14 Qiya Berangkat Ke Wahana Internship

Pagi itu Ayra menyuapi menantunya sarapan yang telah disediakan rumah sakit untuk Nur. Istri Ibrahim itu harus di rawat selama beberapa hari kedepan. Saat menyuapi menantunya. Nur justru tak bisa mengontrol air matanya. Maka pagi itu Ayra kembali merasa bahwa Nur memang salah satu yang harus ia perhatikan.

Pengalaman pahit hidup dari kecil tanpa orang tua membuat Nur sangat bahagia merasakan perhatian dan kasih sayang Ayra.

"Makan yang banyak Nak. Harus di paksa walau tak berselera. Dan jangan terlalu sering menangis. Kamu harus membahagiakan dirimu. Janin yang ada di dalam sini akan terpengaruh suasana hati ibunya." Pinta Ayra pada sang menantu.

"Kenapa Mama bisa cepat menerima Nur? Padahal kami menikah tanpa sepengetahuan Mama. Terlebih Nur yang bukan siapa-siapa ini kenapa bisa Mama menerima status yang berbeda jauh?" Tanya Nur penasaran.

"Status yang mana Nak? Kita sama di hadapan Allah. Mama dan Papa dari dulu tak menjadikan ekonomi menjadikan patokan seseorang. Untuk kalian yang menikah tanpa sepengetahuan Mama, daripada Mama Fokus dengan masalalu. Mama lebih memikirkan masa depan kalian. Pernikahan kalian adalah takdir Allah. Menentangnya berarti menentang ketentuan Allah. Selain itu, ridho Mama berikan pada kalian agar ada kebahagiaan juga keridhoan Allah karena ridhonya Mama dan Papa." Ucap Ayra.

Nur pun terharu dan bersyukur bertemu suami yang begitu menyayangi dirinya. Walau usia ia lebih tua dari Ibrahim tetapi suaminya sosok yang begitu dewasa. Bahkan Nur merasa seperti remaja saat bersama sang suami. Ia bisa bermanja-manja bahkan ia merasakan sisi lain dari dirinya yang selama ini sering berubah-ubah identitas nya. Beruntung ketika berada di Malaysia ia mengunakan nama yang sama. Hanya identitas latar belakangnya yang di samarkan. Sehingga sekarang ia menggunakan nama aslinya walau latarbelakang sedikit berbeda. Ia dikenal sebagai mantan TKW, hanya Bram yang tahu jika ia mantan anggota intelejen.

Ayra mengusap pipi sang menantu.

"Jangan sedih berlarut-larut Nur. Kamu sedang hamil. Itu akan mempengaruhi pertumbuhan janin mu. Kamu harus sehat dan bahagia. agar tumbuh kembang janin mu baik. Kamu harus kuat demi dia yang Allah titipkan untuk mu." Ucap Ayra pelan.

Tiba-tiba benda pipih milik Ayra berdering. Nada dering dari putrinya membuat ia menarik napas dalam sebelum menjawab panggilan itu.

"Assalamu'alaikum. Ya, sayang...."

"Walaikumsalam. Mama, siapa yang sakit?" Tanya putrinya penasaran.

"Ada kerabat Qiy. Astaghfirullah... Mama lupa. Kamu jadi berangkat hari ini Nak?" Tanya Ayra.

"Iya Ma. Tapi di tunda agak siang berangkatnya." Ucap adik Ammar itu.

"Ya sudah Mama pulang sekarnag." Ucap Ayra.

Setelah panggilan terputus. Ia meminta asisten rumah tangga yang ditugaskan Bram menjaga dan menemani sang menantu.

"Jaga diri baik-baik. Mama akan sering-sering mengunjungi kamu Nak. Ingat jangan bersedih berlarut-larut. Dan Bibi, saya mohon kalau ada apa-apa beri kabar secepatnya. Nanti saya minta Bapak kirim nomor ponsel saya." Nasihat Ayra sebelum ia meninggalkan menantunya.

