Bab 14 - Dilamar

“Anin, apa yang terjadi Nak?” Bu Wanti bergegas menghampiri anak gadisnya yang pakaiannya kotor terkena tumpahan es dawet.

“Tadi ada salah faham Bu sama tunangannya Kak Romi,” jawabnya sambil bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

“Lia, memang sudah sejak lama tidak menyukai Anin, sejak ayahnya sering membantu Pak Lurah dulu, dia memandang rendah keluarga kami Nak,” ujar Bu Wanti dengan wajah sedih.

“Oh, jadi Cuma anak Lurah dia Bu?” senyum sarkas Faisal ketika mendengar siapa gadis yang menghina wanita pujaannya itu.

“Sekarang sih sudah mantan lurah, sekarang yang jadi lurah masih kerabatnnya karena cuma keluarga mereka yang terpandang kaya di desa ini Nak,” jawab Bu Wanti.

“Memang standardnya kampung sih Bu, baru jadi anak mantan lurah saja sudah tingkah lakunya melebihi anak pejabat tinggi,” ujar Faisal dengan ekspresi yang tidak suka.

“Bu, apa benar Anin sudah putus dengan Rio?” Faisal kembali meyakinkan dirinya dengan menanyakan hal yang sudah diketahuinya sejak kemarin kepada Bu Wanti yang dijawab oleh anggukan pelan wanita itu sambil melirik ke arah kamar mandi dimana Anin masih berada disana.

Faisal melirik kearah Bu Windarti dengan tatapan yang meminta persetujuan, dan dijawab oleh anggukan pelan wanita itu. Faisal bergegas ke mobil untuk mengambil barang yang tertinggal disana. Ketika Anindita sudah selesai membersihkan diri, dia kembali bergabung bersama ibunya dan Bu Windarti di ruang tengah. Gadis itu menata makanan dan minuman yang dia beli di warung tadi dan menghidangkannya.

“Silahkan Bu, maaf cuma seperti ini, lain kali kalau berkunjung lagi nanti Anin buatkan masakan spesial buat Ibu,” ujar gadis itu sambil tersenyum dan duduk bersimpuh disamping Bu Wanti. Bu Windarti mengangguk sambil kemudian mengambil minuman yang disuguhkan untuk membasahi kerongkongannya yang sudah mengering sejak tadi.

“Ibu maafkan nanti Anin harus kembali ke Jakarta, tapi besok dan lusa Anin masih cuti nanti kita bereskan rumah dan mulai buka warung ya Bu, nanti Anin bantu, andai Rizki ada disini,” ucap Anin menggantung yang diakhiri oleh rangkulan menanangkan dari wanita paruh baya itu.

“Iya, pelan-pelan saja Nak, nanti ibu bisa bereskan sendiri, kamu nikmati saja liburannya disini,” ujar Bu Wanti sambil mengusap pucuk kepala putri semata wayangnya.

Faisal sudah berada diantara mereka lagi, wajahnya terlihat sedikit gugup ketika dia mengintrupsi percakapakan kedua ibu dan anak itu.

“Maaf Bu Wanti, saya menyela, saya mau membicarakan hal yang serius,” ujar Faisal.

“Ada masalah apa Nak?” Bu Wanti menengok kearah Faisal dengan tatapan penasaran.

“Sebelumnya maaf kalau ini mendadak dan tidak kami informasikan kepada ibu sebelumnya, dan juga kepadamu Nin,” ucap Faisal.

Gadis itu pun menatap penasaran pemuda yang ada didepannya itu. Sementara Faisal mengambil satu botol air mineral dan meneguknya untuk menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba melandanya, apalagi tatapan Bu Wanti dan Anindita terpusat padanya dan meminta penjelasan. Lelaki itu kemudian mengeluarkan sebuah kotak dari saku kemejanya.

“Anin, Abang sudah meminta restu pada ibu Abang untuk melamarmu di kampung halamanmu, apakah kamu bersedia menerimanya?” Faisal menyodorkan kotak berwarna merah maroon itu kepada wanita yang ada di hadapannya. Memang sangat tidak romantis akan tetapi mampu mengejutkan Bu Wanti dan Anindita. Keduanya beradu pandang dengan bingung.

DEG

Wajah Anindita terkesiap, tenggorokannya serasa tercekat, sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika candaan Faisal selama ini adalah mewakili hati dan perasaan yang sesungguhnya.

“Abang bercanda?” Anindita meminta menjelasan sambil masih menatap lekat pemuda yang ada di hadapannya.

“Faisal tidak bercanda Nin, Ibu tahu dia sudah sejak lama menyukaimu, akan tetapi dia tahu ada seseorang yang kamu tunggu, akan tetapi hari ini dia meyakinkan dirinya untuk mengutarakan kebenaran sebelum dia menyesal telah membiarkanmu semakin jauh.” Bu Windarti panjang lebar menceritakan sesuatu yang membuat wajah Anindita semakin pucat.

