Eighteen : Meet George

Dallas, US

Shia sibuk mengobrak-abrik lemari pakaiannya. Ia menatap malas tumpukan gaun yang ada di ranjangnya. Jika saja tempat pertemuannya dengan pria itu bukanlah sebuah restoran mewah tentu saja Shia akan tampil seperti biasanya.

Sayangnya tempat pertemuan mereka adalah sebuah restoran bintang 5 yang diresevasi menggunakan kartu akses spesial dan sialnya lagi kartu yang diberikan Robert adalah kartu VIP.

Shia hampir lupa jika ia memiliki janji dengan pria yang akan menjadi tunangannya itu. Pria pilihan Robert yang ia sendiri tidak tau bagaimana rupanya.

‘Jika ada Liam mungkin dia bisa membantuku memilihkan gaun’ batin Shia. Gadis itu menatap pada lemari kaca. Ia menatap sendu pada sebuah piagam dengan tulisan ‘RELIAM’.

“Ku harap kau baik-baik saja”

Shia menghela nafas, sudah 3 hari sejak kepergian Liam dari rumahnya dan selama itu juga Shia masih memikirkan pria itu. Harus Shia akui, dia sedikit khawatir tentang keadaan Liam.

“Damn it!” Umpat Shia ketika melihat jam diatas nakas menujukkan pukul 2 sedangkan janji pertemuan itu adalah pukul 4. Shia memerlukan waktu untuk pergi dari Dallas ke Texas.

---------------

Texas, US.

Terlihat seseorang mengenakan pakaian serba hitam yang menutupi tubuhnya, lengkap dengan sebuah topi dan masker diwajahnya membuat siapapun tak akan mengenali sosoknya. Namun dari bentuk tubuhnya orang lain akan tau bahwa sosok itu adalah seorang pria.

Sepasang mata tajam itu terus mengawasi sosok gadis cantik yang baru turun dari sebuah sport car berwarna putih serasi dengan dress putih selutut tanpa lengan yang membungkus tubuh indahnya. Mata tajam itu berkilat tak suka melihat tampilan gadisnya. Ini pertama kalinya ia melihat gadisnya menggunakan dress yang membuatnya terlihat semakin menawan ditambah dengan sepatu heels putih bertumit rendah yang membuatnya lebih anggun.

Shia, gadis yang sedang diintai itu masuk ke dalam sebuah restoran, setelah menujukan kartu yang diberikan Robert kepada seorang pelayan yang langsung menuntunnya memasuki lift menuju lantai 6.

Shia mengalihkan padangannya ke seluruh penjuru restoran. Sepi, itulah deskripsi Shia dengan tempat ini selain bagian dalam restoran yang elegan. Netra Shia menangkap satu-satunya orang di restoran itu.

Seorang pria dengan setelan kemeja coklat yang duduk di pojok ruangan. Pria itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Shia karena pandangannya selalu terarah keluar jendela kaca.

“Mr. George?” George mengalihkan tatapannya ke arah Shia, pria itu tersenyum tipis

“Sudah ku bilang kau akan menyesal menolakku, nona” ucap Geroge yang justru membuat Shia mengeryit bingung

“Kau melupakanku?” lanjutnya

Shia mendudukkan dirinya tepat di kursi depan George. Manik coklatnya memindai pria di depannya. Pria dengan rambut coklat muda dan gestur yang terlihat seperti seorang playboy, apakah Shia pernah bertemu dengannya?

“Sepertinya benar kau melupakanku, Arshia Clarikson” ucap George lagi.

“Maaf, daya ingatku rendah”

“Tidak masalah, kita memiliki banyak waktu untuk saling mengenal” Ucap George, tangannya meraih gelas berkaki, ia menuangkan wine dan memberikannya pada Shia lalu beralih pada gelasnya. Shia mengangkat gelasnya kearah gelas George.

‘Ting’

Bunyi dentingan antara dua gelas yang bertemu terdengar.

“Kau tidak minum?” tanya George ketika Shia meletakkan kembali gelasnya tanpa meminumnya.

“Tidak” jawab Shia singkat. George kembali mengulas senyum tipis dibibirnya.

“Jadi kenapa kau mau menikah denganku?” tanya Shia langsung. George meneguk wine dengan tatapan yang tak lepas dari netra coklat di depannya.

“Aku akan memberitahu, tapi kau harus makan siang bersama ku besok” Jawab George dengan senyum tipisnya. Shia memturkan bola matanya jengah.

