Nine : Hurt yourself

"Apa kau menemukannya?” tanya Dean datar.

Bawahannya melangkah mendekat dengan map coklat di tangannya. Ia meletakkan map itu diatas meja, Dean meraih map itu dan membukanya. Senyum puas tercetak dibibirnya ketika mendapati berkas diagnosa sebuah rumah sakit beserta foto Ace dengan seorang gadis.

“Jadi dia amnesia? Dan berada di Dallas?” tanya Dean memastikan

“Benar Tuan”

“Tak ku sangka jika pria cerdas tak tertandingi kini berubah menjadi pria dungu pelupa” kekeh Dean yang justru membuat bawahannya bergindik ngeri

“Siapa wanita disebelahnya” Dean menunjuk sosok yang berada di sebelah Ace.

“Wanita itu bernama Shia seorang drifting wanita yang cukup terkenal”

“Keluarganya?” tanya Dean

“Kami tidak bisa menemukan informasinya Tuan, tapi dia terlihat memiliki hubungan yang tidak jelas dengan Tuan Clarikson”

“Clarikson? Maksudmu Robert?”

“Benar tuan”

“Atur pertemuanku dengan wanita bernama Shia itu, lakukan dengan cara apapun!” ucap Dean dengan seringain lebarnya sebelum meninggalkan ruangan gelap itu.

---------

Operasi sudah selesai 1 jam yang lalu, Liam di pindahkan di ruang VIP seperti terakhir kali. Dan tentu saja semua ini atas rekomendasi Erika agar Liam mendapatkan perawatan yang lengkap.

Shia mendudukkan dirinya di sofa, Ia menghela nafas kuat, bingung bagaimana caranya mencari infomasi tentang Liam. Bahkan Alex yang merupakan hacker kelas kakap pun tidak bisa menemukan identitas Liam.

Kepala Shia menatap kearah langit-langit, dia menutup kedua matanya hingga tanpa sadar dirinya tertidur dengan posisi duduk di sofa.

Shia mengerjabkan matanya ketika merasa sebuah elusan lembut pada pipinya. Ketika membuka mata maniknya bersitatap dengan manik biru yang terlihat lebih dingin dari sebelumnya.

“Kau sudah sadar” Shia menjauhkan tangan Liam dari wajahnya. Ia bangkit berdiri dan memeriksa kondisi Liam. Liam terlihat sehat. Bahkan pria ini bisa turun dari ranjangnya dan berada di depannya meskipun dalam kondisi kepala yang diperban.

“Kamu mengingat sesuatu?” tanya Shia. Dalam hati ia meruntuki pertanyaannya bagaimana mungkin pria itu langsung ingat semuanya setelah operasi yang baru selesai beberapa jam yang lalu.

Liam menggelang pelan, jika begini berapa lama lagi dia akan bersama dengan pria biru itu. Ia takut kesehatan jantungnya akan terganggu jika semakin lama dan merasa nyaman dengan keberadaan Liam.

“Apa selama ini aku merepotkanmu?” tanya Liam dengan pelan sepertinya pria itu masih mengingat percakapan mereka sebelum berangkat ke rumah sakit ini.

“Tidak, aku senang membantumu, sudah ku bilang aku bertanggung jawab atas apa yang terjadi meskipun itu bukan salahku” ucap Shia tanpa memikirkan efek dari ucapannya yang menimbulkan seringain samar di wajah Liam

“Kau sungguh akan bertanggung jawab?” tanya Liam, Shia mengangguk mantap.

“Karena kamu sudah bilang begitu-” Liam menggantung ucapannya Ia meletakkan kepalanya tepat dipundak Shia “Bertanggung jawablah sampai akhir!" sambung Liam dengan suara yang samar namun mampu di dengar oleh Shia.

“Don’t do this Liam, kepalamu baru selesai di jahit” Shia tidak masalah dengan tindakan Liam, tapi yang jadi masalahnya adalah kepala pria itu baru saja di operasi dan sudah di gerakan seenaknya tanpa memikirkan efek samping yang mungkin akan terjadi. Bisa saja jahitan itu malah terbuka dan Shia ngeri jika membayangkannya.

Shia berusaha mendorong Liam, namun ia terlambat, Liam sudah melilitkan tangannya pada pinggang Shia.