Ia pun selama di mobil mendengarkan penjelasan Bram. Mau tidak mau ia harus merahasiakan Nur. Karena dua anak mereka yang cerdas akan bertanya kenapa pernikahan Ibrahim di rahasiakan. Dan hal itu tentu akan kembali membuat mereka bertanya apa dan mengapa. Mereka masih harus menuggu waktu yang tepat memperkenalkan Nur.

"Mas, Ayra khawatir Qiya bertemu Nur Mas. Tempat mereka berdekatan besok. Apakah kita jujur saja?" Tanya Ayra.

"Ay, baru saja orang yang mas minta mengawasi kediaman Nur, mereka mengatakan ada orang yang memata-matai mas. Sehingga foto yang kamu terima itu juga dari orang tersebut. Orang itu berhasil di interogasi tapi tak mau membuka siapa yang menyuruhnya. Maka untuk sementara semakin sedikit yang mengetahui siapa Nur dan keberadaannya akan lebih aman buat Nur. Kasihan dia Ay."

"Tapi fitnah akan mengarah pada Mas, jika mereka melihat Mas berinteraksi dengan Nur." Ucap Ayra pelan.

"Karena itu mas memberi tahu kamu. Mas ingin kamu yang sering berinteraksi dengan Nur. Dia butuh keluarganya. Kamu pernah merasakan hamil tanpa di dampingi Mas bukan. Jangan biarkan Nur merasakan apa yang kamu rasakan dulu sayang... "

"Tapi mas... Ammar dan Qiya berhak tahu." Ayra memelas pada sang suami.

"Tidak sekarang Ayra sayang...." Ucap Bram dengan berat hati.

Tiba di kediaman mereka, saat di dalam kamar. Bram tampak membuka tas hitam miliknya. Ia mengambil satu Carter untuk menya Yat kulit tas itu. lalu ia menarik selembar kertas fotokopi tentang perjanjian yang ia tanda tangani saat sang anak meminta izinnya. Disana dijelaskan, semakin banyak yang tahu status anak. Semakin besar peluang jati diri anggota itu terungkap dan tentu membuatnya dan keluarga lain terancam.

Ayra terpaku menatap kertas itu.

"Semoga Ibrahim dalam keadaan baik-baik saja. Sungguh berat hati ini untuk bisa menerima kenyataan bahwa Ibrahim mengambil keputusan besar dalam hidupnya." Ucap Ayra sambil menyandarkan kepalanya di dada sang suami.

"Mas yakin anak-anak mu memiliki pesona yang sama seperti dirimu Ay... " Ucap Bram sambil mengecup kepala istrinya.

~~

Tibalah hari dimana Qiya harus berangkat ke wahana internship. Ia berangkat bersama 10 dokter. Mereka adalah utusan kemenkes (dokter internship) ke daerah yang masih 3T. Dimana kabupaten itu masih memiliki hampir 100 desa masuk kategori desa tertinggal.

Bram dan Ayra betul-betul tidak mengantar buah hati mereka. Karena sang buah hati memohon agar tak ada yang tahu di tempat yang baru bahwa Qiya anak dari pengusaha dan mantan Wakil walikota di provinsi tetangga. Ketika mobil menjemput, maka disanalah mereka melepas keberangkatan sang anak yang akan berjuang kurang lebih satu tahun di Wahana. Tempat yang akan membuat mereka agar menjadi lebih siap ketika terjun ke dunianya dan lebih profesional.

"Titip Qiya Ya Cit." Ucap Ayra saat kepala sahabat anaknya itu keluar dari balik kaca mobil.

"Siap Bu. Nanti kalau nakal saya siap cubit-cubit pipinya yang chubby itu." Seloroh Cita sambil melambaikan tangan ke arah Ayra. Sahabatnya terlihat begitu bersemangat.

"Bisa sedekat itu mereka. Bahkan internship pun Allah masih membuat mereka bersama. Semoga mereka tidak menyukai pria yang sama." Komentar Bram saat mobil itu meninggalkan kediaman mereka.