“Sorry, but i’m busy tomorrow”

“Kau tau ini kedua kalinya aku ditolak oleh wanita” Ucap George. Seorang pelayan datang dengan troli makanan. Pelayan itu meletakkan makanan di atas meja. Shia mengambil mangkok yang berisikan sup dan menyendokkan sup itu ke dalam mulutnya.

“Dan ini kedua kalinya kehadiranku tidak dianggap” Ucap George lagi. Pria itu masih menatap Shia yang acuh tak acuh dengan dirinya.

“Memangnya kau memliki pengaruh sebesar itu?” tanya Shia masih sibuk dengan makanannya. Jangan mengatakan dia rakus tapi jika mengingat perjalanan dari Dallas ke Texas yang memakan waktu hampir 3 jam, siapa yang tidak lapar?

“Biasanya semua wanita akan mengerumuniku, menurutmu apakah julukan lady-killer itu bukan pengaruh yang besar?” Ucap George sombong.

Shia menaikkan pandangannya, maniknya menatap George datar dengan mulut yang masih asik mengunyah makanannya. Pikirannya tidak salah jika George memiliki kesan playboy dalam sekali lihat.

“Kau terdengar seperti pria hidung belang!”

Glek! Ucapan Shia bagaikan pisau yang menusuk dadanya. George membatu, untuk pertama kalinya ia tidak bisa berkutik didepan seorang wanita dan anehnya George suka keadaan ini. Shia adalah tipe wanita yang tidak bisa di taklukan dengan mudah.

“Kau berbicara padaku?” tanya George sambil menunjuk dirinya sendiri

“Selain hidung belang kau juga tidak sadar diri” ucap Shia sambil tersenyum manis. George mengangkat salah satu alisnya dan tertawa kecil.

“Setidaknya kau tidak gila” lanjut Shia.

“Who say I’m not crazy?” Ucap George. Sedetik kemudian Shia merasa Pria di depannya ini berbahaya, meskipun sikapnya ramah namun dalam tatapan pria itu tersirat sebuah kelicikan.

“So, kau mengakui dirimu gila?” Shia bertanya balik

“Jika aku waras aku tidak mungkin berpikir untuk menyeretmu ke ranjangku sekarang!”

Shia menghela nafas pelan, ia menyudahi makannya dan mengusap bibirnya dengan tisu.

“Siapa yang menduga pria seperti ini yang akan menjadi tunanganku” Ucap Shia dengan nada sindiran

“Pria seperti ini?” George tersenyum miring.

“Ya, pria yang mengakui dirinya sendiri seorang lady-killer tapi malah menginginkan pernikahan, menurutmu bagaiman nasib para wanita yang menempel padamu sebelumnya?” Shia menyilangkan tangannya di depan dada, tatapannya menyorot George dengan datar.

“Listen to me jerk! Jika kau pikir julukan lady-killermu itu hebat silahkan cari wanita lain, aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu!” lanjut Shia. George tidak dapat lagi menahan tawanya, ia tertawa keras membuat Shia menatap Pria itu horror.

“Bagaimana ini Shia sepertinya aku semakin tertarik padamu” Ucap George di sela tawanya.

Shia mematung, sepertinya benar George sudah gila!

BRAKK!!

Sebuah airbuds keluaran terbaru itu dihempaskan kasar oleh sang empunya ke luar jendela mobil. Manik biru itu menatap tajam pada layar monitor yang menampilkan dua orang berbeda gender yang saling menatap di pojok sebuah retoran mewah. Ya pria itu sedang merentas salah satu CCTV retoran tempat Shia berada.

“Beraninya bajingan itu!” Ia mengumpat ketika melihat kedua orang itu melangkah keluar. Tangan pria itu dengan gampangnya merangkul pinggang Shia.

“Kau membiarkan tubuhmu di sentuh pria lain, Shia?” Pria itu bertanya sambil terus menatap pada layar ponselnya. Seolah benda itu dapat menjawab pertanyaannya.

“George Pattion ya?” ucap Pria itu dengan seringaian samar. Entah apa yang terpikirkan di otaknya ketika menyebutkan nama itu.

Terpopuler

Comments

Siti Rubaeah

Siti Rubaeah

keren keren banget cerita nya...aku baru nemu cerita othor nya sekarang🤩

2023-07-25

0

shintaeva

shintaeva

pdhall bgus critaya tp knp ko sepi..

2022-12-12

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!