Thirteen : The mafia

Shia menatap malas para pria yang menyeretnya dengan paksa. Kakinya terasa lelah setelah tadi melakukan pelarian yang berakhir sia-sia. Niatnya ingin mencari keberadaan Liam namun malah tertangkap oleh para penjaga. Ia memaki pria itu dalam hati. Bagaimana bisa pria itu berkeliaran seenaknya seolah sarang musuh adalah rumahnya.

“Kalian tidak akan memasukkanku kesana?” Shia menunjuk sebuah ruang yang tertutup jeruji besi, tempat Lily disekap sebelumnya.

“Ketua tidak menyuruh kami melakukannya” jawab mereka

“Gunakan saja inisiatif kalian”

“Kami hanya menjalankan perintah”

Shia menutup mulutnya, menahan kesal akibat balasan kaku para penjaga yang menyeretnya. Mereka membawa Shia ke sisi bilik kiri gudang. Tepat di sebuah ruangan tanpa pintu dengan logo batu kecil di dindingnya.

“Tidak ku sangka anak buahku membawa orang yang salah”

Shia menatap sosok besar di depannya. Di belakang pria itu terdapat dua anak buah yang menemani di sisi kanan dan kirinya. Para penjaga yang menyeretnya kini mendorongnya dengan kasar membuat dirinya terjatuh pada turbin kotor itu. Shia menatap lengannya yang lecet lalu kembali pada sosok besar itu.

“Jadi kau putri Robert Clarikson” Ucap Dalton

“Hallo Tuan Dalton, lama tidak bertemu” ucap Shia kelewat santai sambil membenarkan posisi duduknya pada lantai.

“You know me?” tanya Dalton

“Hal yang mudah untuk menebak siapa ketua komplotan black stone” jawab Shia langsung.

Setelah mengucapkan itu beberapa pria bersenjata muncul dan mengarahkan senjata mereka pada Shia. Terkejut? Tentu tidak. Shia sudah menduganya, komplotan mafia dunia bawah selalu akan memusnahkan orang luar yang mengetahui identitasnya.

“Jadi seperti ini tampilan mafia black stone?”tanya Shia sambil menatapi satu persatu pria bersenjata yang menutup wajah mereka menggunakan topeng hitam. Berbeda dengan para penjaga yang mengejar Sam sebelumnya.

“Sebanyak apa yang kau tau” Ucap Dalton, pria itu mengambil pistol dari sakunya, menodongkannya tepat diatas kepala Shia.

“Menurutmu?” tanya Shia menantang

“Sepertinya kamu belum sadar posisimu hingga bisa bercanda seperti sekarang” Dalton berucap diiringi seringaian menyeramkan.

“Justru sebaliknya, karena aku sadar posisiku makanya aku bisa bercanda” Ucap Shia sambil merapikan rambutnya yang berantakan, sikapnya sangat santai di depan komplotan mafia ini.

“Kau seperti Robert, bahkan sifat arogan mu juga sama”

“Berdasarkan darah yang mengalir di tubuhku, seharusnya memang sama”

“Benarkah, kalau begitu mari kita lihat darahmu” Dalton menyerigai bersamaan dengan tangannya yang menodongkan senjata di kepala Shia.

Ketika Dalton akan menembak Shia, tembakan beruntun datang dari arah belakang mereka. Semua anak buah pria itu jatuh dengan lumuran darah yang menyebar. Shia menatap tak percaya pada pelaku penembakan. Bukan ini skema melarikan diri yang terpikir diotaknya.

Di depan sana Liam berdiri dengan tatapan mengkilat pada kedua mata birunya. Kedua tangan pria itu memegang dua buah pistol dengan jenis yang berbeda.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Shia melihat penembakan dalam jumlah banyak yang hanya dilakukan oleh satu orang. Ucapan Alex kembali terngiang dikepalanya. Apakah Liam bukan pria berbahaya atau justru sangat berbahaya?

BRUK

Atensi Liam beralih pada Shia yang terjatuh tak sadarkan diri beberapa meter di depannya. Tatapannya meredup saat melihat wajah cantik gadis itu berubah pucat.

Derap langkah kaki memasuki ruangan itu. Sepertinya dugaan Shia salah karena tembakan itu bukan hanya berasal dari satu orang namun juga dari sekelompok pria berseragam hitam yang kini berjejer di belakang Liam.