Anindita menoleh kepada ibunya meminta solusi, dalam suasana yang mengejutkan seperti ini otaknya mendadak kosong. Dia tidak tahu apa yang harus dia jawab, dia sendiri juga tidak tahu apakah ada perasaan khusus untuk lelaki yang ada didepannya tersebut.

“Semua terserah padamu Nak, kamu yang akan menjalaninya, sejauh untuk kebaikanmu, ibu akan selalu merestui,” ucapan Bu Wanti memberikan lampu hijau untuk Faisal.

Anin menunduk, kedua tangannya memainkan ujung kemejanya. Dia menghela nafas sejenak dan memberanikan mengangkat wajahnya untuk lelaki yang masih menunggu jawabannya. Kepalanya menggeleng perlahan diiringi dengan ucapan lirihnya.

“Maaf Bang, Anin ga tahu harus jawab apa,” jawabnya dengan tatapan polos menatap kearah Faisal yang menatapnya penuh harapan.

Faisal tersenyum, dia mengambil tangan kanan Anindita dan menggenggamkan kotak itu. “Anin simpan ini sebagai tanda keseriusan Abang. Masih banyak waktu untuk membuat hatimu mengerti tentang perasaanmu. Jika seiring waktu berjalan dan kamu meyakininya jika Abang bukan yang kamu harapkan, kotak itu bisa Anin kembalikan dan Abang tidak akan pernah menaruh dendam.” Faisal dengan panjang lebar meyakinkan wanita yang ada didepannya.

“Setidaknya, semua perkataan yang selalu kamu anggap bercanda itu adalah hal yang serius, Abang bukan tipe orang yang suka memberikan janji manis dan harapan, tapi Abang lebih suka menjadi seseorang yang nyata dan hadir disaat kamu sedang membutuhkan,” ujar Faisal lagi dengan nada yang terdengar lebih santai daripada sewaktu awal dia mengungkapkan maksudnya.

“Beri Anin waktu untuk memberikan jawabannya Bang,” Anindita masih terlihat syok dengan kenyataan yang ada dihadapannya saat ini. Ketika hatinya sedang tidak karuan karena permasalahan dengan Rio, ditambah keributan siang tadi sekarang dikejutkan dengan manuver lelaki yang ada didepannya yang menyerangnya tanpa aba-aba.

Secara keseluruhan, Faisal merupakan sosok sempurna untuk dijadikan suami idaman. Tampan, kaya, mapan, dan begitu menyayangi orang tuanya. Akan tetapi masalah hati akan selalu berbeda memberikan jawabannya. Menikah itu adalah ibadah terlama yang akan dijalani setiap manusia ketiak sudah menjatuhkan pilihan. Anindita tidak ingin mengambil sebuah keputusan yang mungkin akan dia sesali dikemudian hari.

***

Hari itu berlalu dengan cepat. Menjelang sore, Faisal dan Bu Windarti berpamitan pulang dan meninggalkan kampung kecil tersebut. Sementara itu Anindita begitu sibuk membantu ibunya membereskan dan membersihkan seisi rumah. Sampai menjelang isya mereka baru bisa istirahat. Anindita terlelap di ruang tengah bersama ibunya, mereka tertidur diatas hamparan tikar dengan bantal-bantal yang sudah lusuh. Rencananya baru besok pagi Anindita dan ibunya akan berbelanja kelengkapan rumah dan warung yang akan segera dibuka.

Menjelang pagi, mereka berdua membersihkan diri, bergegas menunaikan kewajiban kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Bu Wanti terlihat lebih segar, mungkin udara kampung halaman memberikannya energi yang berbeda. Anindita juga sudah rapi mengenakan setelan gaya casualnya. Dia menyimpan semua barang pribadinya di kamar depan yang nantinya akan dijadikan kamarnya kalau sedang pulang kampung.

Ditatapnya lekat kotak merah marun tersebut. Dia buka perlahan dan menampilkan sepasang cincin bermatakan berlian. Warnanya putih dan begitu elegan. Tanpa dia sadari ibunya sudah muncul diambang pintu dan memperhatikannya dalam diam, sampai akhirnya suara lembutnya membuyarkan pikiran Anindita.

“Gimana Nak, apakah kamu akan menerima lamaran Nak Faisal?” tanya Bu Wanti yang tengah berdiri dan menatap putri semata wayangnya dengan penuh kebahagiaan.

- Bersambung –

JANGAN LUPA LIKE, COMENT DAN VOTENYA YA.... SETELAH ITU PERGI KE HALAMAN SAMPUL DAN BERIKAN BINTANG LIMA UNTUK KISAH INI. TERIMAKSIH, LOVE U ALL.

