

Greenhills adalah tempat pertamanya bertemu Liam yang terluka parah.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

shia merawat pria amnesia yg ditemukan dijln dalam keadaan terluka,,,,lanjutkan thor....

2023-03-27

0

Triani

Triani

🙏👍

2023-03-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!