Begitu Qiya dan rombongan tiba di daerah wahana, mereka berkumpul di satu gedung untuk mendengarkan pengarahan dari dinas kesehatan provinsi.

Pada saat pengarahan mereka di beritahu jika mereka di tugaskan di kabupaten X, kabupaten yang memiliki hasil lahan pertanian yang sangat luas. Setelah pengarahan Qiya dan rombongan teman-temannya semua bertolak ke tempat Wahana. Mereka naik mobil menuju kabupaten itu.

Cita yang tak terbiasa naik mobil harus berkali-kali muntah. Qiya hanya tersenyum kecil karena apa yang dilihat ketika akan berangkat dan ketika di perjalanan, berbeda. Ia yang paling semangat dan kini sahabatnya itu terkulai lemas sambil sesekali Qiya memijat leher sahabatnya itu.

"Kamu kurang istirahat mungkin Cit. Kamu masih baca novel Online?" Tanya Qiya penasaran karena ada bekas kerokan di lehernya. Dan sahabat nya itu terlihat kurang tidur.

"Tanggung Qiy. Ceritanya bikin penasaran. Semalam baru Ending. Aku meraton sampai jam 3 pagi. Mumpung belum mulai internship. Kalau sudah di tempat wahana, ga bakal bisa baca Novel."

"Novel apa sih?" Tanya Qiya penasaran.

"Novel Islam sih Qiy. Tetapi karakter perempuan nya bikin jiwa feminim ku tak mampu berhenti untuk baca tiap bab nya. Kamu orang Islam pasti suka. Aku Nonis saja suka. Adem aja Bawak an nya baca tuh novel." Ucap Cita sambil menyandarkan kepalanya di lengan Qiya.

Tanpa mereka sadari ada lelaki yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka. Lelaki itu duduk tepat di belakang Qiya. Ia dari tadi merasa terganggu dan risih akan suara dan aroma muntahan dari Cita. Namun ia menahan semuanya. Ia tak mengenal perempuan yang sedang asyik berbincang disaat peserta yang lain tertidur lelap.

"Berisik banget. Semoga mereka tidak seheboh ini di tempat Wahana." Gerutu lelaki itu sambil mencoba memejamkan matanya.

Saat Cita telah terlelap, Qiya sibuk dengan pikirannya. Pipi perempuan itu basah. Pandangannya menatap kosong kearah luar jendela.

"Hhhhh... Semoga aku bisa lebih mudah melupakan rasa sakitnya gagal menikah. Dan aku buktikan Mas. Aku sukses bukan karena nama besar Papa. Semoga aku bisa move on dari semua rasa ini. Semoga Allah mempermudah aku di Wahana. Akhirnya aku akan hidup di tengah-tengah orang yang tak tahu siapa aku. Setidaknya orang akan menghargai hasil yang aku capai bukan karena nama besar Papa dan Mama." Batin Qiya masih menenangkan hatinya.

Hampir tidak ada yang tahu jika hari gadis itu terluka, hati gadis itu menangis. Karena ada satu kejadian tepat sebelum ia berangkat internship sebuah gosip di grub WA membuat dirinya kembali tersakiti dengan kabar gagalnya ia menikah. Bahkan sebuah statement Hilman ketika tak sengaja bertemu dirinya dan Cita yang mengatakan jika tak menampik akan banyak orang menyukai dirinya karena Orang tua yang sukses dan ia juga dianggap cucu dari salah satu ulama ternama di kota mereka.

Qiya sosok yang lebih pandai menyimpan rasa dibandingkan Ibunya. Ia bahkan hampir tidak menitikkan air mata kesedihannya di hadapan orang tuanya karena kegagalan ia menikah. Orang-orang mengira dirinya tak merasa sedih atau kecewa. Namun ketika di kamar dalam keadaan sendiri. Disanalah ia menitikkan air mata kesedihannya. Maka orang-orang beranggapan ia tegar namun ia hanya menyembunyikan rasa sakit dan kecewanya dari makhluk. Hanya Allah yang menjadi tempatnya mengadu.

