Two : Stranger

Shia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil membuka kaca mobil. Dia masih berada di lokasi yang sama, namun rute yang berbeda.

Ia menyadari jika pegunangan Greenhills ini sangat cocok dengan dirinya. Udara dingin beserta rintikan hujan yang pias menerpa wajahnya. Pandangannya teralih pada jam yang melingkar ditangannya. Pukul 01:30 AM sepertinya Shia tidak sadar waktu yang sudah di lewatkannya.

BRAK..

BRUK..

Dengan spontan Shia meninjak pedal rem hingga mobil berhenti, tubuhnya terlonjak ke depan secara tiba-tiba.

Shia menaikkan pandangannya, Ia mengeryit ketika melihat tumpukan tanah jatuh mengenai mobil putihnya.

'Ah mungkin tanah longsor seperti yang Jacob katakan' gumamnya

Ketika Shia hendak menggunakan wiper untuk membersihkan kaca depannya Ia justru melotot kaget ketika melihat kaca depan mobil yang tadi kotor oleh tanah kini malah ternoda oleh darah.

Dengan cepat Shia membuka pintu dan melangkah keluar mengabaikan tetesan air hujan yang membasahi tubuhnya.

Hanya mengandalkan pencahayaan dari mobil itu. Tubuhnya mematung dengan wajah yang mulai pucat. Ia tau ini tidak masuk akal. Tapi sesosok pria dengan kemeja putih yang tak sadarkan diri dengan tubuh berlumuran darah itu terkapar diatas kap mobilnya. Pakaian pria itu kotor oleh tanah namun tak menutup noda merah yang mulai menyebar.

“H-Hei” Shia menggoyangkan pelan tubuh pria itu berharap mendapatkan respon. Namun hasilnya nihil, tidak ada respon yang didapatnya.

Shia mendongak ke atas menatap arah jatuhnya pria itu. Sebuah puncak pegunungan yang menampilkan percikan warna merah samar merupakan pemandangan yang didapatnya. Ia mengernyit, cuaca saat ini hujan namun di atas puncak seperti terjadi kebakaran.

“Ukhh” Ringisan pria itu mengambil alih atensi Shia.

“Are you okay, sir?” Shia mendekat dan membantu pria itu untuk bangkit. Tubuh pria itu oleng, dengan cepat Shia menopang pria itu dan menuntunnya menuju kursi penumpang.

“Astaga, Anda sangat berat sir!" Shia menghela napas pelan lalu dengan hati-hati memindahkan pria itu kedalam mobil memasangkan safety belt. Memutari mobil dengan cepat, Shia mendudukkan dirinya dibalik kemudi, Ia melirik sekilas pria itu. Lalu melepaskan jaketnya dan melilitkannya pada tubuh pria itu.

“Dimana?” tanya Shia pada seseorang dipanggilan telpon, ia memundurkan mobilnya dan berputar arah, karena jalan didepannya sudah buntu ditutupi tanah.

“Rumah sakit, kenapa?” suara seorang wanita terdengar dari panggilan telpon.

“Sepertinya aku menabrak seseorang”.

“APA? BAGAIMANA BISA?” tanyanya tak percaya.

“Aku juga tidak tau, pria ini tiba-tiba jatuh di depan mobilku”

“Kau mengenalnya?”

“Tidak, aku akan datang ke sana. Sepertinya lukanya parah, karena itu siapkan ruang operasi darurat segera” Shia melajukan mobilnya sambil melirik kearah pria itu.

“Hei, separah apa kau menabraknya hingga harus diopera-“

TUT

Shia melempar handphone kebelakang dengan asal. Pandangannya kembali ke arah pria itu. Sebuah luka pada kening pria itu membuatnya terdiam. Hal ini mengingatkanya ke kejadian 6 tahun yang lalu.

“Meskipun kamu orang asing, setidaknya jangan mati didepanku. Aku benci melihatnya.”

Dengan kecepatan penuh Shia melajukan mobilnya ke arah kota Dallas. Perjalanan yang harusnya memakan waktu 1 jam kini hanya perlu 30 menit bagi seorang Arshia seorang mantan atlet drifting yang menjelma menjadi pembalap liar.

Shia menghentikan mobilnya ketika tiba di Parkland memorial hospital, tepat di samping wanita dengan seragam dokter yang memang menunggunya.

Erika Tylor, sahabatnya yang bekerja sebagai dokter itu menampakan raut terkejut ketika melihat bagian depan mobil Shia yang berwarna merah darah.

“Ku pikir hiasan mobilmu terlalu mencolok” ucap Erika ketika melihat Shia turun dari mobil dan memutarinya menuju pintu kursi penumpang

“Itu darahnya.” Ucap Shia bersamaan dengan pintu mobil yang terbuka, Erika menatap seorang pria yang terbalut kemeja putih yang dipenuhi oleh warna merah dan tubuh yang kotor dengan tanah.

“Oh Gosh! Bagaimana dia bisa begini? Apa kamu menabraknya? Sudah kubilangkan berhentilah balapan Shia!" Cecar Erika panik. Wanita itu mengkode kepada perawat yang bersamanya agar membawa pria itu.