“Ka-Kau.. ba..bagaimana mungkin” Dalton berucap dengan tangan yang menunjuk Liam gemetar, ia jatuh terduduk akibat sebuah peluru yang mengenai kakinya. Liam mengisi pistolnya dengan peluru. Lalu mengarahkannya pada Dalton. Seringaian tampak di wajah tampannya.

“Benvenuto all’inferno”

DORRR

-----------

Jack duduk dikursi kerjanya dengan beberapa dokumen yang diserahkan oleh Han, pria yang menjabat sebagai asistennya. Tangannya terus beralih dari kertas satu ke kertas lainnya. Membaca setiap kata-kata yang tersusun dalam lembaran itu.

“Apa ini sudah semuanya?” Jack bertanya

“Sudah tuan” Han menjawab

“Semuanya terlalu bersih” ucap Jack disela tarikan napasnya.

“Saya juga berpikir demikian” ucap Han memberikan pendapatnya.

“Bagaimana dengan Dean? Apakah ada hal mencurigakan yang dilakukannya?” Lanjut Jack

“Tidak ada Tuan. Tapi ada kabar terbaru dari mafia black stone” Ucap Han mengalihkan topik

“Black stone, kenapa dengan mereka?” tanya Jack.

“Pemimpin mereka ditemukan tak bernyawa di bekas gudang minyak perusahaan B kota Dallas tadi pagi”

“Kurasa mereka mencari masalah dengan orang yang salah” seru Jack sebelum kembali fokus pada berkas ditangannya. Memindai lebih lanjut tentang kecelakaan peswat yang terjadi pada putranya.

------------

Shia membuka kedua matanya, menatap langit-langit kamar yang tak asing baginya. Berusaha untuk duduk, Shia merasakan pusing di kepalanya. Tak berapa lama Liam masuk dengan mangkuk berisi air dan kain di tangannya.

“Kamu demam” ucap Liam ketika sudah duduk di pinggir ranjang. Perlahan Shia bersingut menjauh, ingatan tentang Liam yang menembak anak buah Dalton dan tatapan membunuh itu jelas memenuhi otaknya.

Shia menghindarinya dan Liam menyadari itu. Manik biru itu menatap kedua tangannya lalu beralih menatap Shia yang tak ingin menatapnya.

“Maaf” Ucapan lirih itu membuat Shia menoleh. Tubuh Liam bergetar dan Shia tidak tega membiarkannya. Dia paling lemah dengan permohonan seseorang, karena itu sama dengan masa lalunya.

Dengan pelan Shia mendekat dan merengkuh tubuh tegap itu dalam pelukannya. Shia dapat merasakan tubuh Liam kaku seketika sebelum akhirnya kedua tangan kekar itu melingkari pinggangnya dengan kepala yang ditumpukan pada pundaknya.

“Kepalamu” ucap Shia ketika menyadari perban dikepala Liam sudah terbuka.

“Aku tidak membutuhkannya lagi" Ucap Liam masih dengan posisi yang sama.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Shia sambil mengusap pelan punggung Liam

“Aku tidak suka mereka menodongmu dengan senjata itu, jadi aku menembaknya” jawab Liam terdengar polos. Berbeda dengan Shia yang kehilangan kata-katanya akibat pengakuan Liam yang diluar dugaan. Shia menjauhkan tubuh Liam.

“Kamu tau cara membidik?” Shia bertanya sambil menatap Liam. Mencoba menyelidiki raut wajah yang ditampilkan pria itu. Namun wajah Liam tetap tenang dan datar meskipun tatapannya sayu, manik biru itu terlihat basah.

Liam hanya diam, pria itu masih menunduk. Bahkan ia lupa jika tujuannya adalah untuk mengompres Shia karena gadis itu yang menolaknya.

Hanya suara jarum jam yang mengisi keheningan diantara keduanya. Liam meraih tangan Shia belum sempat ditepis, Liam menggenggam erat tangan Shia, sedangkan Shia hanya diam dan sibuk dengan apa yang ada di pikirannya.

“Liam, bolehkah aku bicara?” tanya Shia yang diangguki Liam.

“Apa yang kamu ingat?” Shia kembali bertanya.

“Kurasa aku ingat sesuatu tentang pistol” Jawab Liam yang membuat Shia membatu. Feelingnya mengatakan ada sesuatu yang salah.

Terpopuler

Comments

diasiapa😈

diasiapa😈

Artinya apa😭

2022-11-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!