Terpopuler

Comments

Alby Upy

Alby Upy

jodohnya qia yang dibelakang bilang berisik kyaknya🤫🤭

2023-11-15

3

Putri Auren

Putri Auren

semoga kamu mendapat jodoh yg lebih baik dari si ilham...
sabar qiya

2023-03-22

1

Susanti

Susanti

sabar Qiya... kegagalan adalah cambuk untuk mencapai sukses... 💪💪💪

2023-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 Duka Keluarga Bramantyo
2 2 Ayra Terjatuh
3 3 Hilman dan Qiya
4 Ayra dan Keluarganya.
5 5 Hilman dan Pak Toha
6 6 Keputusan Qiya
7 7 Dua Keluarga Dua Rasa
8 8 Siapakah Perempuan Itu?
9 9. Nur Hasanah
10 10 Memilih Wahana Internship
11 11 Ibrahim, Nur, Bram dan Ayra
12 12 Menanti Kejujuran
13 13 Kejujuran Bram
14 14 Qiya Berangkat Ke Wahana Internship
15 15 Qiya di Rumah Sakit
16 16 Dokter Gede Ardhana, Qiya dan Cita
17 17 Isi Hati Si Kembar
18 18 Rasa Yang berbeda
19 19 Dokter Gede dan Qiya
20 20 Hati Qiya Yang Terusik
21 21 Qiya Dan Kebenaran Yang Ia Lihat
22 22 Mie Kiting dan Alam Ghoib
23 23 Qiya dan rasa dihatinya
24 24 Kedatangan Ayra dan Bram
25 25 Dua Kondisi Di Dua tempat Berbeda
26 26 Kembali Bertemu
27 27 Ammar dan Kepribadian nya
28 28 Apakah Ini Cinta?
29 29 Keputusan Ayra dan Bram
30 30 Keluarga Bram dan Ayra
31 Berita Tentang Ibrahim
32 32 Kau Gadis Atau Janda? Atau Istri Orang?
33 33 Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya
34 34 Surat Tugas Meresahkan Hati
35 35 Keresahan Hati Ammar
36 36 Dua Lelaki Yang Berharap Alisha
37 37 Lelaki Itu Ibrahim
38 38 Nasib Alex dan Doa Qiya
39 39 Jantung Dokter Gede
40 40 Dokter Gede
41 41 Ammar dan Cintanya
42 42 Dokter Gede dan Qiya
43 43 Dua Hati Satu Cinta
44 44 Dua Hati Satu Cinta 2
45 45 Berharap Seperti Arjuna dan Wara Subadra
46 46 Status Qiya dan Dua Pria
47 47 Alisha, Mayang, Putri Broto?
48 48 Kisah Hidup Gede Ardhana
49 49 Kejujuran Ammar
50 50 Siapa Kamu?
51 51 Arumi Mayang Dahayu
52 52 Rasa Kecewa Ammar
53 53 Kebimbangan Ammar
54 54 Dua hati, Buah Hati Ayra
55 55 Musyawarah Keluarga
56 56 Hati Qiya dan Arumi
57 57 Menanti Jawaban Arumi
58 58 Jawaban Arumi
59 59 Keputusan Bram
60 60 Dokter Gede PDKT
61 61 Dokter Gede dan Qiya Merona
62 62 Ternyata dia Muslim
63 63 Perjuangan Dokter Gede 1
64 64 Ungkapan Hati Dokter Gede
65 65 Kala Lisan Tak Mampu Berucap
66 66 Habis Di Goda Ammar
67 67 Masalalu dokter Gede & Masa Depannya
68 68 Anak Kembar Ayra, Apakah Sold Out?
69 69 Potret Keluarga Ayra Khairunnisa
70 70 Bantu Author Senin besok ya (vote buat the twins)
71 71 Perjuangan Cita Untuk Qiya
72 72 Tamu tak diharapkan
73 73 Datang Disaat yang Tepat
74 74 Maksud dua Lelaki