“Sudah kubilang dia tiba-tiba jatuh ke depan mobilku!" jawab Shia dengan atensi yang sepenuhnya tertuju pada para perawat yang memindahkan tubuh pria itu ke ranjang pasien dan membawanya masuk ke dalam.

Kedua wanita itu mengikuti dengan sedikit berlari. Langkah Shia terhenti didepan ruang operasi, ia tau ruang itu terbatas dan ia tidak boleh masuk.

“Aku akan mendengar penjelasanmu nanti untuk sekrang aku akan lakukan yang terbaik.” ucap Erika yang dibalasi anggukan Shia.

Shia mendudukkan dirinya pada kursi tunggu. Mulai dari detik, menit hingga 2 jam sudah berlalu namun belum ada satupun yang keluar dari ruang operasi tempat pria asing itu.

Shia menundukkan wajahnya, raut lelah terlihat diwajah cantiknya, rambut coklatnya yang tadi terikat kini dibiarkan digerai dengan sedikit berantakan.

Cklek

Suara pintu terbuka menyadarkan Shia. Wanita itu berdiri dan mendekat kearah Erika yang menseka peluh di dahinya.

“Bagaimana kondisinya?” Tanya Shia

“Kami sudah mengeluarkan peluru yang tertanam ditubuhnya, namun kepalanya mengalami benturan yang cukup keras sehingga menyebabkan cidera pada otaknya, cedera itu menyebabkan ia mengalami amnesia sementara”

“Amnesia?” Tanya Shia meyakinkan

“Benar, aku pernah mendapat kasus seperti ini sebelumnya. Kita akan menunggu ia sadar dan melakukan operasi lanjutan untuk mengeluarkan gumpalan darah pada otaknya dan memperbaiki fungsi otaknya. Ia akan baik-baik saja”

“Terima kasih banyak Er"

“Senang bisa membantumu Shia, tapi kurasa kau menabrak seseorang yang berpengaruh”

“Maksudnya?”

“Pria itu.. emm bagaimana ya mengatakannya, dia terlihat tampan dan berwibawa” Shia menatap Erika tak yakin, ia melihat pria itu beberapa jam yang lalu dan tidak ada aura tampan ataupun berwibawa seperti yang diucapkan Erika.

Mendapati raut tak percaya dari Shia membuat Erika terkekeh geli. “Lupakan, kamu akan tau nanti dan sebaiknya kau mencuci mobilmu. Kau tau, motifnya terlalu nyata”

“Kurasa kau benar” ucap Shia ketika mengingat darah yang ketara sekali dimobilnya yang berwarna putih.

“Oh ya, pasien akan dipindahkan keruang inap. Lantai 5 nomor 222.” Ucap Erika yang dibalasi anggukan Shia. Erika melangkahkan kakinya menjauh namun terhenti ketika ia sedikit menolehkan kepalanya ke belakang menatap pada Shia yang mengernyit bingung.

“Jangan lupa urus administrasinya. Kita memang sahabat namun aku juga butuh bayaran untuk pekerjaanku!" Ucap Erika dengan senyum kapitalis yang jelas terlihat, Shia terkekeh geli.

“Berapapun yang kau mau”

Shia menekan layar ponselnya. Mengirimi pesan pada David, seorang teman nya untuk mengurus mobilnya. Setelah menitipkan kunci pada seorang resepsionis, Shia memasuki lift menuju lantai 5. Membuka pintu ruangan nomor 222, tatapannya terkunci pada seorang pria yang kini terbaring menggunakan seragam pasien dengan perban di kepala serta infus ditangan kanannya.

Shia mendudukkan dirinya di kursi yang berada di samping ranjang pasien tepat menghadap kearah pria itu. Menatap dengan seksama rupa pria itu yang sudah bersih tanpa darah.

Kini ia tersadar apa yang dimaksud Erika tadi. Rupa pria itu sangat menawan. Rambut hitam yang terlihat lembut, Rahang kokoh, hidung mancung, alis yang tajam serta kedua mata yang terpejam dengan bulu mata lentik itu membuatnya terlihat sempurna, ia bertanya-tanya bagaimana jika kedua mata itu terbuka aura seperti apakah yang akan terpancar dari pria itu.

Shia menggelengkan wajahnya, menyadarkan dirinya pada kenyataan. Pandangannya menyusur kearah kamar inap, Ia menghela napas. Erika sudah menjebaknya untuk mengeluarkan biaya yang besar, ruang inap ini tergolong kelas VIP dengan fasilitas yang lengkap termasuk AC, Televisi serta sofa yang terlihat empuk.

Shia menumpukan kepalanya pada ranjang, mengistirahatkan dirinya yang terlalu lelah. Kedua matanya tertutup hingga akhirnya wanita itu terlelap dalam mimpi.

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

maaf Thor, kurang logis. kalau orang jatuh dari puncak pegunungan pasti jatuhnya ke jurang dan tersangkut pepohonan. gak mungkin jatuh ke kap mobil. Tapi kalau jatuh dari puncak bukit masih logis...

2023-04-19

0

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

lelaki yg ditolong sm shia pasti sangat tampan n berwibawa....... lanjutkan thor mampir....

2023-03-27

0

diasiapa😈

diasiapa😈

Visualnya kakk

2022-11-01

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!