“Biarkan seperti ini sebentar, kepalaku sakit” ucap Liam

“Oh gosh, sudah ku bilang kepalamu baru selesai dijahit. Biar ku panggilkan Erika untuk memeriksa, mungkin saja jahitanmu terbuka” jawab Shia dengan sedikit memberontak melepaskan pelukan Liam. Namun pelukan itu justru semakin erat sehingga membuat tubuh keduanya saling berhimpit. Tangan Liam semakin membelit pinggangnya dengan erat.

“Tidak perlu, seperti ini saja sebentar” jawab Liam tak terbantah.

---------

Shia menatap Erika yang berdecak kesal dengan tangan yang melilitkan perban pada kepala Liam. Dugaan Shia benar, setelah Liam menyandarkan kepalanya pada Shia perban yang melilit kepala pria itu langsung dipenuhi dengan darah.

Shia panik dan langsung memanggil Erika, untunglah dokter itu sedang senggang di ruangannya.

“Kamu memukul kepalanya?” tanya Erika pada Shia. Shia langsung menggeleng dengan cepat, menolak pertanyaan Erika.

Erika selesai membalut kepala Liam, pria itu merebahkan dirinya dalam diam, tak bersuara ataupun merintih kesakitan selama Erika memperbaiki perbannya. Mata biru itu memandang Shia sebentar sebelum tertutup sempurna.

“Aku membiusnya” ucap Erika saat Shia menatap kearahnya seolah bertanya. Shia mengangguk, rupanya Liam tidak merasa sakit karena dibius.

Tangan Shia terulur menyentuh pipi kiri Erika. Belum samping Shia menyentuh, Erika langsung membuang muka dengan ekspresi gugup.

“I should go“ Akhir Erika. Merasakan sesuatu yang tidak beres terjadi pada Erika, Shia menarik tangan Erika membuatnya kembali berhadapan dengan Shia.

Shia mengeryit ketika Erika kembali membuang muka, enggan menghadap ke arahnya.

“Damien melakukannya?” tanya Shia. Erika langsung menatap pada Shia. wanita itu tersenyum kaku

“What do you mean?” tanya Erika.

“Did He hit you?" Tanya Shia pelan, ia mendekat dan memeluk Erika. Tanpa bisa diduga Erika langsung menangis dipelukannya.

------------

“Dia marah karena aku merawat seorang pasien pria saat di Boston, padahal pria itu sedang sekarat dan meminta ku untuk merawatnya secara khusus. Damien mengancamku, dia menyuruhku berhenti menjadi dokter….” Erika menangis. Kedua gadis itu kini berada di ruangan Erika.

“Aku tidak ingin berhenti, aku marah padanya karena mengatur hidupku seenaknya. Damien tidak terima, dia menamparku..” lanjut Erika, Shia diam menjadi pendengar yang baik meski tidak dapat dipungkiri bahwa tangannya terkepal erat ketika tau Erika ditampar oleh Damien.

“Aku langsung pergi tapi Damien mengejarku and he said sorry”

“And you forgive him?” tanya Shia.

“Sure, cause I love him!"

Shia terdiam, jika Erika adalah dirinya, Ia tidak akan memaafkan Damien tapi melihat Erika yang tersenyum lirih membuatnya tidak tega. Ia tau Erika sangat mencintai Damien meskipun pria itu sangat posesif dan mengekang hidupnya.

“Listen to me Erika, don’t hurt yourself!" Erika tersenyum tipis, lalu menatap Shia yang menyentuh tangannya

“Dan bagaimana denganmu, bukankah menggunakan nama Liam pada pria lain juga melukai dirimu sendiri" ucap Erika membuat Shia terdiam

“Jangan terus terjebak dalam masa lalu Shia, you know that” lanjut Erika

“I know, tapi bagaimana aku bisa lupa? Jika kejadian itu terjadi tepat didepan mataku sendiri” Shia tertawa hambar

“Ah, ku rasa aku lupa mengecilkan AC kamar Liam, mungkin saja dia kedinginan. Aku pergi dulu, sampai jumpa lagi Erika, katakan padaku jika Damien berulah lagi“ lanjut Shia bersamaan dengan pintu yang dibuka.

Erika menatap pintu yang tertutup dengan senyum tipis. Shia selalu menghindar dengan cepat jika mereka berbicara dengan topik itu. Enatah kapan sahabatnya itu dapat membuka diri untuk menceritakan semua yang di alaminya dan keluar dari masa lalunya.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

shia lupakan masalalu coba membuka hati buat pria lain,,,, lanjutkan thor......

2023-03-28

0

icha

icha

paling mls ada bahasa asingnya,karena gk fhm wkwkwkwk

2023-03-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!