75 75 Hanya Ibu Jari Yang bisa Mewakili
76 76 Penantian Nur untuk Separuh Jiwa nya
77 77 Petuah Untuk Qiya dari Poro Sepuh
78 78 Kedatangan Dua Lelaki
79 79. Gede dan Hilman Di Mata Keluarga Bram
80 80 "Dek Qiya"
81 81 Dek Qiya Menangis?
82 82 Masalalu Yang Harus Diceritakan
83 83 Menanti kedatangan Keluarga Gede
84 84 Lamaran Gede untuk Qiya
85 85 Separuh Jiwa Nur
86 86 Calon Kakak Ipar
87 87 Kekhawatiran Bu Ratih
88 88 Ammar & Arumi "Sah"
89 89 Hati Ammar dan Arumi
90 90 Air mata Di Hari Bahagia
91 91 Malam Yang Dingin
92 92 Kompetisi Meraih Cinta
93 93 Ijab Gede dan Qiya
94 94 Kau Telah Memilih Yang Lain
95 95 Satu Nama Dua Hati
96 96 Kehangatan Cinta Untuk Arumi
97 97 Munajat Cinta
98 98 Gede dan Masalalunya
99 99 Gadis itu Siapa
100 100 Isi hati Ammar dan Qiya 1
101 101 Isi Hati Ammar dan Qiya 2
102 102 Tiga Bulan Pernikahan
103 103 Kelembutan Hati
104 104 Pesona Ayra dan Anak-anaknya
105 105 Arumi Dan Ammar
106 106 Flashback Arumi bersama Ayra
107 107 Dinginnya Australia
108 108 Apakah Aku ada Disana?
109 109 "Mas Ammar"
110 110 Kamu Dimana?
111 111 "I love you Arumi."
112 112 Kebahagiaan Pengantin Baru
113 113 Saling Membuka Diri
114 114 Hati Yang Masih Tersakiti
115 115 Masalalu Pak Rendra
116 116 Kebahagiaan Keluarga Ayra.
117 117 Cinta Penuh Kelembutan
118 118 Belajar dari Kisah
119 119 Keegoisan Pak Rendra
120 120 Kebenaran Masalalu Pak Rendra
121 121 Bahagia Gede, Penyesalan Rendra
122 122 Kebahagiaan Putra Ayra
123 123 Luka Hati Bu Ratih
124 124 Penolakan Ratih
125 125 Kehamilan Anak dan Menantu Ayra
126 126 Kemuliaan Versi Gede dan Qiya
127 127 Dua Menantu Yang Bahagia
128 128 Ungkapan Hati Gede
129 129 Kehangatan dan Pesona Keluarga Bramantyo
130 130 Peran Qiya Sebagi Istri
131 131 Pesona The Twins
132 132 Siapa Kamu Arumi?
133 133 Skenario Allah
134 134 Kebenaran Untuk Arumi
135 135 Kebesaran Hati Gede
136 136 Kebahagiaan Pak Subroto
137 137 Arumi Koma
138 138 Tiga Keluarga
139 139 Kesedihan Ammar
140 140 Ikhtiar Ammar
141 141 Hasil Pemeriksaan
142 142 Kedatangan Ayra dan Bram Di Australia
143 143 Aib Pak Rendra Yang Terbuka
144 144 Flashback Bram dan Ayra
145 145 Rendra dan Masalalunya
146 146 Watak yang Keras
147 147 Permohonan maaf Pak Rendra
148 148 Kabar Duka
149 149 Pesona Qiya dan Gede Di Mata Ayra
150 150 Habis Gelap Terbitlah Terang
151 151 Semua karena Cinta
152 152 Keluarga Bramantyo Pradipta
153 153 Mantan
154 154 Prasangka
155 155 Pesona Ammar
156 156 Otw Ending.
157 Perjuangan Nafisah Shidqiyah
158 158 Kembar 3
159 159 Bayi-bayi Trah Kyai Rohim
160 160 Pemotretan
161 161 Keakraban keluarga Ayra