Terpopuler

Comments

💐 💞mier🌹❤️

💐 💞mier🌹❤️

bahagia itu dicintai.....dan mencintai akan mengikuti...🥰🥰🥰
samangat thor

2020-10-07

4

Nona Cherry Jo

Nona Cherry Jo

aku mendukung kamu anin... terimalh faisal.. dia lelaki yg baik 💗🙏🌹

2020-10-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Selamat Jalan Ayah
2 Bab 2 - Menghilang
3 Bab 3 - Menyambung Hidup
4 Bab 4 - Mencari Pekerjaan
5 Bab 5 - Pekerjaan Baru
6 Bab 6 - Menjaga jarak
7 Bab 7 - Gundah
8 Bab 8 - Makan Malam
9 Bab 9 - Dokter Cantik
10 Bab 10 - Manager Baru
11 Bab 11 - Apakah Layak Untuk Ditunggu?
12 Bab 12 - Selesai
13 Bab 13 - Kampung Halaman
14 Bab 14 - Dilamar
15 Bab 15 - Menginap
16 Bab 16 - Permintaan Maaf
17 Bab 17 - Diterima
18 Bab 18 - Kembali Ke Kantor
19 Bab 19 - Meeting Dengan Klien
20 Bab 20 - Cokelat
21 Bab 21 - Nonton
22 Bab 22 - Customer Complain
23 Bab 23 - Teh Lemon Hangat
24 Bab 24 - Makan Malam
25 Bab 25 - Pindah Rumah
26 Bab 26 - Cemburu
27 Bab 27 - Video Call
28 Bab 28 - Kunjungan Tak Terduga
29 Bab 29 - Sierra
30 Bab 30 - Meluruskan Kesalah Fahaman
31 Bab 31 - Sosok Misterius
32 Bab 32 - Niat Jahat
33 Bab 33 - Salah Sasaran
34 Bab 34 - Pesta Pernikahan
35 Bab 35 - Kembalinya Murod
36 Bab 36 - Fardan Andra Dinata
37 Bab 37 - Memastikan
38 Bab 38 - Pencarian
39 Bab 39 - Bertemu Saingan
40 Bab 40 - Menentukan Tanggal Pernikahan
41 Bab 41 - Kebaya Pengantin
42 Bab 42 - Mengetahui Kebenaran
43 Bab 43 - Mengetahui Kebenaran 2
44 Bab 44 - Menuju Hari Pernikahan
45 Bab 45 - Hari Pernikahan (Session 1 Selesai)
46 Visual Versi Author
47 PTDC2 - Mandi
48 PTDC2 - Tidur
49 PTDC2 - Shubuh pertama
50 PTDC2 - Masa Lalu
51 PTDC2 - Dua Wanita
52 PTDC2 - Memberi Jalan
53 PTDC2 - Resepsi
54 PTDC 2 - Hamil
55 PTDC2 - Resign
56 PTDC2 - Takdir dan Cinta (End)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 - Selamat Jalan Ayah
2
Bab 2 - Menghilang
3
Bab 3 - Menyambung Hidup
4
Bab 4 - Mencari Pekerjaan
5
Bab 5 - Pekerjaan Baru
6
Bab 6 - Menjaga jarak
7
Bab 7 - Gundah
8
Bab 8 - Makan Malam
9
Bab 9 - Dokter Cantik
10
Bab 10 - Manager Baru
11
Bab 11 - Apakah Layak Untuk Ditunggu?
12
Bab 12 - Selesai
13
Bab 13 - Kampung Halaman
14
Bab 14 - Dilamar
15
Bab 15 - Menginap
16
Bab 16 - Permintaan Maaf
17
Bab 17 - Diterima
18
Bab 18 - Kembali Ke Kantor
19
Bab 19 - Meeting Dengan Klien
20
Bab 20 - Cokelat
21
Bab 21 - Nonton
22
Bab 22 - Customer Complain
23
Bab 23 - Teh Lemon Hangat
24
Bab 24 - Makan Malam
25
Bab 25 - Pindah Rumah
26
Bab 26 - Cemburu
27
Bab 27 - Video Call
28
Bab 28 - Kunjungan Tak Terduga
29
Bab 29 - Sierra
30
Bab 30 - Meluruskan Kesalah Fahaman
31
Bab 31 - Sosok Misterius
32
Bab 32 - Niat Jahat
33
Bab 33 - Salah Sasaran
34
Bab 34 - Pesta Pernikahan
35
Bab 35 - Kembalinya Murod
36
Bab 36 - Fardan Andra Dinata
37
Bab 37 - Memastikan
38
Bab 38 - Pencarian
39
Bab 39 - Bertemu Saingan
40
Bab 40 - Menentukan Tanggal Pernikahan
41
Bab 41 - Kebaya Pengantin
42
Bab 42 - Mengetahui Kebenaran
43
Bab 43 - Mengetahui Kebenaran 2
44
Bab 44 - Menuju Hari Pernikahan
45
Bab 45 - Hari Pernikahan (Session 1 Selesai)
46
Visual Versi Author
47
PTDC2 - Mandi
48
PTDC2 - Tidur
49
PTDC2 - Shubuh pertama
50
PTDC2 - Masa Lalu
51
PTDC2 - Dua Wanita
52
PTDC2 - Memberi Jalan
53
PTDC2 - Resepsi
54
PTDC 2 - Hamil
55
PTDC2 - Resign
56
PTDC2 - Takdir dan Cinta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!