162 162 Perkenalan Zhafirah
163 163 Intermezo Zhafirah
164 164 Firasat Ayra
165 165 Ayra dan Kelima Cucunya
166 166 THE END
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Duka Keluarga Bramantyo
2
2 Ayra Terjatuh
3
3 Hilman dan Qiya
4
Ayra dan Keluarganya.
5
5 Hilman dan Pak Toha
6
6 Keputusan Qiya
7
7 Dua Keluarga Dua Rasa
8
8 Siapakah Perempuan Itu?
9
9. Nur Hasanah
10
10 Memilih Wahana Internship
11
11 Ibrahim, Nur, Bram dan Ayra
12
12 Menanti Kejujuran
13
13 Kejujuran Bram
14
14 Qiya Berangkat Ke Wahana Internship
15
15 Qiya di Rumah Sakit
16
16 Dokter Gede Ardhana, Qiya dan Cita
17
17 Isi Hati Si Kembar
18
18 Rasa Yang berbeda
19
19 Dokter Gede dan Qiya
20
20 Hati Qiya Yang Terusik
21
21 Qiya Dan Kebenaran Yang Ia Lihat
22
22 Mie Kiting dan Alam Ghoib
23
23 Qiya dan rasa dihatinya
24
24 Kedatangan Ayra dan Bram
25
25 Dua Kondisi Di Dua tempat Berbeda
26
26 Kembali Bertemu
27
27 Ammar dan Kepribadian nya
28
28 Apakah Ini Cinta?
29
29 Keputusan Ayra dan Bram
30
30 Keluarga Bram dan Ayra
31
Berita Tentang Ibrahim
32
32 Kau Gadis Atau Janda? Atau Istri Orang?
33
33 Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya
34
34 Surat Tugas Meresahkan Hati
35
35 Keresahan Hati Ammar
36
36 Dua Lelaki Yang Berharap Alisha
37
37 Lelaki Itu Ibrahim
38
38 Nasib Alex dan Doa Qiya
39
39 Jantung Dokter Gede
40
40 Dokter Gede
41
41 Ammar dan Cintanya
42
42 Dokter Gede dan Qiya
43
43 Dua Hati Satu Cinta
44
44 Dua Hati Satu Cinta 2
45
45 Berharap Seperti Arjuna dan Wara Subadra
46
46 Status Qiya dan Dua Pria
47
47 Alisha, Mayang, Putri Broto?
48
48 Kisah Hidup Gede Ardhana
49
49 Kejujuran Ammar
50
50 Siapa Kamu?
51
51 Arumi Mayang Dahayu
52
52 Rasa Kecewa Ammar
53
53 Kebimbangan Ammar
54
54 Dua hati, Buah Hati Ayra
55
55 Musyawarah Keluarga
56
56 Hati Qiya dan Arumi
57
57 Menanti Jawaban Arumi
58
58 Jawaban Arumi
59
59 Keputusan Bram
60
60 Dokter Gede PDKT
61
61 Dokter Gede dan Qiya Merona
62
62 Ternyata dia Muslim
63
63 Perjuangan Dokter Gede 1
64
64 Ungkapan Hati Dokter Gede
65
65 Kala Lisan Tak Mampu Berucap
66
66 Habis Di Goda Ammar
67
67 Masalalu dokter Gede & Masa Depannya
68
68 Anak Kembar Ayra, Apakah Sold Out?
69
69 Potret Keluarga Ayra Khairunnisa
70
70 Bantu Author Senin besok ya (vote buat the twins)
71
71 Perjuangan Cita Untuk Qiya
72
72 Tamu tak diharapkan
73
73 Datang Disaat yang Tepat
74
74 Maksud dua Lelaki
75
75 Hanya Ibu Jari Yang bisa Mewakili
76
76 Penantian Nur untuk Separuh Jiwa nya
77
77 Petuah Untuk Qiya dari Poro Sepuh
78
78 Kedatangan Dua Lelaki
79
79. Gede dan Hilman Di Mata Keluarga Bram
80
80 "Dek Qiya"
81
81 Dek Qiya Menangis?
82
82 Masalalu Yang Harus Diceritakan
83
83 Menanti kedatangan Keluarga Gede
84
84 Lamaran Gede untuk Qiya
85
85 Separuh Jiwa Nur
86
86 Calon Kakak Ipar
87
87 Kekhawatiran Bu Ratih
88
88 Ammar & Arumi "Sah"
89
89 Hati Ammar dan Arumi
90
90 Air mata Di Hari Bahagia
91
91 Malam Yang Dingin
92
92 Kompetisi Meraih Cinta
93
93 Ijab Gede dan Qiya
94
94 Kau Telah Memilih Yang Lain
95
95 Satu Nama Dua Hati
96
96 Kehangatan Cinta Untuk Arumi
97
97 Munajat Cinta
98
98 Gede dan Masalalunya
99
99 Gadis itu Siapa
100
100 Isi hati Ammar dan Qiya 1
101
101 Isi Hati Ammar dan Qiya 2
102
102 Tiga Bulan Pernikahan
103
103 Kelembutan Hati
104
104 Pesona Ayra dan Anak-anaknya
105
105 Arumi Dan Ammar
106
106 Flashback Arumi bersama Ayra
107
107 Dinginnya Australia
108
108 Apakah Aku ada Disana?
109
109 "Mas Ammar"
110
110 Kamu Dimana?
111
111 "I love you Arumi."
112
112 Kebahagiaan Pengantin Baru
113
113 Saling Membuka Diri
114
114 Hati Yang Masih Tersakiti
115
115 Masalalu Pak Rendra
116
116 Kebahagiaan Keluarga Ayra.
117
117 Cinta Penuh Kelembutan
118
118 Belajar dari Kisah
119
119 Keegoisan Pak Rendra
120
120 Kebenaran Masalalu Pak Rendra
121
121 Bahagia Gede, Penyesalan Rendra
122
122 Kebahagiaan Putra Ayra
123
123 Luka Hati Bu Ratih
124
124 Penolakan Ratih
125
125 Kehamilan Anak dan Menantu Ayra
126
126 Kemuliaan Versi Gede dan Qiya
127
127 Dua Menantu Yang Bahagia
128
128 Ungkapan Hati Gede
129
129 Kehangatan dan Pesona Keluarga Bramantyo
130
130 Peran Qiya Sebagi Istri
131
131 Pesona The Twins
132
132 Siapa Kamu Arumi?
133
133 Skenario Allah
134
134 Kebenaran Untuk Arumi
135
135 Kebesaran Hati Gede
136
136 Kebahagiaan Pak Subroto
137
137 Arumi Koma
138
138 Tiga Keluarga
139
139 Kesedihan Ammar
140
140 Ikhtiar Ammar
141
141 Hasil Pemeriksaan
142
142 Kedatangan Ayra dan Bram Di Australia
143
143 Aib Pak Rendra Yang Terbuka
144
144 Flashback Bram dan Ayra
145
145 Rendra dan Masalalunya
146
146 Watak yang Keras
147
147 Permohonan maaf Pak Rendra
148
148 Kabar Duka
149
149 Pesona Qiya dan Gede Di Mata Ayra
150
150 Habis Gelap Terbitlah Terang
151
151 Semua karena Cinta
152
152 Keluarga Bramantyo Pradipta
153
153 Mantan
154
154 Prasangka
155
155 Pesona Ammar
156
156 Otw Ending.
157
Perjuangan Nafisah Shidqiyah
158
158 Kembar 3
159
159 Bayi-bayi Trah Kyai Rohim
160
160 Pemotretan
161
161 Keakraban keluarga Ayra
162
162 Perkenalan Zhafirah
163
163 Intermezo Zhafirah
164
164 Firasat Ayra
165
165 Ayra dan Kelima Cucunya
166
166 THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!